Melani memperlihatkan pot bunga sabut kelapa dengan berbagai model bikinannya. Foto: Desi
Pariaman - Melani Safitri sudah sepuluh bulan menjadi pengrajin pot sabut kelapa. Pot untuk wadah tanaman itu ia olah dari sabut kelapa yang banyak terdapat di desanya, Kampung Sato Desa Pauh Timur, Pariaman Tengah.
Melani tertarik membuat pot bunga setelah melihat postingan di media sosial. Karena saat pandemi Covid-19 ia lebih banyak di rumah, Melani mempelajarinya dan kemudian membuatnya. Berkat ketekunannya ia berhasil. Pot bikinannya malah "lebih halus" dan punya banyak model.
Pot dari sabut kelapa diyakini membuat tanaman lebih subur karena sabut kelapa mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman. Selain itu, sabut kelapa membuat urat tanaman tumbuh lebih cepat karena sabut kelapa memiliki rongga yang bisa menjadi pegangan bagi urat tanaman.
"Saya perhatikan dan mencobanya. Di sini kan banyak sabut kelapa, jadi bahan pembuatannya mudah didapat," kata Melani di Pariaman, Selasa (12/1).
Bermodal Rp 100 ribu, Melani kemudian membeli sabut kelapa ke sebuah pabrik sabut kelapa. Dari uang modal Rp 100 ribu ia mendapatkan sabut kelapa sebanyak empat karung seberat 50 kg dan beberapa kilo kawat untuk membentuk rangka daripada pot buatannya itu.
Orang tua tunggal bagi satu anaknya itu kemudian memposting pot sabut kelapa yang ia buat tersebut di media sosial. Dari postingannya ini, beberapa pengguna media sosial tertarik dan berlanjut memesannya. Saking banyaknya peminat dari media sosial, Melani mendapatkan orderan bahkan hingga dari luar Pariaman.
"Dari postingan di media sosial saya dapatkan pelanggan. Ini menambah semangat saya dan saya terus mengembangkan model-modelnya agar menarik minat pembeli," sambung wanita yang hanya lulusan sekolah dasar ini.
Sukses dalam pembuatan pot dari sabut kelapa, Melani kemudian mengembangkan usaha dengan mengajarkan saudara-saudaranya yang berdomisili di desa lain, seperti Desa Kampung Kandang Pariaman dan Padang Sago, Padangpariaman.
Melani sendiri mematok harga pot sabut kepapa hasil kerajinannya bervariasi, tergantung model, tingkat kesulitan membuat dan banyaknya bahan baku yang digunakan.
Untuk pot model standar ia menjualnya dengan harga Rp 15 ribu per buah. Sedangkan pot dengan harga Rp 100 ribu berukuran besar dengan model pembuatan cukup sulit dan memakan waktu.
Dari usahanya itu, Melani kini bisa meraih keuntungan rata-rata Rp 4,5 juta per bulannya. Ia bersyukur di masa pandemi ini, kebutuhan keluarganya tercukupi di saat banyak usaha mengalami kemunduran karena imbas Covid-19.
Melani berharap usahanya makin berkembang agar ia bisa merekrut lebih banyak tenaga kerja. Berawal modal seratus ribu, kini Melani bisa menghasilakan jutaan rupiah per bulan dan menghidupi banyak keluarga. (Desi/OLP)