Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

11 Tahun Kota Pariaman

2 Juli 2013 | 2.7.13 WIB Last Updated 2013-07-02T06:03:38Z




Hari ini, Selasa, 2 Juli 2013, usia Kota Pariaman tepat sebelas tahun. Sebelumnya, Pariaman menjadi ibukota Kabupaten Padang Pariaman, lalu mendapat status sebagai Kota Administratif. Lahirnya Kota Pariaman tidak terlepas dari keberadaan UU no. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang membuka peluang otonomi luas di tingkat kabupaten/kota. Bersamaan dengan itu, lahir juga UU tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. 

Dalam perkembangannya, Kota Pariaman telah berhasil mencapai peningkatan dari segi infrastruktur. Kota ini juga meraih prestasi dari pihak pemerintah pusat di bidang layak anak dan kebersihan. Melanjutkan program pemerintah pusat yang didanai via APBN, kota Pariaman juga membebaskan iuran sekolah sampai ke tingkat menengah atas. Di bidang kesehatan, juga ada jaminan pengobatan gratis dari pemerintah.
Namun, dilihat dari aspek pendapatan penduduk, Kota Pariaman mengalami penurunan tingkat kesejahteraan. 

Sejumlah penduduk miskin baru muncul, akibat kehilangan pekerjaan. Perpindahan kantor-kantor pemerintahan Kabupaten Padang Pariaman yang semula terletak di Kota Pariaman ke Parit Malintang menjadi alasan utama pertambahan jumlah penduduk miskin. Daya beli masyarakat menurun, terutama dari kalangan pegawai negeri sipil beserta keluarganya, menyebabkan banyak warung makanan tutup.  

*** 

Sejak awal tahun, saya terbiasa blusukan ke rumah-rumah warga, mewawancarai, serta mendiskusikan masalah-masalah yang muncul. Potret kemiskinan hadir di setiap kunjungan, begitu pula suara-suara kritis akibat minimnya perhatian pemerintah. Saya biasanya menjelaskan tentang keterbatasan sumberdaya alam yang dimiliki Kota Pariaman, begitu juga keterbatasan dari sisi anggaran. Hanya saja, penduduk melihatnya lain sama sekali. Penduduk masih menganggap betapa pemerintah memiliki tanggung-jawab besar atas masalah-masalah yang muncul. 

Barangkali, kini saat yang tepat untuk menilai ulang keadaan seluruh sisi dan dimensi di Kota Pariaman. Apakah desentralisasi sudah menuju arah yang tepat? Kota Pariaman termasuk daerah yang mendapatkan perhatian pemerintah pusat, bahkan pernah diisukan sebagai daerah yang statusnya sebagai kota otonom mengalami sejumlah kegagalan. Bahkan, isu itu berkembang menjadi keinginan untuk kembali menggabungkan Kota Pariaman dengan Kabupaten Padang Pariaman. Penilaian seperti itu tentu sah-sah saja, tetapi rasa-rasanya kurang tepat. Kota Pariaman masih mampu untuk tampil ke depan sebagai kota yang berhasil sebagai kota otonom. 

Bagaimana caranya? Saya kira, proses pelibatan masyarakatlah yang menjadi kunci. Kekurangan dari sisi sumber daya alam, ternyata ditutupi oleh kehandalan dari sisi sumber daya manusia. Kemampuan warga Kota Pariaman dalam berkarya, bisa dilihat dalam setiap kali tabloid Nangkodo Baru terbit. Ada geliat kehidupan warga kota yang berhasil dalam hidupnya, dengan cara yang kreatif. Pemberdayaan masyarakat Kota Pariaman yang kreatif inilah yang menjadi titik balik perkembangan kota ini ke depan. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak balai-balai latihan kerja. 

*** 

Satu dekade pertama Kota Pariaman harus diakui juga sebagai proses keberhasilan dalam bidang infrastruktur. Sebagai ibukota Kabupaten Padang Pariaman, memang Pariaman menjadi sentra pembangunan jalan, jembatan dan bangunan. Bahkan proses itu sudah berjalan selama lima abad lebih. Sehingga, hampir semua desa bisa dilalui dengan kendaraan, baik mobil ataupun motor. Kota Pariaman mendapakan berkah dari peninggalan kabupaten induknya, Padang Pariaman. 

Justru bagaimana memanfaatkan keberhasilan di bidang infrastruktur ini. Perlu ada proses pengaturan arah kendaraan, sehingga siapapun yang lewat bisa masuk ke lingkungan penduduk yang memiliki kemampuan di bidang industri kerajinan, termasuk industri rumahan (home industry). Keunggulan lain adalah kultur relegius yang hidup yang ditandai dengan banyaknya mesjid-mesjid tua. Wisata relegius bisa dikembangkan di sini, dengan cara memberikan perspektif kepada pengunjung. Misalnya, setiap mesjid diberikan keterangan tahun pendirian atau riwayat para tuanku, buya dan sosok-sosok yang pernah berkiprah di dalamnya. 

Kota Pariaman bisa dikembangkan lebih baik lagi, dengan cara memanfaatkan segala sesuatu yang sudah ada sebagai kekuatan. Cara yang lain, menyamankan kota ini sebagai wilayah hunian. Atau jadi kota transit bagi penduduk dari daerah lain guna menikmati suasana pantai, kuliner yang enak, sampai sapaan penduduk yang ramah. Langkah-langkah itu lagi-lagi memerlukan pendekatan yang menyeluruh lewat pelibatan masyarakat, baik di ranah ataupun di rantau. Sehingga, satu dekade ke depan, Kota Pariaman jauh lebih baik lagi perkembangannya dibandingkan dengan perayaan ulang tahun ke-11 sekarang. 

Catatan Indra Jaya Piliang, Calon Walikota Pariaman Independent
×
Berita Terbaru Update