Beberapa hari kedepan masyarakat Kota
Pariaman akan memberikan hak suaranya pada PILKADA pemilihan kepala daerah,
dari catatan masih didapatkan masyarakat yang bingung menentukan, apa kreteria
pilihan yang tepat untuk wali kota mereka semua.
Sehingga cerita atau ciloteh lapau/kedai,
salah satunya yang hangat saat ini adalah informasi seputar Calon Wali Kota Pariaman
yang layak di pilih oleh masyarakat Pariaman bersangkutan.
Maka untuk mengungkap tabir seperti
apa kecendrungan dan keinginan masyarakat Piaman pada Pilkada Kota Pariaman
tahun 2013 mendatang, akhirnya
saya mencoba sedikit mengorek data/informasi dalam bentuk diskusi dibeberapa lapau.
Apa
sebenarnya kreteria dan siapa Wali Kota Pariaman pada
priode 2013-2018 yang diinginkan oleh Masyarakat Pariaman?.
Hasil dari diskusi-diskusi/wawancara
beberapa lapau di Kota Pariaman
tersebut, maka dapat disimpulan bahwa, masyarakat Pariaman menginginkan
pemimpin Kotanya dengan kreteria yang beragam.
Sebagian masyarakat
masih cenderung berpikir tentang latar belakang keluarga, atau jaleh sosok jiraminya. Calon, merupakan putra/putri yang berasal dari Pariaman. Karena itulah sebahagian besar masyarakat Piaman harus mengetahui kampung aslinya, apa
sukunya, siapa penghulunya, dimana pusako tingginya, dan dimana pandan pakuburan kaumnya. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa sang calon harus putra asli daerah (PAD).
Orang yang berpengalaman, cenderung
lebih mendapatkan tempat di hati masyarakat. Dalam Minangkabau, dikenal dengan
sebutan, alah
taraso makan tangannyo. Seorang calon yang
merupakan putra daerah, telah mengabdian di kampung selama ini. Sehingga, masyarakat tahu bahwa calon tersebut telah
berbuat, memiliki
karya di tengah masyarakat, dan dirasakan hasilnya.
Sosok yang diharapkan masyarakat
Piaman itu harus tahu dengan nan ampek, yaitu orang
yang harus memahami norma-norma adat istiadat yang berlaku di Piaman. Sehingga, calon
paham betul dengan apa makna dan aplikasi kato malerang, kato manurun, kato mandaki,
kato mandata, dan mandi di baruh-baruah, bakato di bawah-bawah, paliharo badan agar orang tidak tersinggung. Intinya, calon
pemipin Pariaman
mencerminkan seorang pemimpin santun dan bijaksana seperti Buya Hamka, M Nasir, Anas Malik, dll.
Seseorang ywng dianggap mampu
mengaplikasikan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam dirinya punya tempat tersendiri di
tengah-tengah masyarakat. Artinya, calon pemimpin Kota Pariaman mampu membuat
program yang memakmurkan dan mencintai masjid (syiar Islam). Diharapkan kepribadiannya
tidak terlepas dari nilai-nilai Islam dalam memimpin Kota Pariaman ke depan.
Alun takilek lah takalan, ikan takile di aie alah tahu jantan batinyo menjadi satu nilai plus bagi pemilih. Seorang pemimpin harus
memiliki rasa empati dengan situasi dan kondisi masyarakat. Sehingga,
apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat, mampu dia salurkan dalam
bentuk kebijakan dan tindakan nyata nantinya. Tujuannya, agar masyarakat
Pariaman bisa makmur dan sejahtera.
Sang calon wali Kota Pariaman tidak tersangkut
dengan hukum atau tidak bersatutus terjerat hukum pidana maupun perdata,
terutama tersangkut kasus hukum yang berkaitan dengan korupsi, narkoba, Berjudi
karena masyarakat Pariaman ingin calonnya tersebut bebas dari korupsi dan
sempurna, “Alun ta coreang arang dikaniang”. Pada dasarnnya masih banyak poin-poin kreteria calon Wali Kota Pariaman yang muncul dari carito lapau atau diskusi lapau
tersebut.
Semua kesimpulan dari diskusi di lapau
tersebut, merupakan satu teori pembenaran
bahwa lapau merupakan pusat informasi dan sumber data dari refresentasi
keinginan masyarakat Piaman secara keseluruhan. Hal ini diperkuat juga oleh hasil penelitian pakar sosiologi Jepang tahun 1996 (baca: peran lapau
di tengah masyarakat Piaman) menjelaskan, bahwa fungsi lapau di Piaman adalah sebagai pusat
informasi dan berita, di mana lapau mampu memberikan informasi-informasi yang
berkembang di seluruh sisi kehidupan di daerah dan malah bisa dunia. Sehingga, siapa pun yang ke
lapau sudah
dipastikan dapat mengetahui perkembangan informasi dan berita apa yang terjadi
kekinian dan terbaru.
Selanjutnya lapau merupakan
pusat diskusi, di mana orang
yang ada di lapau akan saling mengadu ide dan gagasan cerdas. Sehingga, ada yang mengibaratkan, satu kasus penting dan rumit yang ada
di Indonesia, pasti sudah selesai pembahasannya di lapau, dan hasilnya sudah bisa diketahui, walaupun kasus tesebut masih dalam wacana dan pembahasan. Itu lah teori berdasarkan
hasil penelitian sosiologi Jepang tahun 1996 tersebut yang memperkuat apa yang penulis sampaikan tersebut.
Maka perlu dingatkan kepada masyarakat Kota Pariaman, bagaimanapun kreteria Calon
Wali Kota Pariaman yang munucul dan telah dijelaskan diatas. Semuanya
kembali kepada masyarakat Kota Pariaman itu sendiri nanti.
Catatan Yohanes Wempi