Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketika Prabowo Capek dengan Demokrasi

22 Mei 2014 | 22.5.14 WIB Last Updated 2014-05-22T13:22:38Z




Dalam sebuah pernyataanya di harian Kompas edisi Kamis (22 Mei 2014) Calon Persiden Prabowo Subianto menyatakan ” Demokrasi membuat kita capek” sebuah pernyataan yang mengundang banyak pertanyaan di benak kita tentang arah dari pernyataan itu, karena dalam pernyataan di berita yang sama, di alinea sebelumnya Prabowo juga menyayangkan perjalanan demokrasi di negeri ini, yang dikatakannya harus menggunakan banyak uang, bukan orang terbaik yang menang dan rakyat pun dirusak.

Di awal berita itu disebutkan bahkan Prabowo menyarankan kepada hadirin pada acara yang dihadiri oleh para purnawirawan TNI/Polri untuk tak memasuki dunia politik, bagi mereka yang belum masuk ke politiki. “Yang belum masuk politik saya sarankan tidak usah, kalau saya sudah terlanjur,”ujar Prabowo masih daqlam berita yang sama di Kompas tersebut. Pernyataan-pernyataan sekitar demokrasi yang dilatarbelakangi sejarah reformasi cukup mengusik karena dilontarkan oleh seorang kandidat presiden dalam pemilu 9 Juli mendatang.


Kita memahami bahwa perjalanan demokrasi di negeri ini belum cukup untuk menghasilkan konsolidasi demokrasi yang mampu menjadi alat untuk pengambilan keputusan bersama sebagai bangsa dalam berbagai hal, baik politik, ekonomi maupun sosial budaya. Jalan demokrasi ini disepakati sebagai metode pengambilan keputusan bersama sebagai bangsa. Perdebatan soal ini sudah selesai, bahkan sistem demokrasi seperti apa yang kita gunakan pasca reformasi sudah sangat jelas tertuang dalam konstitusi, sehingga tak ada yang perlu diperdebatkan untuk pilihan demokrasi ini.
 

Sejak kita sepakati soal demokrasi sebagai metoda pengambilan keputusan bersama sebagai bangsa, maka seluruh sumberdaya yang kita miliki kita kerahkan untuk mewujudkan demokrasi dalam kehidupan bersama kita. Dalam hal ini pemerintah, terutama para pemimpinnya wajib untuk melakukan edukasi dan advokasi untuk menghadirkan demokrasi dalam kehidupan kita sebagai bangsa. Jadi soal demokrasi bagi kita sudah final, dan tugas kita sekalian untuk memberikan pemahaman, dorongan, penghormatan dan melaksanakan demokrasi secara utuh.

Munculnya pernyataan calon presiden yang merasa capek dengan demokrasi, apalagi dengan menyebutkan bahwa untuk demokrasi harus mengeluarkan banyak uang, bukan yang terbaik yang terpilih dan rakyat dirusak, tentu tak muncul begitu saja, namun ini merupakan pernyataan yang berbahaya bagi perjalanan demokrasi pada satu sisi, dan perjalanan Indonesia secara keseluruhan. Inilah yang menjadi pokok pikiran kita, yang perlu kita tanggapi dengan seksama, dan tentu memerlukan klarifikasi dari Prabowo sendiri soal pernyataannya soal demokrasi.
 

Bahaya itu muncul saat pernyataan tentang demokrasi yang membuat capek ini ditanggapi oleh publik sebagai bagian dari pendidikan politik, yang memberi pembenaran soal demokrasi yang demikian buruk, sehingga kita hanya mendapatkan kecapekan dan rusaknya rakyat karena praktek demokrasi. Bisa saya kemudian ada pemaham di masyarakat untuk tak lagi percaya pada demokrasi, kalau memang demokrasi hanya membuat capek, menghabiskan uang yang banyak dan membuat rakyat rusak, sehingga semua upaya untuk menjadikan demokrasi sebagai metoda dalam pengambilan keputusan bersama dinilai begitu buruk.

Bahaya yang lebih besar adalah jika para pemimpin negeri ini, apalagi untuk seorang calon presiden, yang berbicara di hadapan para purnawirawan TNI/ Polri bila meragukan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika pemimpin meragukan bahkan merasa capek dengan demokrasi, dan menilai hanya membuat rakyat rusak karena demokrasi, maka potensi disingkirkannya demokrasi sebagai cara pengambilan keputusan bersama akan sangat nyata, sehingga akan mebahayakan demokrasi dan bangsa secara keseluruhan.


Itulah sebabnya sebuah klarifikasi perlu disampaikan oleh prabowo untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan menyebut demokrasi yang membuat kita capek dan membuat rakyat rusak tersebut. Klarifikasi ini akan memberikan gambaran yang utuh tentang pemahaman dan sikap seorang calon presiden terhadap demokrasi. Karena melalui demokrasi itulah saat ini kita baru saja menyelesaikan tahapan pemilu legislatif yang menghasilkan wakil-wakil rakyat di setiap tingkatan, dan dengan demokrasi pula kita akan menghadapi pilpres untuk menentukan kepemimpinan nasional lima tahun ke depan, sehingga jika ada pernyataan salah satu capres yang merasa cepak dengan demokras,i ini perlu kita renungkan bersama dan meminta klarifikasi dari yang mengucapkannya.


 Oleh : Kaka Suminta tempokini.com

×
Berita Terbaru Update