Foto: Nanda |
Manager Program LP2M Sumatera Barat Otriramayani Dwiputri mengatakan isu sanitasi layak harus menjadi perhatian seluruh pihak, termasuk perguruan tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi meningkatkan akses sanitasi melalui program pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan setiap tahun.
Saat ini baru ada satu nagari di Kabupaten Padangpariaman yaitu Nagari Kapalo Koto, Kecamatan Nan Sabaris yang telah Open Defection Free (ODF) atau bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang mencapai angka 100 persen. Beberapa nagari lainnya dapat tahapan menuju ODF.
"Untuk itu perguruan tinggi dalam setiap program pengabdian masyarakatnya juga melakukan program itu, minimal mendorong penyadaran pentingnya hidup sehat dan sanitasi yang baik," katanya saat workshop peningkatan akses sanitasi di Kabupaten Padangpariaman, Kamis (10/10).
Otriramayani mengungkapkan akses sanitasi di Kabupaten Padangpariaman baru mencapai 61,05 persen. Data tersebut dirujuk dari aplikasi akses sanitasi layak yang dinamakan STBM Smart.
Menurut dia, dengan angka yang masih terbilang rendah, sangat dibutuhkan dukungan seluruh elemen guna mewujudkan Kabupaten Padangparianan bebas dari BABS dan memiliki sanitasi layak.
Selain diupayakan oleh instansi pemeritah dan bantuan CSR perusahaan, untuk mewujudkan bebas BABS juga memerlukan dukungan warga Kabupaten Padangpariaman yang berada di perantauan.
"Warga kita yang di perantauan dapat membantu warga di kampung yang belum mememiliki akses sanitasi yang layak. Jika arah ke sana, ODF bisa tercapai," pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Padangpariaman, Yutiardy Rivai mengatakan pengabdian masyarakat perguruan tinggi dapat diintegrasikan dengan konsep Dinkes yang melibatkan lintas sektoral.
"Perguruan tinggi dapat membantu menyanpaikan informasi tentang sanitasi yang layak dan pola hidup sehat kepada masyarakat," pungkasnya. (Nanda)