![]() |
Genius Umar menyampaikan, pendidikan keluarga berwawasan gender adalah upaya penyadaran keluarga dalam memahami hak, kewajiban, peran laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga.
Pelaksanaannya, kata Genius diintegrasikan melalui pendidikan kecakapan hidup untuk keluarga, sehingga keadilan dan kesetaraan gender di dalam keluarga didukung oleh kesejahteraan kehidupan keluarga.
Program pendidikan keluarga berwawasan gender, menurut dia salah satu upaya pemerintah yang diberikan kepada lembaga untuk menyelenggarakan penguatan terhadap kualitas kehidupan keluarga yang adil dan setara, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
"Kalau dulu itu perempuan tidak perlu pendidikan tinggi cukup hanya tamat SMP saja, yang penting perempuan bisa mengurus rumah tangga. Namun, kalau sekarang tidak lagi, perempuan juga bisa mempunyai pendidikan tinggi," ungkapnya.
Ia mengatakan saat ini tidak ada lagi pemisah gender antara laki-laki dengan perempuan. Hanya saja banyak gender memposisikan diri pada tempatnya masing-masing. Misalnya, perempuan sekolah bagian bidan atau perawat, sedangkan laki-laki sekolah bagian pengacara atau TNI.
Kepala UPT SKB Dikpora Kota Pariaman, Arman, mengatakan, gender merupakan adanya perbedaan peran antara laki-laki dengan perempuan dalam peran masing-masing. Dalam pendidikan, kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan merupakan hak masing-masing gender.
"Dalam workshop ini nantinya akan memberikan edukasi dari narasumber, diantaranya kebijakan Paud Dikmas, keadilan kesetaraan gender, pengertian gender menurut agama, pengertin gender menurut adat serta pemberdayaan perempuan," ujarnya.
Dalam workshop itu pihaknya berharap dapat meningkatkan wawasan dan pendidikan oleh para peserta dalam aplikasi berumahtangga. Rumah tangga sebagai perpanjangan tangan di masyarakat, perlu penigkatan sumber daya dan keterampilan.
"Workshop diikuti oleh 30 peserta untuk mengikuti pelatihan dan kursus," ujarnya.
TIM