Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketakutan Akibat Corona Jauh Lebih Berbahaya dari Virus Itu Sendiri

27 Maret 2020 | 27.3.20 WIB Last Updated 2020-03-27T04:56:13Z


Satu-satunya hal yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri. Demikian kata Franklin D. Roosevelt, presiden ke-26 Amerika Serikat.

Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia menimbulkan kepanikan dan ketakutan yang luar biasa. Pertumbuhan ekonomi semua negara mencuram, termasuk pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Kebijakan lockdown yang diambil beberapa negara untuk mencegah dan melawan Covid-19, ternyata tidaklah sakti menghentikan virus tersebut karena Covid-19 terlanjur bertransmisi secara lokal.

Paranoid akibat corona juga merebak. Semuanya dikait-kaitkan dengan corona. Orang meninggal karena serangan jantung dicurigai corona, orang pingsan di bandara disebut corona, komplikasi penyakit akibat HIV Aids juga dituduh corona, bahkan orang mabok akibat minuman keras jatuh dari motor, juga disebut kena corona. Parahnya, kabar berantai tersebut langsung diamini oleh sebagian orang tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu. Jadinya, panik secara sosial. Panik komunal.

Presiden Belarus, Aleksandr Lukashenko, mengatakan negaranya tidak perlu mengambil langkah-langkah khusus menghadapi atau mengantisipasi wabah virus corona. Ia bahkan menyebut virus corona bisa disembuhkan dengan traktor atau bertani.

Di Belarus, kehidupan berjalan seperti biasa. Warga ke tempat kerja dan tentu saja tidak ada orang-orang yang panik membeli barang kebutuhan dalam jumlah banyak. Meski demikian pemerintahnya tetap menjalankan protokol antisipasi Covid-19 sembari menguatkan mental rakyatnya. Pihak oposisi di negara yang berbatasan dengan Rusia itu malah mendukungnya. Padahal segala kebijakan presiden, tak ada yang baik di mata salah seorang tokoh oposisi di negara itu.

"Setiap hari antara dua hingga tiga orang positif virus corona. Mereka semuanya menjalani karantina dan dipulangkan setelah satu setengah atau dua pekan," kata Presiden Lukashenko.

Lain lagi dengan Meksiko. Gubernur salah satu negara bagian di Meksiko mengatakan jika orang miskin kebal terhadap infeksi virus corona.

Gubernur Puebla, Miguel Barbosa, menyampaikan argumennya itu setelah melihat persentase orang yang mengidap Covid-19 kebanyakan dari kalangan orang kaya, termasuk beberapa petinggi bisnis.

Barbosa bilang standar sanitasi buruk di kalangan orang miskin membuat sistem kekebalan tubuh mereka lebih kuat saat terpapar bakteri.


Penangan Corona di Vietnam lain lagi. Semua orang saling menguatkan. Jika ada seorang tetangga positif corona, mereka dibantu oleh tetangganya yang lain. Seperti membelikan keperluan sehari-hari ke warung, menjaga rumahnya, hingga menguatkan mental si pasien positif corona. Mereka tidak dikucilkan apalagi dianggap wabah. Tentu saja dengan memakai alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan tetap mereka lakukan saat berinteraksi dengan tetangganya yang positif Covid-19 tadi.

Penguatan komunal seperti di Vietnam terbukti ampuh menangani Covid-19 di negara itu. Negara satu-satunya yang mengalahkan Amerika dalam perang itu, patut dicontoh Indonesia. Budaya kita sebenarnya juga demikian, meski kian hari kian terdegradasi.


Itulah bagian dari reaksi beberapa pemimpin dalam menyikapi Covid-19. Bukan berarti mereka benar dan juga bukan berarti apa yang mereka katakan salah karena menganggap remeh virus corona.

Di Pariaman dan Padangpariaman sendiri, sosialisasi pencegahan Covid-19 mulai gencar dilakukan sejak beberapa hari terakhir. Pemerintah mulai mengedukasi masyarakat agar terhindar dari virus yang telah menginveksi lebih dari 300 ribu jiwa di dunia itu.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona, Achmad Yurianto, dalam salah satu kanal youtube mengatakan dari seluruh pasien Covid-19 di Tanah Air, 80 persen di antaranya hanya mengalami gejala ringan hingga tanpa gejala sama sekali.

Bahkan, dia bilang, pasien positif yang benar-benar rawat inap hanya 5 persen dari total jumlah pasien yang positif corona. Ia menyebut data positif corona di Indonesia saat ini sebenarnya belum akurat. Ia memprediksi positif corona lebih banyak darpada yang terdata karena Covid-19 di Indonesia juga tengah bertransmisi secara lokal. Perpindahan dari dalam wilayah.

Lalu bagaimana selaku masyarakat menyikapi pandemi Covid-19. Dalam pandangan pribadi saya selaku penulis, jangan anggap remeh Covid-19, tapi jangan panik apalagi hingga memelihara rasa takut yang berlebihan. Panik juga bisa menyebabkan sesak nafas. Panik bagi penderita diabetes, gulanya langsung melonjak naik. Dan paling berbahaya bagi penderita jantung dan kolesterol tinggi.

Karena jika kita panik terus menerus, penyakit lain akan timbul. Dan penyakit itu jauh lebih berbahaya dari corona, yakni penyakit mental, penyakit jiwa. Otak tidak bisa berpikir waras dan selalu hilang akal.

Patuhi saja imbauan pemerintah. Jaga jarak aman agar terhidar dari percikan droplet. Gunakan masker keluar rumah dan hindari keramaian. Jika Anda batuk dan pilek, jangan panik karena sekarang memang musimnya juga batuk dan pilek. Cukup perbanyak istirahat dan minum obat. Namun jika gejala demamnya berat dan merasakan sesak napas segeralah ke rumah sakit.

Hal yang terbaik dilakukan saat ini untuk mencegah corona adalah dengan mematuhi imbauan dari pemerintah, lembaga agama dan yang terpenting mendisiplinkan diri pada imbauan tersebut. Insya Allah badai Corona pasti akan berlalu di Tanah Air.


Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update