Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

H.Wiztian Yutri : Media Adalah Bisnis Kepercayaan Publik

21 Agustus 2012 | 21.8.12 WIB Last Updated 2012-08-20T19:42:58Z
                            Bersma abang ipar H Wiztian Yutri (wartawan senior)

lebaran kedua ini saya lebih banyak bersilaturahmi kewarung-2 disiang harinya bersebab para sahabat dengan sangat mudahnya ditemukan disini daripada datang kerumah mereka langsung, beda betul mungkin dengan kebiasaan dikota-2 lain luar sumbar. kecuali untuk kerabat dan dunsanak terdekat wajiblah saya mengunjungi langsung kerumah mereka. 

hampir separoh siang dan sore hari tadi saya menghabiskan waktu dilapau bang adek disimpang galombang kota pariaman. dipalanta kedai kopi dari papan nan sejuk ini berbagai kalangan dari berbagai pofesi bercengkrama ria sambil menyalurkan hobi bakoa atau main joker sekedar penghisi waktu senggang sambil minum teh telor atau minuman khas palanta yg baleak dipariaman ini. 

                  bersama bang adek diwarung simpang galomabang kota pariaman

siapapun yg kalah atau menang tidak menentukan yg harus membayar, dalam artikata siapa yg tergerak hatinya dialah yg membayar meskipun dalam permainan tersebut biasanya yg kalah membayarkan yg menang, jadi saya berkesimpulan ini bukanlah judi namanya...ini lebih tepatnya olahraga otak sebagaimana kita tau permainan ini ada cabang tersendiri dalam dunia olahraga internasional.

cuaca pariaman tadi siangnya sangat terik, menyengat, namun menjelang menjemput sore seketika berubah mendung disungkup awan kelabu dan senja turunlah hujan meskipun tak lebat, namun berlangsung lumayan lama. sehingga banyak terlihat genangan air dikerendahan aspal disetiap jalan yg saya telusuri menuju desa pasir pauh tempat keluarga besar saya bermukim. 

kedua anak saya dalam dua hari lebaran ini memang tinggal disana, ini baik buat otak kecil mereka mengenal lebih dekat sepupu-2 mereka dan bako-2nya., sebagaimana kita tau dalam adat minang yg matriakat tali menali persaudaraan lebih berat kepihak keluarga ibu dimana marga atau suku juga diturunkan dari garis ranji bundo kanduang tersebut, beda betul dengan suku batak ,jawa, bugis,ambon dll dinusantara ini.

selagi asik makan malam diberanda rumah keluarga, saya melihat teguh anak "sepupu" saya (hasnah cendradewi).teguh (16th) sedang berpayung lewat depan rumah, saya panggil teguh tak menyahut (kita musti maklum teguh adalah anak penderita autis) begitu juga ketika ipar saya mendekatinya sambil menanyakan teguh sama siapa? 

                                     Ibu (ibunda Hasnah Cendradewi) duduk paling kanan


hati saya mulai tak enak bersebab rumah keluarga teta hasnah dan rumah saya berjarak sekitar 300m dan bersela jalan lengang diantara jarak tersebut.  teta saya telpon namun tak diangkat, lalu saya sms juga tak dibalas. nasi saya habiskan dg cepat, kemudian menuju rumah keluarga teta (teta berdomisili tetap dipadang). mobil disengaja melaju lambat menuju rumah keluarga teta, sambil melihat kemana gerangan teguh disaat hujan-2 begini, namun saya tak melihat ponakan saya tersebut hingga sampai dirumah teta.

mobil yg biasa ditunggangi teta terparkir digarase rumah yg semasa  dulu tempat saya acap bermain pingpong.

saya langsung masuk tak ragu bersebab rumah ini sudah bagaikan rumah saya sendiri (bahkan pesta pernikahan keponakan kandung saya rumah ini kami pergunakan),. semasa bujangan dulu saya dan uncu, adik laki laki bungsu teta adalah karib, tak terhitung berapa kali saya tidur dirumah mantan alm kapten polisi hasan bey (eks kabagmin polres pariaman era th 80an) ini. 

seiring masuk saya memanggil teta namun yg keluar adalah abang ipar (suami teta) daci (H.Wiztian Yutri) , saya utarakan adakah teguh ditemani? sebab saya melihat ia bermain sendirian lewat depan rumah tadi ujar saya pada daci.. beliau panik bersebab teta,ibu dan uncu juga sedang mencarinya ujar daci yg mengenakan celana pendek dan kaos oblong warna putih..akhirnya alhamdulillah beberapa menit kemudian teguh berhasil "ditemukan",. ternyata ia sedang berada disebuah warung disimpang tiga pasir pauh yg luput dari pengamatan saya ketika lewat tadi.

ibu , teta , uncu dan seorang tetangga terlihat keluar bersamaan sedan merah milik uncu, penat juga saya mencari teguh ujar uncu.. sampai kepasir pantaipun saya sigi ujarnya pada saya saat kami sudah berkumpul duduk-2 santai diatas karpet ruangan keluarga sambil memamah penganan kue lebaran dan minuman anggur murni (non alkohol) yg dibawa uncu dari jakarta.. 

