Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Atraksi Terjun Payung Militer Hiasi Langit Pariaman

12 Desember 2019 | 12.12.19 WIB Last Updated 2019-12-12T12:39:32Z
Foto: istimewa
Pariaman - Sebanyak 28 prajurit TNI AL mengudara di langit Pariaman, Kamis (12/12). Atraksi terjun payung tersebut dalam rangkaian Hari Nusantara Nasional 2019 di Kota Pariaman.

Penerjun payung dilakukan oleh puluhan prajurit TNI TNI AL dari Batalyon Intai Amfibi I Marinir Jakarta, Batalyon Intai Amfibi II Marinir Surabaya serta dari Korps Wanita TNI AL.

Serda Marinir Sutrisno tampak membawa banner dan bendera Hari Nusantara. Kopda Marinir Arif Budiyono mengibarkan bendera Pemko Pariaman di udara sedangkan bendera Pemprov Sumbar oleh Kopda Marinir Ari Wibowo, bendera TNI AL oleh Serda Marinir Noor Ali,  bendera Mabes TNI oleh Kopda Marinir Dwi Suhardi, bendera Kementerian PUPR oleh Kopda Marinir Denis Nugraha.

Selanjutnya bendera Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi oleh Serda Marinir Eko Sur Setiyono, dan yang tertinggi adalah bendera kebanggaan Indonesia - sangsaka merah putih yang dibawa oleh Sertu Marinir Antasari. Banner dan bendera ini dibawa oleh prajurit-prajurit andalan dari Batalyon Intai Amfibi Marinir.

Di antara peterjun-peterjun payung tersebut, salah satunya adalah putra asli Sumatera Barat, Serka Marinir Hendra Syahputra.

Satu persatu peterjun mengembangkan parasutnya yang berwarna-warni menghiasi langit Pariaman. Para penerjun payung melayang-layang dengan formasi dan stage yang diatur sedemikian rupa sehingga mencapai landing zone dengan pattern yang sama dengan mendarat bergantian dengan aman.

Terjun Payung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki prajurit TNI AL sebagai salah satu media infiltrasi atau cara untuk menerobos masuk ke daerah lawan. Biasanya terjun payung militer ini dilaksanakan dengan cara HAHO (High Altitude High Opening) atau HALO (High Atitude Low Opening).

Ketinggian yang digunakan adalah sekitar 12.000 feet guna menghindari radar lawan dan menjaga kerahasiaan sehingga para prajurit dapat menyusup ke jantung pertahanan lawan tanpa bisa dideteksi.

Seluruh penerjun payung mengembangkan parasut di ketinggian paling rendah 3000 feet, dengan kecepatan jatuh mereka saat melayang adalah sekitar 300 km per jam. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan latihan ketat dan mental kuat. (Erwin)
×
Berita Terbaru Update