Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mukhlis Ceritakan Alasan Syekh Burhanuddin Menetap di Pulau Angsoduo Saat Pengembangan Agama Islam

16 Mei 2016 | 16.5.16 WIB Last Updated 2016-05-16T12:45:03Z


Kota Pariaman dikunjungi oleh tim ekspedisi Islam Nusantara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Selama di Kota Pariaman, tim eskpedisi akan mengumpulkan data serta dokumentasi terkait tentang awal masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Pariaman dan Sumatera Barat sekaligus kampanye deradikalisasi dan anti narkoba. 

Kedatangan tim yang diketuai oleh Wakil Sekretaris Jenderal NU Imam Pituduh, disambut langsung oleh Walikota Pariaman Muklis Rahman di Aula Balaikota Pariaman, Sabtu (14/5).

Imam Pituduh mengatakan ada 25 anggota tim ekspedisi Islam nusantara. Di Sumatera Barat, Kota pariaman merupakan kota terpenting karena merupakan pintu masuknya ajaran Islam yang mulai dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin.

Menurut Imam, seluruh kegiatan yang dilakukan di sejumlah daerah yang telah dikunjungi termasuk di Kota Pariaman, nantinya akan didokumentasikan dalam sebuah film dokumenter dan akan disebarluaskan ke masyarakat.

Selama ini, kata dia belum ada dokumentasi yang utuh mengenai sejarah Islam di nusantara yang dilahirkan oleh anak bangsa Indonesia. Untuk itu PBNU akan merekonstruksi sejarah Islam di nusantara untuk memberi pemahaman bahwa Islam bukanlah agama yang lekat akan kekerasan dan terorisme.

“Selama ini banyak konflik, watak dan perilaku menyimpang yang mengatasnamakan Islam, sekaligus munculnya berbagai aliran keras dengan skenario untuk memecah belah sesama umat Islam, padahal Islam masuk ke nusantara dengan damai,” ungkap Imam Pituduh.

Walikota Pariaman Muklis Rahman menyambut baik kunjungan tim ekspedisi. Walikota menceritakan, Pariaman sebagai pusat pengembangan Islam oleh Syekh Burhanuddin yang belajar kepada Syekh Abdurrauf di Singkil, Aceh.

“Sepulangnya dari Aceh, Syekh Burhanuddin dan rombongannya sempat menetap di Pulau Angso Duo, karena adanya perlawanan dari masyarakat di daratan Pariaman. Setelah pihak penentang Syekh Burhanuddin kalah, baru beliau mulai mengembangkan Islam yang bermula di Ulakan,” sejarah Mukhlis.

Di Pulau Angso Duo, lanjutnya, ditemui kuburan sepanjang 6  meter dan tujuh kuburan di sekelilingnya yang memiliki nisan bertulisan arab serta satu sumur tua.

Pepatah Minangkabau mengatakan adaik manurun syarak mandaki, bahwa adat yang berkembang di daerah pesisir turun dari daerah darek dan agama berkembang dari daerah pesisir ke daerah darek.

"Di Pariaman Islam masuk dengan damai salah satunya melalui kesenian. Pariaman memiliki kesenian-kesenian yang berakar dari ajaran Islam, seperti indang, salawaik dulang, ulu ambek, tabuik dan sebagainya,” ungkap Mukhlis.

Dari kesenian-kesenian itulah bermula dikenalkan ajaran Islam, karena dengan kesenian lebih mudah mengumpulkan masyarakat.

Tim Ekspedisi Islam Nusantara akan menelusuri jejak Islam di Pariaman selama dua hari. Setelah Kota pariaman, tim akan terus menelusuri jejak penyebaran Islam di Pulau Sumatera setelah sebelumnya di Pulau Jawa.

Eri/OLP
×
Berita Terbaru Update