Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pariwisata adalah Bisnis Kebahagiaan dan "Pitih Masuak" kata Dwi Marhen Yono

14 Februari 2021 | 14.2.21 WIB Last Updated 2021-02-14T03:39:03Z

Dwi Marhen Yono ikut dalam diskusi bertajuk strategi booming pariwisata Sumbar di masa pandemi Covid-19 yang diselenggarakan oleh JPS. Foto: Junaidi

Pariaman - Penasehat Jaringan Pemred Sumbar (JPS), H Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa mengatakan, pariwisata Sumatra Barat tidak bisa dibandingkan dengan pariwisata di pulau Bali. Pariwisata di Bali yang menganut kebebasan tidak bisa direplikasi di ranah Minang yang masyarakatnya religius dan islamis.

Agar pariwisata di ranah Minang sesuai dengan adat dan budaya Minangkabau, menurut Anggota DPD RI itu, pemerintah perlu banyak berbenah dan campur tangan.

"Perlu banyak pembenahan dan campur tangan pemerintah agar pariwisata sesuai dengan adat dan budaya kita. Tidak bisa dibandingkan dengan pariwisata yang ada di Bali," kata Leonardy dalam diskusi tigabelasan yang digelar oleh JPS di auditorium Gubernuran Sumbar di Padang, Sabtu (13/2).

Dalam diskusi bertajuk Strategi Booming Pariwisata Sumbar di Masa Pandemi itu, Leonardy menambahkan, pengelolaan pariwisata di masa pandemi diperlukan strategi khusus agar ekonomi masyarakat tetap jalan tanpa mengabaikan kesehatan.

"Kesehatan penting, ekonomi harus terus hidup. Jangan jadikan pandemi menjadikan orang tidak bisa makan karena banyak sektor yang bergantung hidupnya dari bisnis pariwisata," ujar menantu Anas Malik itu.

Ia berharap pengelolaan pariwisata di Sumbar ke depannya lebih terintegrasi agar seluruh daerah yang ada ikut terlibat dan kena imbas kemajuan pariwisata.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Pariaman, Dwi Marhen Yono mengatakan bahwa pariwisata adalah bisnis kebahagiaan.

Pengelolaan pariwisata di masa pandemi Covid-19, kata Dwi, mesti mengedepankan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

Selain itu, guna mempromosikan destinasi wisata diperlukan promosi yang menarik dan kreatif yang dikelola secara terstruktur sistematif dan masif di media sosial.

"Seperti yang kita lakukan di Pariaman kita mengikutsertakan seribu kalangan milenial menjadi pasukan medsos yang memposting semua hal yang berhubungan dengan pariwisata yang ada di Pariaman," kata Dwi.

Di samping itu, paradigma baru pariwisata saat ini tidak hanya pariwisata yang instagramable, tetapi juga pariwisata yang aman dan sehat. Pengunjung dan wisatawan yang datang ke suatu destinasi, bukan hanya karena destinasi yang bagus tetapi destinasi yang aman akan Covid-19.

"Agar pengunjung merasa aman dan nyaman saat berwisata di masa pandemi," ungkapnya.

Dalam pengelolaan pariwisata, kata Dwi, pemerintah juga harus menerima masukan dan kritikan dari masyarakat. Pemerintah tidak boleh merasa hebat sendiri.

"Jangan baperan, marah saat dikritik. Justru kita harus menjadikan kritik dan cimeeh itu menjadi vitamin bagi kita untuk membangun pariwisata," kata putra asli Banyuwangi Jawa Timur itu yang paham beda arti kata "kritik" dan "cimeeh" Pariaman itu.

Pariaman pada 2021, jelas Dwi telah meluncurkan sebanyak 45 kalender iven pariwisata dengan ragam tema. Mulai dari paeiwisata olahraga, budaya, kesenian dan kuliner.

"Iven yang kita lakukan nantinya akan mengandung unsur 3 C, yakni creative iven, comersil value atau 'pitih masuak' dan comunication value atau pemberitaan yang baik," katanya.

Ia berharap ke depan, sinergi dan kolaborasi antar daerah difasilitasi oleh pemerintah provinsi dalam meramu kebijakan pariwisata yang saling berhubungan antar 19 kabupaten/kota di Sumbar.

"Agar kita bisa mempercepat kemajuan pariwisata Sumbar yang saat ini melambat karena pandemi Covid-19," tandasnya. (Juned/OLP)

×
Berita Terbaru Update