Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Helmi Darlis Vs Mukhlis

12 Oktober 2012 | 12.10.12 WIB Last Updated 2012-10-12T06:24:11Z
                                                       image antara-sumbar.com

menganalisa sebuah persoalan perlu penerapan prinsip anti defensif bila kritik tersebut dialamatkan kepada kita atau orang terdekat kita. melihat segala persoalan mustilah secara jernih dan menghargai berbagai sudut pandang debater kita.

ikhwal ini sulit memang bila kita terlalu egosentrik. namun bila kita mau membuka hati dan fikiran dan menyingkirkan istilah menang kalah dalam sebuah perdebatan, niscaya orang tidak akan pernah menyudutkan kita dengan argumen-2 yg memojokan. hal ini berlaku dimana saja, baik dalam kehidupan sosial sehari-hari maupun kecakupan yg lebih luas semacam dunia politik.

anti kritik adalah sebuah pembangkangan terhadap diri sendiri dan fakta. bersebab tak satu manusiapun dilahirkan sempurna, oleh bersebab itulah dari sebuah kritik akan lahir keseimbangan rohani kita dalam mengontrol perilaku dan sikap self personality. kita akan menjadi pribadi yg terbuka dan selalu berevolusi dalam berfikir.

teringat saya akan perilaku diri ini yg sangat pongah, anti kritik, menganggap diri yg "paliang santiang", berperilaku semaunya dan menganggap semua lawan remeh semua. hal ini tentu berujung pada malasnya orang dilingkungan saya mengkritik diri ini dan berimplementasi pada lambatnya proses evolusi diri bersebab menganggap diri paling benar adanya. 


namun dengan berjalannya waktu, kritik terhadap diri saya yg terkenal sangat tempramen dan "peraba" justru datang dari keluguan anak saya yona ketika ia berumur 4 tahun (sekarang 8th). "orang yang memasang antena tivi itu mengeretek karena ayah bentak,tak pernah lurus ia memasang antene bila badanya saja menggeretek" , ujarnya saat itu. saya terperangah, anak balita (bayi dan anak usia dibawah lima tahun) dengan cengasnya mampu berkata sedemikian , berlogika. 

saya merenung.. dan mengajak sipemasang antena tadi makan dahulu, minum teh es dan bercengkrama.. saya minta maaf padanya karena sering menginterupsi pekerjaan dan meyakinkan bahwa sambil bersiul hal itupun akan dituntaskannya. sang pemasang antena lega, wajahnya sumringah dan tak sampai setengah jam kemudian pekerjaannya pun kelar dengan gemilang.

apa yg dilakukan anak saya,? semenjak itu adalah awal bagi saya membuka diri, menerima masukan. bahkan saya tak segan-2 meminta teman-2 untuk menunjukan dimana letak kelemahan saya dengan jaminan saya tak akan marah (meskipun akhirnya pernah marah juga). hal tersebut dengan cepat dapat saya obah,sifat pongah,tempramental dan perilaku yg menghambat kemajuan diri selalu menjadi catatan tersendiri bagi saya, dan siap menerima perbedaan pendapat dalam artian yg sesungguhnya.

dalam dunia politik juga demikian. disini saya salut dengan Mukhlis R wako Pariaman, saya yg acap mengkritiknya tak sekalipun membuatnya memperlihatkan sikap anti terhadap saya, beda betul dengan Helmi Darlis (wawako) yg tak sekalipun pernah mau diverifikasi meskipun itu adalah hal yg sangat esensial dan perlu diketahui orang banyak terkait isu yg berhembus saat ini, dan didalam hati kecil saya tak akan pernah punya niat mengdiskreditkan seseorang secara personal. 


Helmi Darlis yg tak mau diverifikasi baik by phone maupun Sms dan tak pernah membalas sekalipun membuat tanya besar dalam hati saya? sudah siapkah dia secara mental menjadi Walikota? yg konon diibaratkan orang sentral figur, bak ikan dalam Aquarium yg diperhatikan lagak langgamnya setiap saat, baik ketika menyelam maupun ketika menyegarkan insang dengan menghirup udara diatas permukaan air dalam bejana kaca tembus pandang tersebut.Wallahualam..

catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update