hampir semuanya kecuali teta memperkarakan badan saya.. kenapa besar begini sekarang? bersebab semasa bujangan dulu saya amatlah kurus dengan berat badan 55kg tinggi 178cm,  uncu (sekarang berdomisili dijakarta) sudah 9 tahun saya tak bersua . begitu juga ibu yg meskipun sudah berumur 74th masih alhamdulillah sehat, terakir bertemu disaat melepas saya jadi marapulai th 2003. ini betul-2 sebuah pertemuan yg tidak direncanakan sebelumnya bersebab teta jika kepariaman jarang tak memberi kabar .. ikhwal telpon saya tak diangkat ternyata disaat mencari teguh hp beliau memang tak dibawa..

cukup lama saya bercerita dengan ibu , uncu begitu juga teta seputar topik dan tema keluarga dan romantika masa lalu. daci seusai makan dan solat barulah bergabung . acap ibu menanyakan bagaimana keadaan kakak saya dan anak-2nya yg sekarang berdomisili dilampung. saya terangkan pada ibu ikhwal ini .. ibu mengenang semasa ia dan kakak saya ketika menunaikan ibadah haji kemekah bersama medio 2001.

daci suami teta siapa kalangan media disumbar ini yg tak mengenalnya? ia mantan ketua penasehat PWI SUMBAR , DIREKTUR UTAMA HARIAN PADANG EKSPRES. dan PIMPRED  terlama sepanjang koran prestius diSUMBAR ini berdiri, ia menjabat pimpred selama 6tahun , direktur 5th dan terakhir daci menjabat WAKIL PRESIDENT KOMISARIS UTAMA Koran group JAWA POS yg juga membawahi media semacam posmetro, padangtoday.com bahkan PadangTV.

berdiskusi dengan daci seputar dunia jurnalistik sangatlah banyak manfaatnya bagi saya yg hanyir ini.. daci berujar bahwa fungsi wartawan didaerah mustilah menggali informasi ditiap daerah wilayah peliputannya, mereka musti mendorong agar pemerintah daerah menggerakkan potensi yg ada didaerah tersebut, daci juga menambahkan jangan sekali-2 wartawan hanya menyalin berita yg ada dari Humas saja.. 

wartawan musti punya wawasan yg setara dengan pimpinan daerah tersebut. daci merujuk akan target-2 yg pernah dijanjikan pimpinan daerah , dan jurnalis musti mengingatkan ikhwal tersebut kepada mereka dengan melihat fakta kekinian.. apakah sudah sesuai dengan apa yg mereka janjikan dan canangkan,ini perlu digali bersebab hal tersebut Media musti ikut bertanggungjawab akan kemajuan daerah tersebut. 

mana target yg sudah dicapai dan mana yg belum agar diketahui orang banyak melalui pemberitaan dan mengingatkan pejabat tersebut agar terhindar dari pembohongan publik, tukuk daci dengan langgam lema bicara yg sangat tertata dan mudah saya pahami.

daci berujar bahwa media adalah bisnis kepercayaan, corong rakyat dan melihat fakta dengan memverifikasi setiap berita kepada yg paling tepat dijadikan narasumber terkait. daci juga bercerita dizaman ia menjabat pimpred dulu ada sebuah kesalahan dalam peliputan oleh awak jurnalis yg ia tugaskan meliput, sehingga wartawan tersebut diperkarakan diranah hukum atas pencemaran nama baik. 

sebagai pimpred daci adalah orang yg paling bertanggungjawab, masalah ini akhirnya ia selesaikan dengan dialogis yg difasilitasi pejabat daerah tersebut. dan kami dengan jantan menulis berita permohonan maaf atas kekilafan tersebut serta menulis bahwa berita yg di blowup pada waktu itu (kekeliruan verifikasi) kami anggap tidak pernah ada, ujar daci.. ini adalah sikap ksatria media yg dewasa dalam bersikap..!

daci yg sekarang juga konsultan media juga menukuk bahwa jurnalis dalam wadah media jangan sekali-kali berbuat fitnah sambil mencontohkan beberapa pemberitaan besar .. media yg baik musti kritis dan faktual dan ikut memajukan roda pemerintahan dengan sumbangsih ide dengan menggali  potensi yg ada didaerah tersebut.. daci juga sependapat dengan saya jika media sudah berpihak dan jadi corong kalangan tertentu sama dengan penjajahan peradaban.. baik lokal maupun nasional..

ingin saya berlama-lama menggali ilmu dengan abang ipar saya ini, namun ponsel tak henti-2nya berdering dari sang istri yg minta diantar pulang bersebab anak kecil kami sangat "berulah" pertanda ia minta dilalok'an.. 

berselang berlalu izin pamit sama ibu, teta dan daci. hendak keluar menuju mobil saya disarankan daci, pertahankan media yg oyong dirikan dan tetaplah dijalur yg telah ada sambil menambahkan beberapa ide yg sangat bermanfaat bagi progres media ini kedepannya.. saya musti camkan nasehat beliau bersebab apa yg ia tuturkan adalah perjalanan kariernya dari nol sebagai seorang jurnalis yg sudah banyak merasakan asam garam, pahit getir dan berbagai tantangan sebagai seorang jurnalis..

catatan oyong liza piliang











×
Berita Terbaru Update