Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengenal Sutan Darab, Ulama Besar Pariaman yang Mendunia

30 Desember 2018 | 30.12.18 WIB Last Updated 2018-12-30T13:40:05Z
Oleh: Sadri Chaniago (Dosen Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas)  
~Anak laki laki dari Khadijah Darab (cucu Sutan Darab) yang bernama Nasri Nasar, menjadi Walikota Pariaman pertama pasca Pariaman menjadi kota otonom (2003-2008)

~Berita meninggalnya Sutan Darab ini dimuat dalam “Dagblad Sinar Sumatra” No. 176, tanggal 11 Agustus 1941.

Menurut S. Hoesin & Saifoedin Darab dalam “Sedjarah Hidoep, J.M. Hadji Soetan Darab (tanpa penerbit, 1941, disalin ulang oleh Sidi Afrizal Tanjung), Sutan Darab dilahirkan di Pasir Pariaman, 4 November 1888 M.

Ia anak tertua Sutan Zainul Abidin Datuak Rangkayo Hitam (Penghulu Kepala Pasar Pariaman) dengan Zainab, anak perempuan Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1830 M-1928 M). Terdapat tiga versi tentang nama asli dari Sutan Darab ini. Pertama, menurut S. Hoesin & Saifoedin Darab, adalah Ahmad Nasaro’eddin. Kedua, seperti tertulis pada lukisan fotonya adalah Nashruddin Abidin. 


Ketiga, Nazaruddin, seperti tertulis pada nama jalan ”H. St. Nazaruddin Darab“ di Kota Pariaman. Adapun nama panggilan “Darab” diberikan oleh kawan-kawannya karena “keahlian” menggerakan kaki dan tangan dengan cepat ketika berkelahi.

Sutan Darab memiliki empat orang istri: Pertama, “Hajjah Gadis” (asal Sungai Pasak), anak dari Syekh Tuanku Telur Nan Tua, Mufti Mesjid Raya Nagari Padusunan tahun 1930-an. Kedua, ‘Aisyah, berasal dari Pasir Pariaman, memiliki anak perempuan yang bernama Khadijah Darab. Kelak, anak laki laki dari Khadijah Darab ini (cucu Sutan Darab) yang bernama Nasri Nasar, menjadi Walikota Pariaman pertama pasca menjadi kota otonom (2003-2008). Ketiga, Rangkayo Syarifah Siti Aminah (wafat 1960 M), berasal dari Kampung Belacan. Keempat, Upik Paku (wafat 1926 M).

Pendidikan

Sutan Darab menempuh pendidikan awal di Sekolah Melayu dan mengikuti pendidikan membaca qur’an kepada seorang qori termasyhur bernama Muhammad Adam (adik Syekh Muhammad Jamil El Khalidi). Kemudian, ia belajar di Pendidikan Surau di Batang Kabuang, Pariaman. Setelah itu berguru kepada Haji Abbas Abdullah dan Haji Mustafa Abdullah di Padang Japang.

Di antara rekan seperjuangannya adalah Zainuddin Labai el Yunusi (Padang Panjang), Jama’in Murad (Bukittinggi), dan Jama’id el Falaki (Payakumbuh). Pada tahun 1910 M, Sutan Darab menuntut ilmu ke Mekkah selama 6 tahun. Ia berguru kepada “Tuan Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi,” ulama ternama asal Koto Gadang Bukittinggi, yang menjadi Imam mazhab Syafi’i, khatib serta guru besar di Masjidil Haram. Ia juga menimba ilmu kepada Syekh Haji Hasan Ma’soem Deli (Hasanuddin bin Syekh Muhammad Maksum bin Haji Abu Bakar, 1882 – 1937).

Aktifitas Dakwah dan Pendidik

Pada tahun 1916 Sutan Darab pulang dari Mekkah, berdakwah dan mengajar di Masjid Raya Pasar Pariaman. Karena paham pendiriannya adalah “Kaum Mudo” - sementara di Pariaman ketika itu mayoritas berpaham “Kaum Tuo” – maka “kajinya” menimbulkan goncangan di tengah masyarakat. 


Akibatnya, Sutan Darab “tidak lagi diperkenankan” mengajar di Masjid Raya Pasar Pariaman. Kelak, setelah 23 tahun berlalu, pada tahun 1941 M ia baru diperbolehkan mengajar dan menjadi khatib salat Jum’at di Masjid Raya Pasar Pariaman.

Pada tahun 1920, Sutan Darab memulai aktifitas pendidikan di surau Tepi Air, yang pada tahun 1923 dirubah namanya menjadi Diniyah School, dengan sistem pembelajaran moderen. Pada tahun 1934, Haji Rasul Telur El Falaki dan H. Badarudin Zen kembali dari menuntut ilmu dari Mesir, yang langsung direkrut menjadi staf pengajar perguruan yang sudah berubah nama menjadi Darul Ma’arif.

Untuk memfasilitasi kedua ulama muda ini, Haji Sutan Darab membangun “Algemene Kennis” dengan pelajaran Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, dan mengetik.

Pada tahun 1935, Sutan Darab pernah menjadi ketua Tim Penguji Ujian Akhir lulusan pertama Thawalib School Padusunan. Salah seorang murid yang diuji adalah Aisyah Dahlan. Kelak ia menjadi pendakwah, pendidik, ketua bidang dakwah dalam organisasi Muslimat Nahdhatul Ulama Pusat (1979), eksponen pejuang 45, Anggota Majlis Konstituante (Pembuat Undang Undang Dasar), dan Anggota Majlis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) tahun 1966-1971.

Ia juga merupakan istri dari KH. Muhammad Dahlan, Menteri Agama Republik Indonesia Kabinet Pembangunan I (1967-1971). Sutan Darab juga tercatat sebagai salah seorang pendiri P.G.A.I. Padang, bersama dengan Dr. Abdullah Ahmad.

Sutan Darab Wafat

Sutan Darab wafat pada 10 Agustus 1941, dalam usia 54 tahun. Jenazahnya dimakamkan 11 Agustus 1941, di pekarangan gedung Perguruan Darul Ma’arif, Kampung Belacan, Kota Pariaman. Berita meninggalnya Sutan Darab ini dimuat dalam “Dagblad Sinar Sumatra” No. 176, tanggal 11 Agustus 1941.

Dari pemaparan riwayat hidup di atas, terlihat dengan jelas dan nyata bahwa Sutan Darab merupakan ulama dan pendidik berhaluan moderat, yang telah banyak berjasa bagi dunia pendidikan di Pariaman khususnya, dan Sumatera Barat umumnya.

Oleh karena itu, walaupun Pemerintah Kota Pariaman telah mengabadikan nama Sutan Darab sebagai nama jalan di Kota Pariaman, namun sangat dipandang penting agar Pemerintah Kota Pariaman dan stakeholder terkait, menginisiasi penyusunan buku riwayat hidup Sutan Darab supaya nama besar dan jasanya sebagai ulama dan pendidik di Sumatera Barat tidak hilang ditelan oleh zaman. (*)
×
Berita Terbaru Update