Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Asmara Subuh di Ranah Minang

21 Juli 2012 | 21.7.12 WIB Last Updated 2012-07-21T02:35:29Z

                                                                 image antara sumbar


kisapnya saya merokok tak ada yg mengubris termasuk istri saya dan kakak-kakak serta keluarga, bersebab ia tau bahwa saya bisa mengambil keputusan buat diri saya sendiri ikhwal kesehatan. justru yg sering mengingatkan perihal ini justru sahabat-sahabat dekat saya.rokok yg saya hisap sangat cepat habisnya yaitu rokok putih yg beberapa kali dudut sudah terpuntung.tak jarang ketika saya menulis rokok tersebut sudah terpuntung sendiri pula didalam asabak sembari memperlihatkan abu rokok yg menaut bak lemang halus diujung batang rokok ini. paling sedikit saya menghisap rokok 2bungkus dalam sehari, yg dalam satu bungkus berisi 20 batang.


begitu juga perihal berolahraga. sangat malasnya saya melakukan rutinitas ini meski sekedar jogging sekalipun. ini sering saya renungkan kemana peluh saya selama ini mengendapnya. dulu ketika tetangga saya punya anjing berburu (kinipun masih) saya acap juga menghelanya disore hari, dan pernah juga sesekali diajak berburu babi kehutan bersama rombongan sesama perburu babi yg sangat mencandu ini, diperburuan beratus-ratus anjing saling salak menyalak ketika hendak meminta dilepaskan dari kalanya ketika ada isyarat bedil tanda ada babi yg kelihatan dirimba. namun sebentar saja ini mencandukan saya. kini tak satupun hobi olahraga berminat dihati saya.


dalam ramadhan kali ini saya bertekad berpuasa sebulan penuh, rohani saya perlu disiram agar suci, berkerak tebal mungkin didalamnya jika bisa dilihat dengan kasat mata. saya punya planing sehabis sahur untuk jogging santai kepantai-pantai, disini dikenal dengan istilah asmara subuh. ketika bujangan dahulu ini sering saya lakukan untuk mematut-matut gadis bukittinggi yg terkenal akan keelokan raut wajah dan kulit bersihnya serta rona pipinya yg bersemu merah yg tak saya temukan pada gadis pariaman, bersebab mungkin pengaruh cuaca dingin kota bukittinggi ini yg berbeda dengan pariaman yg panasnya garang dan bergaram, berpengaruh pula pada pigmen kulit menurut hemat saya. asmara subuh medio 90an sama juga dengan sekarang ini, muaranya tetap ke jam gadang kota bukittinggi.


asmara subuh, sarung ,kopiah, telekung adalah pemandangan yg lumrah dipagi bulan ramadhan. bersebab sehabis solat subuh mereka langsung melakukannya, pantai cermin, gandoriah sudah hampir dipastikan ramai jika tak diguyur hujan dikala subuh menjelang pagi. sehabis asmara subuh biasanya mereka tak langsung mandi, melainkan mengulang tidurnya kembali. terkecuali bagi mereka yg bekerja atau punya rutinitas tetap. bagaimanapun meskipun bernama asmara subuh ini bukanlah sesuatu yg negatif, tak lebih dari sekedar nama broken yg terlanjur dilabel. asmara subuh jika dilihat dari kacamata positif adalah olahraga ringan yg menyehatkan..


catatan oyong liza piliang

×
Berita Terbaru Update