Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Presidenku Pencipta Lagu, Gubernurku Bintang Iklan Pasta Gigi

2 Juli 2012 | 2.7.12 WIB Last Updated 2012-07-02T14:54:55Z

Anda yang suka nonton channel TV lokal, pasti sudah tak asing lagi dengan jargon “Cintailah ploduk-ploduk Iiindonesia”. Logat khas dan cadel itu diucapkan Alim Markus – Boss Maspion Grup – bersama dengan Eyang Titik Puspa, untuk mengiklankan berbagai produk buatan Maspion Grup. Mulai dari panci, penanak nasi elektrik, kipas angin, perlengkapan makan dari melamine dan berbagai peralatan rumah tangga lainnya. Rupanya Alim Markus tahu betul caranya berhemat untuk belanja iklan. Memanfaatkan kedekatan dengan penyanyi legendaris Titik Puspa, 

ia hanya menggunakan artis itu saja sebagai bintang iklan. Selebihnya, Alim menggunakan suaranya sendiri untuk menerangkan keunggulan produk buatan Maspion. Titik Puspa hanyalah pemanis di bagian akhir iklan untuk “berduet” meneriakkan jargon “Cintailah ploduk-ploduk Iiindonesia”.
Tapi ada yang bikin saya kaget waktu melihat iklan pasta gigi “M” produk Maspion. Bintang iklannya bukan Titik Puspa, tapi Pakde Karwo – sapaan akrab Gubernur Jawa Timur. Beliau muncul diiklan itu yang visualisasinya beliau tengah berada di area pamer produk Maspion (atau super market Maspion?). Tentu saja tak lupa di akhir iklan beliau berduet dengan Alim Markus meneriakkan jargon khasnya.

Pakde Karwo alias Soekarwo adalah Gubernur Jawa Timur yang saat ini masih aktif menjabat. Sedangkan Alim Markus selain pemilik Maspion Grup, ia adalah Ketua DPP Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Jatim. Setiap menjelang akhir tahun, Apindo akan duduk bersama dengan wakil dari pemerintah daerah setempat dan wakil dari serikat buruh, untuk menentukan besarnya Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) atau Upah Minimum Propinsi (UMP) tahun berikutnya. Disinilah pentingnya netralitas pihak Pemerintah Daerah dan pejabat yang mewakilinya, agar bisa berlaku adil dan meninjau persoalan dari sudut pandang buruh maupun pengusaha. Hal Ini penting agar kebutuhan hidup layak buruh dapat terpenuhi mengejar laju inflasi, namun jangan sampai pengusaha gulung tikar karena prosentase kenaikan upah jauh di atas prosentase kenaikan sales perusahaan.

Bisa dibayangkan jika kedekatan seorang pengusaha besar – yang sekaligus menjadi ketua dari asosiasi pengusaha di wilayah tersebut – dengan Kepala Daerah setempat sedemikian eratnya sampai-sampai sang Kepala Daerah bersedia mengiklankan produk dari si pengusaha, masihkah pihak Pemerintah mampu menjaga netralitasnya? Saya tidak tahu, apakah Pakde Karwo dibayar untuk penampilannya sebagai bintang iklan. Kalo dibayar, berarti beliau orang bayaran Alim Markus, orang yang bisa disewa Alim Markus untuk mengiklankan produknya. Sedangkan kalo tidak dibayar, tentu lebih aneh lagi, artinya seorang Gubernur rela mengiklankan produk milik seorang pengusaha dengan cuma-cuma, apakah tidak akan menimbulkan kecemburuan pengusaha lain? Bagaimana kalo nantinya para pengusaha di Jatim berebut minta Pak Soekarwo mengiklankan produk mereka, apa tidak akan membuat waktu Pak Gubernur habis untuk shooting iklan?

Tapi Pak Karwo tentunya tak sendirian punya profesi sampingan selain menjadi Pejabat Negara. Bukankah Presiden kita sudah lebih dulu mencontohkan, disamping kesibukannya sebagai Presiden, beliau konsisten menekuni profesinya menjadi komposer, pencipta lagu. Lagu ciptaan Pak Presiden cukup banyak, buktinya beberapa waktu lalu album ke-4 sudah diluncurkan. Bukan cuma mencipta lagu, peluncuran album itu disertai peluncuran buku bagaimana cara menciptakan lagu. Dan tak tanggung-tanggung, yang membawakan lagu ciptaan Bapak Presiden – seperti juga di album-album terdahulu – adalah artis-artis penyanyi bersuara bagus, bukan penyanyi kacangan. Artinya, Presiden kita serius menggarap album rekamannya, bukan sekedar hobby pengisi waktu luang.

Waktu luang?! Masih adakah waktu luang untuk menciptakan sebegitu banyak lagu, di tengah bertumpuknya persoalan bangsa dan negara ini yang tak kunjung selesai? Konflik antara PT. Freeport dengan karyawannya yang sudah sejak bulan Agustus tak kunjung menemukan penyelesaian hingga merembet ke arah disintegrasi, juga belum ditangani dengan serius. Rasanya terlalu panjang jika harus menderetkan apa saja PR pak Presiden. Tentunya beliau lebih tahu. Hanya saja saya dan mayoritas publik justru tidak tahu, kenapa Pak Presiden lebih memilih memprioritaskan menciptakan lagu dan merilis album baru. Sebab profesi beliau kan bukan komposer yang dikejar deadline dari produser untuk segera menyelesaikan sejumlah album yang sudah terlanjur ditandatangani kontraknya.

Penyimpangan terhadap tugas pokok seorang pejabat negara, biasanya diikuti penyimpangan terhadap penggunaan fasilitas negara. Ambillah contoh Presiden SBY yang mengiklankan album ke-3 melalui situs resmi Kepresidenan dan setelah sempat diributkan barulah pemasaran itu di hentikan. Semoga saja Soekarwo tak mengiklankan pasta gigi produk Maspion di situs resmi Pemprov Jatim. Yang saya khawatirkan, kalo kelak banyak Kepala Daerah dan Menteri yang berprofesi sampingan selain menjadi Pejabat Negara, lalu sedikit melalaikan tugas dan kewajibannya. Padahal gaji mereka dibayar dari pajak rakyat, bukan untuk menjadi entertainer.
Semoga saja ke depan saya tak menjumpai Seorang Walikota yang nyambi jadi MC, Menteri yang jadi host sebuah acara kuiz di televisi, Gubernur yang jadi model sampul sebuah majalah mode, atau anggota dewan yang berlenggak lenggok di catwalk. Maklum, Presidennya sudah mencontohkan bagaimana memanfaatkan aji mumpung untuk sekalian menangguk popularitas di dunia entertainment.

CATATAN IRA OEMAR FREEDOM WRITERS KOMPASIANER
×
Berita Terbaru Update