Foto: Nanda |
Produksi tanam padi petani jauh lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata produksi di Kecamatan 2X11 Kayu Tanam yang mencapai 4,93 ton per hektare. Produksi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata produksi tanaman padi Kabupaten Padangpariaman sebesar 5,2 ton per hektare.
Produksi rata-rata padi Kecamatan 2X11 Kayu Tanam yakni sebesar 4,93 ton per hektare dan produksi rata-rata Kabupaten Padangpariaman sebesar 5,2 ton per hektare.
"Rata-Rata (produksi padi) di kecamatan ini 4, 93 dan rata-rata di kabupaten 5,2. Di sini teman-teman dapat 6,2, jadi lebih tinggi dari rata-rata kecamatan dan kabupaten," kata Deputi Klimatologi BKMG, Herizal usai penutupan SLI tahap III di daerah setempat, Kamis (31/10).
Ia mengatakan peningkatan hasil produksi padi dipengaruhi oleh perlakuan terhadap tanaman yang telah disesuaikan dengan kondisi iklim di daerah lahan tersebut.
"Karena punya komunitas yang ketemu 10 hari sekali. Misalkan ada masalah genangan air, solusi seperti apa. Apakah bikin sodetan atau perlu ditambahkan pupuk. Jadi ada persoalan dapat diselesaikan," ujarnya.
Menurut dia sektor pertanian sangat dipengaruhi kondisi iklim, anomali iklim maupun iklim ekstrim. Kondisi iklim harus diketahui agar dapat disesuaikan dengan aktivitas bercocok tanam.
"Kompenen pertanian ada tiga yaitu benih atau bibit, tanah serta cuaca atau iklim. Benih dan tanah dapat direkayasa. Sedangkan iklim tidak dapat direkayasa, hanya bisa disesuaikan sehingga kita tidak dirugikan dari pergeseran iklim karena mengikuti polanya," lanjutnya.
Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur meminta kegiatan SLI tidak hanya dilaksanakan di Nagari Kayutanam saja, namun juga dilakukan seluruh daerah di Kabupaten Padangpariaman.
Suhatri mengatakan peningkatan produksi tanaman padi pada SLI berpotensi meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pertanian apabila peningkatan yang sama terjadi di seluruh wilayah Padangpariaman.
"19,43 persen PDRB kita berasal dari pertanian. Harapan kita tentu meningkat dengan adanya SLI ini," katanya. (Nanda)