Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Akbar Dan Anas Bak Pinang Belah Dua

25 September 2013 | 25.9.13 WIB Last Updated 2013-09-25T15:41:10Z




Acara ILC (Indonesia Lawyer’s Club) kemarin malam (24 September 2013) menghadirkan Anas Urbaningrum yang di wawancara jarak jauh oleh Karni Ilyas. Sosok Anas Urbaningrum (AU) terlihat “Cool banget….!” begitu kesan mendalam teman-2 yang menyaksikan acara tersebut,sampai akhirnya di akhir acara tersebut, Prof.JE Sahetapy memberikan komentar perihal sosok AU yang seperti halnya wajah orang Jawa pada umumnya yang seperti wayang,tanpa ekspresi walau sedang marah,tidak seperti dirinya atau Karni Ilyas yang orang luar P.Jawa,kalau marah pasti terlihat sekali.

Terlepas dari AU itu adalah tersangka korupsi,menerima gratifikasi mobil menurut versi KPK atau tidak…..Sosok AU dalam berpolitik dengan penampilan wajah yang “cool” dan tutur kata yang datar tanpa emosi serta pilihan kalimat yang tepat sasaran (tidak berbelit-belit),maka AU boleh dibilang tetap teratas gaya berpolitiknya dibandingkan para politisi di Partai Demokrat yang tampil pada malam itu. Bahkan mungkin gaya berpolitik AU jauh lebih baik dari gaya berpolitik SBY yang terkesan “melankolis banget…!” bila sedang menghadapi persoalan. 

Gaya berpolitik AU mengingatkan sosok Akbar Tanjung,politisi senior Partai Golkar yang juga “Cool banget….!” ; Jadi,teori Prof.JE Sahetapy agak keliru dalam memandang sosok orang Jawa dan orang Luar P.Jawa,sebab Akbar Tanjung walau orang Sumatera Utara tidak menggebu-gebu seperti halnya Ruhut Sitompul,Sutan Bhatoegana,dll

Akbar dan Anas memang seperti pinang dibelah dua,yang satu merupakan politisi senior yang sudah makan asam-garam cukup lama dan yang satunya baru lebih kurang 5 tahun terakhir ini namanya mencuat,tepatnya tahun 2010 ketika Kongres Partai Demokrat di Bandung menyabet jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Keduanya juga pernah dililit masalah sangkaan korupsi,Akbar adalah tersangka korupsi Dana Non Bujeter Bulog tahun 2001 versi Kejaksaan Agung dan Anas sekarang adalah tersangka korupsi proyek Hambalang versi KPK. Keduanya juga pernah menjadi Ketua Umum HMI,sebuah Organisasi Mahasiswa Islam yang sangat kuat pengaruhnya di pentas politik tanah air. Keduanya juga pernah menjadi Ketua Umum sebuah Partai Politik yang menjadi pemenang Pemilu.

Sosok Anas yang masih sangat muda dibandingkan Akbar menjadi modal kekuatan politik jangka panjang yang tak dimiliki oleh politisi manapun. Banyak pengamat menduga sosok Anas kurang disukai di Partai Demokrat karena akan menghancurkan dinasti politik keluarga Cikeas ; Walau Anas sudah cukup cerdik ketika menjadi Ketua Umum PD,yaitu membawa serta Edhie “Ibas” Baskoro Yudhoyono untuk runtang-runtung bersama setiap turun kebawah. Tetapi pamor Anas memang jauh lebih gemerlap dibandingkan Ibas yang sering didera isu miring.

Dengan tersingkirnya Anas di PD pun,sosok dan perilaku Anas dalam berpolitik sudah menjadi ikon tersendiri bagi generasi muda yang mendambakan sosok politisi yang tidak norak dan glamour. Kalau saja Anas berhasil lolos dari hukuman atas sangkaan korupsi oleh KPK,maka masyarakat akan melirik sosok Anas kembali sebagai figur pemimpin masa depan,paling tidak sebagai “King Maker” menggantikan Akbar Tanjung dan SBY yang dipastikan sudah uzur dimakan usia.

Proses kasus korupsi Anas diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama,apalagi masih ada proses banding yang diperkirakan menjadi “buying time” bagi Anas membuka halaman demi halaman seperti yang pernah dijanjikannya. Publik sangat berharap Anas mau melakukan perlawanan terhadap keluarga Cikeas bila SBY tidak berkuasa lagi,karena persepsi masyarakat yang begitu kuat soal keyakinan bahwa naiknya SBY sebagai pemenang pilpres 2004 dan 2009 masih menyisakan tanda tanya besar apakah benar proses di KPU waktu itu berlangsung bersih? Kasus Antasari Ahzar,mantan ketua KPK yang dijebloskan ke penjara juga menjadi teori konspiratif dalam benak masyarakat luas Indonesia. Sebuah kekuasaan yang dibangun dengan pencitraan dan tanda tanya besar seperti halnya Soeharto ketika menerima Supersemar dan Pemilu-2 versi ORBA yang penuh kecurangan membuktikan bahwa pada akhirnya terjadi akumulatif ketidak-percayaan rakyat terhadap pribadi sang pemimpin tersebut setelah tidak berkuasa lagi.

Anas sepertinya tetap akan menjadi “Cikeas Family Enemy” bila terus menerus dipojokkan sebagai tersangka korupsi. Begitulah kira-kira cerita Anas……tentu masih ada halaman yang belum dibuka untuk publik…..!

Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer
×
Berita Terbaru Update