Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Farhat Abbas : Pramugari itu Pembantu bukan Peragawati

12 Juni 2013 | 12.6.13 WIB Last Updated 2013-06-12T13:28:15Z




Sebuah radio swasta di Jakarta tadi pagi mewawancarai Farhat Abbas,pengacara yang beberapa waktu lalu nge-tweet tentang Ahok kemudian diperkarakan oleh Anton Medan ; Kali ini Farhat juga diwawancarai (bukan diperkarakan) karena ‘ocehan’ di twitter yang menyebut bahwa Pramugari itu Pembantu ,bukan Peragawati…! Maka ramailah dunia awak kabin penerbangan Indonesia gara-gara ocehan Farhat Abbas tersebut. Tentu yang dipermasalahkan apalagi kalau bukan kata “pembantu” nya……!

Walau bukan berarti merendahkan sebuah status sosial,kata “pembantu” di masyarakat Indonesia seringkali dikonotasikan sebagai orang yang bekerja di sebuah rumah tangga dan mengerjakan secara “all-in” atau apa saja yang memerlukan tenaganya,dari mulai bersih-bersih rumah sampai mencuci, menyeterika,momong anak kecil dan lain sebagainya…! Pekerjaannya pun kadang tidak punya limitasi waktu,kalau diperlukan harus siap sedia. Hal ini Berbeda dengan profesi seperti Pramugari yang “status” sosial dan pekerjaannya dianggap lebih tinggi dari seorang pembantu. Walaupun dalam penjabaran tugasnya seorang Pramugari adalah “membantu” para penumpang di pesawat terbang agar perjalanannya nyaman dan aman.

Karena hanya akibat persepsi umum dari masyarakat tentang kata “pembantu” yang dianggap status sosialnya rendah,maka tanggapan tweet si Farhat Abbas pun jadi ramai sekali ditanggapi negatip. Kalau saja Farhat Abbas mau pakai kata “a servant” mungkin orang yang membaca pun tidak akan mempermasalahkan. Sebab kata itu di persepsi umum penerjemahannya sangat bagus sekali. Bahkan di Kitab Suci kaum Nasrani kata “a servant” seringkali dipakai untuk memperlihatkan sosok Yesus atau Nabi Isa yang melayani daripada dilayani. 

Seorang Pendeta agama Kristen pun seringkali menggunakan kata “a servant” pada dirinya untuk memperlihatkan kerendahan hatinya.

Terlepas dari apapun profesi seseorang,bila dirinya bekerja untuk orang lain,sebenarnya mereka pantas disebut sebagai “pembantu” ; Bahkan sampai level tertinggi jabatan seseorang,misalkan dia seorang CEO sebuah perusahaan besar,namun bila dirinya ‘hanya’ bekerja kepada sebuah perusahaan yang bukan miliknya sendiri,maka dirinya layak disebut “pembantu” ; Bukankah mereka juga “makan gaji” selayaknya Pembantu Rumah Tangga …? Bahkan terkadang waktunya pun “unlimited” juga,karena bekerja sampai larut malam ataupun subuh,karena tugas-2nya menuntut hal itu. Namun sekali lagi,bila kita berpikir positip untuk sebuah kata “pembantu” ….maka yang didapat adalah penggambaran kerendahan hati seseorang dalam menyebut dirinya,apapun strata sosialnya….!

Justru sebuah keanehan dan kesombongan bilamana seseorang yang sebenarnya “pembantu” menganggap dirinya “tuan” ; Karena dirinya bukan seorang pemilik dan juga bukan yang berhak atas tempat dimana dirinya bekerja. Namun bukan berarti seorang “pembantu” boleh direndahkan walau dirinya secara “strata” memang lebih rendah dari tuannya. Justru pembantu layak ditinggikan sebab tanpa keberadaannya,si tuan sebenarnya tidak bisa mencapai apa yang diinginkan.
Oleh karena itu,marilah kita menjadi orang yang rendah hati….kalau memang “pembantu”‘kenapa berteriak ingin dipanggil “tuan” atau “nyonya”…..???

Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer
×
Berita Terbaru Update