Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pasar pabukoan aman zat kimia berbahaya, dan PR menata PKL jelang lebaran

17 April 2021 | 17.4.21 WIB Last Updated 2021-04-17T06:38:14Z

Foto situasi saat pedagang pabukoan masih berjualan di area parkir komplek pasar Pariaman. Foto diambil puasa pertama 13 April 2021. Lokasi dalam foto ini sudah ditertibkan dan digeser ke belakang sehingga membuat arus lalulintas menjadi lebih lancar.

Pariaman - Seluruh jenis menu kuliner yang dijual pedagang di pasar pabukoan Pariaman dan Kuraitaji dinyatakan bebas dari bahan kimia berbahaya oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Padang setelah melakukan uji sampel kimia, Kamis (15/4).

"Dinyatakan aman dari penggunaan bahan kimia berbahaya," ungkap Kepala BPOM Padang, Firdaus Umar.

Kuliner di pasar pabukoan Pariaman dan Kuraitaji, kata dia, bebas dari penggunaan bahan kimia jenis formalin, boraks, rhodamin b dan methanil yellow.

"Bahan kimia tersebut berbahaya bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan jangka panjang," sambungnya.

Biasanya, empat jenis bahan kimia itu sering digunakan dalam olahan makanan. Oleh sebab itu ia akan menguji sampel seluruh pasar pabukoan di kabupaten kota di Sumatera Barat.

"Di pasar pabukoan Pariaman dan Kuraitaji kami masih menemukan penggunaan koran bekas untuk alas gorengan, kita sudah sampaikan dan lakukan langkah pembinaan," ujar dia.

Walikota Pariaman Genius Umar mengimbau agar pedagang pasar pabukoan agar mengutamakan kebersihan makanan dan tempat berjualan.

"Dan jangan menggunakan zat kimia yang membahayakan konsumen," kata dia.

Kepada pedagang ia meminta agar mematuhi protokol kesehatan dengan tetap menggunakan masker. Ia juga meminta agar penggunaan kertas koran untuk alas makanan segera diganti.

"Mohon diganti karena tintanya tidak higienis dan bisa membahayakan konsumen yang memakannya," tegasnya.

Lahan parkir tersedia setelah penggeseran pedagang

Dalam pemantauan wartawan di pasar pabukoan Pariaman, tenda pedagang yang sebelumnya menjorok ke depan sekarang digeser ke belakang sehingga menyisakan lokasi parkir yang muat sekitar 30 unit mobil.

"Sebelumnya di depan, namun setelah ditertibkan ke belakang mengurangi kemacetan," kata Riko salah seorang pengunjung pasar pabukoan Pariaman, Jumat (16/4).

Menurut Riko, penggeseran tenda pedagang ke belakang mestinya bersifat permanen karena dengan tersedianya lahan parkir kian memperindah komplek pasar. Belum lagi, kata dia, dalam beberapa hari ke depan akan muncul pedagang kaki lima yang menjual pakaian dan aksesioris.

Hal itu, menurut Riko, jika tidak dilakukan penertiban akan merugikan pedagang yang berjualan di Pasar Rakyat Pariaman dan bertolak belakang dengan semangat pemerintah dalam rangka meramaikan pasar Pariaman.

"Paradoks memang jika Pemko membiarkan pedagang pakaian kaki lima berjualan di area parkir sementara di lain pihak ia menginginkan pasar Pariaman ramai," kata dia.

Penataan komplek pasar Pariaman jelang hari raya atau lebaran selalu menjadi persoalan klasik. Di satu sisi Pemko Pariaman ingin memberi kesempatan bagi warganya untuk mengais rejeki, di satu sisi ia mesti menjaga estetika Pariaman sebagai kota pariwisata yang baru tumbuh.

Menurut dewan penasehat Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia Kota Pariaman, Oyong Liza Piliang, pemerintah harus memberikan kesempatan yang adil dan merata bagi setiap warga untuk mencari nafkah. Baik dengan kebijakan formal maupun kebijakan relaksasi.

"Pedagang di Pasar Rakyat Pariaman mesti dilindungi, namun juga mesti memberi kesempatan bagi pedagang musiman," kata OLP, biasa ia disapa di Pariaman, Sabtu (17/4).

Untuk itu, kata OLP, pemerintah mesti memberi kelonggaran atau relaksasi bagi pedagang musiman yang tidak berpotensi merugikan pedagang tetap di Pasar Rakyat Pariaman.

Misalnya, kata OLP, dengan menempatkan pedagang musiman ke lantai tiga Pasar Pariaman karena area tersebut masih lapang.

"Jangan di lantai satu, karena juga akan berpengaruh ke pedagang yang memiliki kios dan sebagian pedagang di lantai tiga. Contohnya, pedagang kaki lima menjual jam di lantai satu sementara di lantai tiga, kios penjual jam tangan. Ini jelas akan berdampak besar pada omset mereka di lantai tiga," kata OLP.

OLP mengatakan untuk mencapai sebuah kebijakan, diperlukan aturan dan penegasan yang sungguh-sungguh dari Pemko yang memiliki kewenangan penuh.

"Jika Pemko ingin bermain aman, ia akan berkompromi pada situasi dengan melakukan pembiaran, tapi Pemko tidak mencapai hasil dari kebijakan yang ia buat," ungkap OLP.

OLP juga menyadari situasi ekonomi saat ini mengharuskan sikap relaksasi bagi Pemko. Oleh sebab itu ia berharap jelang lebaran mulai dari saat ini perlu disiapkan strateginya.

"Karena bagi pedagang musiman inilah saatnya. Uang tidak datang dari sorga, uang diperoleh di sisni, di bumi," pungkasnya. (Phaik/*)

×
Berita Terbaru Update