Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Penyebab lubernya air ke lantai tiga di Pasar Pariaman

18 April 2021 | 18.4.21 WIB Last Updated 2021-04-18T07:40:00Z

Petugas teknis dari PT Wijaya Karya lakukan perbaikan terhadap saluran mampat karena sampah plastik di Pasar Rakyat Kota Pariaman. Foto: istimewa

Pariaman - Pedagang dan pengunjung di lantai tiga bangunan baru Pasar Rakyat Pariaman dihebohkan dengan merembesnya air dari lantai empat yang membuat genangan di lantai tiga melalui tangga, Sabtu (17/4). Mereka mengkhawatirkan kejadian tersebut akan terus berulang selama musim hujan.

Menurut Kepala Dinas Koperindagkop/UKM Gusniyetti Zaunit, pedagang tidak perlu cemas karena tidak ada kebocoran yang mengakibatkan rembesnya air ke lantai tiga. Karena menurutnya tidak mungkin pasar yang baru diresmikan oleh Wapres Ma'ruf Amin pada 6 April lalu itu mengalami kebocoran karena menggunakan atap dak beton.

Masalah sebenarnya, kata dia, adalah karena tersumbatnya saluran air dari lantai empat - atau area komoditi kuliner - oleh sampah plastik yang menyebabkan saluran air ke pembuangan menjadi mampat.

"Tersumbat oleh sampah plastik jadi air mengalir ke tangga (turun ke lantai tiga)," ungkapnya.

Saat ini, kata dia, pihak kontraktor sudah melakukan perbaikan terhadap saluran air tersebut karena masa perawatan atau maintenence bangunan sesuai perjanjian berlaku hingga Juli 2021 mendatang.

Penasehat Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) Kota Pariaman, Oyong Liza Piliang mengatakan, penyebab tersumbatnya saluran air oleh sampah plastik menandakan minimnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya, bukan kesalahan desain bangunan.

"Ini sebuah persoalan sosial yang lebih tepatnya disebut adab atau kebiasaan buruk dan ketidakdisiplinan dari masyarakat kita. Seperti membuang sampah seenaknya, menerobos antrian, membuang puntung rokok, tidak pakai helm jika tak ada polisi, bahkan hingga menerobos lampu merah," ujarnya di Pariaman, Minggu (18/4).

Selain itu, sambung OLP karib ia disapa, juga tidak biasanya budaya saling menegur sesama komunitas sosial saat melihat perilaku membuang sampah sembarangan.

"Pedagang, pengunjung lainnya sebenarnya punya kewajiban menegur jika melihat orang membuang sampah sembarangan, tapi tak mereka lakukan guna menghindari pertikaian. Mereka lebih mengandalkan petugas," kata dia.

Di sisi lain, kata dia, kepemilikan Pasar Pariaman secara hukum administrasi masih punya Kementrian PUPR karena hibah resmi dari kementerian ke Pemko Pariaman masih dalam proses. Petugas yang ada saat ini, kata dia jumlahnya belum memadai.

"Ya itu karena pengelolaan Pasar Pariaman mesti menunggu hibah dulu. Jika Pemko sudah menerima hibah, Pemko bisa mempihakketigakan pengelolaan pasar dalam menjaga keamananan dan kebersihannya, atau bagaimana baiknya (terkait pengelolaan pasar) sesuai aturan yang berlaku," pungkasnya. (*)

×
Berita Terbaru Update