Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

[Editorial] Sekda adalah jabatan "seorang samurai" Yota Balad !

15 April 2021 | 15.4.21 WIB Last Updated 2021-04-15T07:27:45Z

Sekdako Pariaman Yota Balad

Pariaman - Kepala Inspektorat, Yota Balad, sebagaimana diduga banyak pihak, akhirnya dilantik menjadi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pariaman oleh walikota Pariaman Genius Umar hari ini, Kamis (15/4). Artinya, dia adalah orang ketiga di Pemerintahan Kota Pariaman. Sebuah prestasi mengagumkan mengingat usia Yota Balad terbilang muda, baru akan menginjak 44 tahun.

Pengangakatan seorang Sekda sebagaimana diketahu, selain karena dasar kinerja, memenuhi syarat administrasi, juga tidak terlepas dari unsur politik. Seorang sekda mestilah orang yang bisa dipercaya kepala daerah karena setelah ia menjabat sekda, sangat sulit untuk menurunkannya.

Redaksi pariamantoday.com mencatat bagaimana kedekatan dan kiprah Sekdako Pariaman sebelumnya. Di era Walikota Mukhlis Rahman, kita mengenal sosok sekda Armen dan Indra Sakti. Armen dan Indra Sakti tidak diragukan lagi loyalitasnya kepada Mukhlis Rahman.

Bahkan sosok Armen juga dikenal sebagai tukang 'rajut' hubungan personal Mukhlis dengan Genius yang saat itu sempat ranggang beberapa kali, dan akhirnya benar-benar memburuk menjelang Pilkada 2018. Armen juga menjadi 'bemper' penjaga marwah Pemko Pariaman dari berbagai kritikan dan dinamika di DPRD Kota Pariaman.

Dan kinerja Armen yang terberat adalah "mengamankan" Mukhlis dari kritikan media. Baik media yang benar-benar melakukan kritik atas kinerja Mukhlis yang dianggap tidak memihak publik, maupun sekadar dari gretakan beberapa oknum yang hanya mengaku sebagai wartawan saja. Namun, sebagai orang kepercayaan Mukhlis, dari yang kami pantau, Armen layaknya seorang "Samurai" yang bersedia berkorban tanpa batas demi nama baik pimpinanannya dan Pemko Pariaman ketika itu.

Saat itu Armen pernah secara pribadi meminta pendapat saya tentang kelakuan seorang oknum wartawan yang setiap kali meminta kepada dirinya ingin dipertemukan dengan Mukhlis. Meskipun Armen tahu wartawan tersebut tidak kredibel, bukan wartawan asal Pariaman, tidak juga dikenal oleh komunitas media di Padang, tidak anggota PWI dan tidak kompeten sama sekali, dan entah darimana datangnya, Armen tetap santun melayaninya.

Terus terang saat itu saya memberi saran agar Armen mengabaikannya saja. Toh apa yang akan dia kasuskan kepada Mukhlis, sangat mudah dijawab dan kasusnya sudah terang benderang secara hukum. Lagi pula hampir semua media mainstream sudah mengulas jawaban yang ingin ditanyakan wartawan tersebut.

Tapi, sikap Armen berbeda. Ia menempatkan dirinya dengan baik. Saat itu Armen terus menerimanya saat ke Pariaman yang selalu disebut oknum tersebut 'hendak lanjut ke Pasaman'. Setiap Armen ditelepon si oknum, ia selalu mengangkat dan memberikan sedikit 'uang bensin' pada oknum tersebut. Tidak banyak memang, tapi hal itu (yang dilakukan oknum wartawan) sangat mencoreng nama baik wartawan yang benar-benar bekerja sesuai kaedah jurnalistik. Armen tetap melayani si oknum sampai si oknum tersebut bosan dan malu diri sendiri.

"Biarlah ia yang akan menghukum dirinya sendiri dengan kelakuannya, bukan saya. Tugas saya sebagai anak buah walikota, bagaimana atasan saya bekerja dengan nyaman. Saya tidak ingin pikiran walikota terganggu, karena beliau sudah terlalu banyak berpikir sebagai seorang kepala daerah yang mengabdi bagi daerahnya," kata Armen saat itu.

Jelang Armen memasuki masa pensiun, mendekati akhir pemerintahan Mukhlis Rahman yang dua periode menjabat walikota, Indra Sakti diangkat menjadi sekda yang akhirnya menjadi perangkap bagi Indra Sakti karena memasuki tahun politik Mukhlis tidak lagi memihak Genius Umar yang saat itu mencalonkan diri sebagai walikota bersama Mardison.

Setelah kemenangan Genius-Mardison di 2018, posisi Indra Sakti terancam sebagai sekda. Namun sebagaimana yang saya tulis di alinea pembuka, untuk menurunkan seseorang dari jabatan sekda definitif, sulitnya bukan kepalang. Mesti cermat menyigi celah undang-undang.

Mengenai peristiwa Indra Sakti, nanti akan menjadi catatan tersendiri dalam sejarah birokrasi di Pemko Pariaman. Indra Sakti membuktikan loyalitasnya kepada Mukhlis Rahman meski jabatan dia taruhannya. Meski saya tahu betul dinamika Indra Sakti selama menjabat Sekda di era kepemimpinan Genius Umar-Mardison Mahyuddin, saya tidak akan menulisnya di sini. Sebagai wartawan senior, saya menaruh rasa hormat kepada beliau.

Tugas berat akan menanti Yota Balad ke depannya. Ia menjabat sekda di masa kesuraman akibat pandemi Covid-19. Di mana ketersediaan anggaran terbatas, pintar-pintar mengatur pos anggaran di tiap OPD agar pembangunan berjalan imbang dan sebagainya.

Di samping itu Yota Balad juga dituntut bisa menjadi jembatan hubungan antara Genius dan Mardison yang saya rasa tidak akan sulit dilakukannya karena Genius Umar merupakan seniornya di STPDN dan Mardison masih terbilang 'kakaknya' dalam hubungan kekerabatan Pariaman yang tidak bisa 'dianjak'.

Sebelum nama Yota Balad santer disebut akan diangkat menjadi sekda definitif, banyak orang menelpon saya untuk memberi respon dan pandangan politiknya. Banyak diantara mereka saya ingin mengulas sejumlah kekurangan pada diri Yota Balad untuk saya ekspos.

Menurut mereka, Yota Balad masih muda dan dikhawatirkan tidak ideal karena masih ada beberapa nama senior yang dianggap lebih pantas. Saat itu saya menjawab, beri dia kesempatan. Setiap orang dari hari ke hari pasti berubah karena dialektika. Jika ia menjabat sekda, jabatan tersebut yang akan menyeret dirinya menyesuaikan diri, dialektika akan merubah dia.

Kini, Yota Balad resmi menjabat sekda definitif. Kita tunggu kinerjanya dan tetaplah berpandangan positif. Jabatannya bukan pekerjaan mudah. Selamat bekerja Yota Balad! (OLP)

×
Berita Terbaru Update