Momen GMT di Pariaman. Foto istimewa by Aksa, Rabu (9/3)Meski tidak sedahyat di Kota Ternate, Maluku Utara, fenomena gerhana matahari total (GMT) di Pariaman cukup diantusiasi warga. GMT di Pariaman, Rabu (9/3) lebih banyak diisi kegiatan ibadah sholat gerhana di mesjid-mesjid dan mushola terdekat rumah warga.
Dari pantauan wartawan di lapangan, GMT berlangsung dari pukul 07.10 s/d 07.35 WIB di mana saat itu bumi Pariaman terasa gelap. Beberapa lokasi seperti Pantai Gandoriah, Pantai Cermin, Pantai Kata hingga Pantai Konservasi Penyu, jadi tempat warga menyaksikan fenomena paling menakjubkan di muka bumi tersebut.
"Cuaca kurang mendukung diselimuti awan sehingga kita tidak dapat melihat saat bumi, matahari dan bulan sejajar. Kadang terlihat lalu kembali ditutupi awan," kata Erna (52) warga Jati, Pariaman.
GMT 95 persen di Pariaman sesungguhnya bisa dilihat jika kita menggunakan teropong bintang, kamera yang menggunakan lensa super tele dan tabah sebagaimana disaksikan warga Desa Ampalu, Aksa Prawira.
Aksa, yang sehari-harinya bekerja di pusat penangkaran penyu itu, salah satu warga Pariaman yang berhasil mengabadikan GMT melalui kamera DSLR miliknya yang dia tangkap di pusat penangkaran penyu di Desa Ampalu.
"Saya abadikan moment GMT sekitar pukul 07.10 WIB," kata Aksa.
Lain lagi cerita Yos (40) yang sejak subuh sudah berada di Pantai Gandoriah. Warga Kota Padang itu sengaja bermalam di Pariaman bersama istri dan dua anaknya untuk menyaksikan GMT di Pariaman.
"Kita sudah siapkan kacamata khusus, tadi sempat terlihat namun tidak lama karena ditutupi awan. Pariaman serasa berubah menjadi subuh kembali saat GMT melewati Pariaman, dahsyat!," kata dia.
Dia mengaku sangat salut dengan himbauan pemerintah kota dan kabupaten di Pariaman yang menganjurkan solat gerhana.
"Dan masyarakat saya lihat mengikutinya. Pemerintah dan masyarakat di Pariaman saya lihat bersahabat," tuturnya.
OLP
