Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Resep Sukses di Pilkada Pariaman

4 Juli 2016 | 4.7.16 WIB Last Updated 2016-07-04T05:44:23Z


Sebentar lagi bulan suci Ramadhan berlalu berganti lebaran Idul Fitri. Tiga puluh hari berpuasa sebentar saja rasanya.

Selama bulan suci dengan segala keagungannya dimanfaatkan umat muslim menimba ibadah. Siang hari berpuasa, malam hari bertarawih, tadarus dan iktiqah di rumah-rumah ibadah meski ada juga yang menghabiskan malamnya di lapau-lapau dan cafe-cafe. Tiap malam selalu ramai, bahkan hingga larut sekalipun.

Di bulan penuh berkah yang masuki tahun politik jelang tahapan Pilkada Pariaman, suhu politik sedikit naik tempraturnya. Momentum demi momentum dimanfaatkan oleh kandidat menjalin silaturahmi lebih erat dengan calon pemilih. Semua itu sah-sah saja. Persaingan mulai terlihat. Politik mulai memetakan diri.

Politik adalah seni memastikan segala kemungkinan. Semua yang mungkin-mungkin diupayakan menjadi pasti. Di muka bumi tidak ada yang mustahil atau tidak mungkin. Maka dari itu pemimpin Pariaman ke depan mungkin bagi siapa saja.

Menjadi pemimpin bukanlah perkara/pekerjaan mudah--, dipilih, terpilih lalu selesai. Pemimpin selain dipilih juga harus penuhi beberapa kriteria dan pertanggungjawaban besar. Tanggungjawab paling mengerikan tentu saja kepada masyarakat yang dipimpinnya dan Allah SWT. Di tangan seorang pemimpin nasib suatu daerah ditentukan. Jangan pernah main-main memilih pemimpin.

Perkara memilih pemimpin oleh masyarakat di era demokrasi terbuka ada positif ada negatif. Kedaulatan di tangan mereka. Tidak ada suara kualitas, semuanya ditentukan oleh kuantitas. One poeple one vote. Suara profesor dengan kuli panggul sama nilainya.

Sumber daya manusia (SDM) di suatu daerah sangat menentukan kualitas pemimpin mereka. Dari rahim mereka pemimpin itu dibidani. Jika ada suatu daerah pemimpinnya yang terlibat narkoba, korupsi dan berkelakuan tercela, dapat kita representasikan bagaimana SDM masyarakat pemilihnya.

Orang Pariaman, setahu saya, adalah masyarakat berperadaban tinggi. Dari sononya mereka egaliter, spesifik, ekslusive dibanding daerah lain di Indonesia. Mereka adalah orang yang menempatkan person dirinya sebagai orang istimewa dan penting. "Kok maha indak tabali, kok murah ndak sambarang jua."

Menjaring massa di Pariaman tidak sama dengan daerah manapun, termasuk kembarannya sendiri Padangpariaman. Politik Pariaman oleh beberapa calon dikatakan sama dengan kehidupan di Texas awal abad 20 yang dipenuhi para Koboi bersenjata di pinggang. Mereka bukanlah calon pemilih yang jinak. Mereka bisa beralih dukungan kapan saja.

Melihat fakta pemilih, beragam strategi dilakukan oleh calon agar menang. Mulai dari menyewa jasa konsultan profesional yang sudah sukses menghantar calon ke kursi pemenang  di daerah lain hingga dengan menghimpun dukungan partai politik sebanyak-banyaknya dengan harapan suara mereka paling tidak sebanyak suara perolehan partai pengusung itu pula. Fakta demikian acap terbalik. Di Pariaman segala strategi modern tidak berlaku sepenuhnya. Cara konvensional juga kurang efektif.

Rumitnya jalan untuk bertengger di kursi Pariaman 1 tentu ada pula trik suksesnya. Trik atau resep ini tentu tidak sembarang orang yang memiliki. Pilkada langsung Pariaman pernah berlangsung dua kali. Bijaknya, tanyakan langsung kepada pemenang di dua Pilkada tersebut. Resep itu mungkin masih terbungkus rapi di "lemarinya".

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update