Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Anas dan Ramadhan Pohan: Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya

4 Juli 2012 | 4.7.12 WIB Last Updated 2012-07-04T14:55:49Z

(sumber : bola.vivanews.com)

Masih ingat teror bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton hari Jumat 17 Juli 2009? Ledakan dahsyat di pagi hari sekitar 10 hari pasca Pilpres. Disaat pihak berwenang – Kepolisian RI dan BIN – belum memberikan keterangan pers mengenai dugaan pelaku pemboman itu, di Istana Negara Presiden SBY sudah menggelar jumpa pers yang diantaranya menyebut :

 “Pagi ini saya mendapat banyak sekali pertanyaan, atau saudara-saudara yang mengingatkan kepada saya. Yang berteori paling tidak mencemaskan, kalau aksi teror ini berkaitan dengan hasil pemilihan Presiden sekarang ini.”. Berikut saya kutipkan sebagian pidato SBY yang saya ambil dari situs vivanews.com.
“Saya harus mengatakan untuk yang pertama kalinya kepada rakyat Indonesia, bahwa dalam rangkaian pemilu legislatif dan pemilihan Presiden dan pemillihan Wakil Presiden tahun 2009 ini memang ada sejumlah intelegen yang dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang. Sekali lagi ini memang tidak pernah kita buka kepada umum, kepada publik, meskipun kita pantau dan kita ikuti. Intelegen yang saya maksud adalah adanya kegiatan kelompok teroris yang berlatih menembak dengan foto saya, foto SBY dijadikan sasaran, dijadikan lisan tembak.”

“Saya tunjukkan, ada rekaman videonya, ini mereka yang berlatih menembak (sambil menunjukkan foto-foto yang didapat dari badan intelegen). Dua orang menembak pistol. Ini sasarannya, dan ini foto saya dengan perkenaan tembakan di wilayah muka saya, dan banyak lagi. Ini intelegen, ada rekaman videonya, ada rekaman gambarnya, bukan fitnah bukan isu. Saya mendapatkan laporan ini beberapa saat yang lalu.”

“Masih berkaitan dengan intelegen, diketahui ada rencana untuk melakukan kekerasan dan tindakan melawan hukum berkaitan dengan hasil Pemilu. Adapula rencana untuk pendudukan paksa KPU pada saat nanti hasil pemungutan suara diumumkan. Ada pernyataan akan ada revolusi jika SBY menang, ini intelegen bukan rumah bukan isu, bukan gosip. Ada pernyataan kita bikin Indonesia seperti Iran. Dan yang terakhir ada pernyataan, bagaimanapun juga SBY tidak boleh dan tidak bisa dilantik. Saudara bisa menafsirkan apa arti ancaman seperti itu.”

Masih dalam rangkaian pidatonya, SBY mulai mengarahkan “tuduhan”nya pada sosok tertentu meski secara tersamar. Berikut kalimatnya : 

Barangkali ada diantara kita, yang diwaktu yang lalu melakukan kejahatan, membunuh, menghilangkan orang barangkali, dan para pelaku itu barangkali masih lolos dari jeratan hukum, kali ini negara tidak boleh membiarkan mereka menjadi drakula dan penyebar maut di negeri kita.”. Kita bisa menduga siapa yang “ditembak” SBY dalam kalimat itu. Prabowo Subianto yang menjadi Cawapres pasangan Megawati di masa menjelang runtuhnya Orde Baru terlibat dalam serangkaian aksi penculikan dan penghilangan aktivis mahasiswa yang kemudian membuatnya dicopot dari jabatan di kemiliteran.

SBY menyampaikan pidato itu sambil tak lupa menunjukkan foto-foto dirinya yang dijadikan sasaran tembak dalam latihan kelompok tertentu. Padahal, menurut banyak pihak foto-foto itu sudah ama beredar di inetrnet sejak 2004. Dan lucunya lagi, hanya berselang beberapa jam setelah jumpa pers SBY, Kapolri dan seluruh jajaran petinggi Polri saat itu, langsung menggelar konperensi pers resmi yang menyebut bahwa pelaku pengeboman adalah kelompok lama, masih terkait komplotan Nurdin M. Top.

Seperti kita ketahui, yang benar kemudian adalah fakta yang dipaparkan Kapolri. Melihat dari sasaran yang dipilihnya saja – hotel simbol Amerika dan Inggris, yang akan di pakai sebagai tempat menginap klub sepak bola asal Inggris Manchester United – sebenarnya sudah bisa ditebak siapa dalang di balik teror bom itu. Lagipula akan sangat konyol jika pasangan Capres-Cawapres Mega-Prabowo dan JK-Wiranto melakukan tindakan bodoh seperti itu. Dan lebih aneh lagi, seorang Presiden justru mengeluarkan statement yang bersifat menghasut dan menakut-nakuti rakyatnya, seperti saya kutip pada paragraf ke-4 di atas. Tapi itulah SBY, Presiden yang selalu peduli dengan citra dirinya dan selalu paranoid kalau ada yang dia pikir bakal mengusiknya.

—————————————————————-
1331027617602510188
(sumber : tribunnews.com)

Kini, tiba-tiba Anas Urbaningrum dalam kesempatan pelantikan pengurus Partai Demokrat di Jogja melemparkan issu bakal adanya penggulingan pemerintahan SBY. Untuk itu Anas menantang seluruh kader Demokrat untuk siap menjadi bemper SBY. Pernyataan Anas ini meng-copy statement Menko Polhukam Djoko Suyanto yang menyatakan telah mengendus adanya upaya penggulingan Presiden SBY. dengan menggunakan isu kenaikan harga BBM untuk menggerakkan massa. 

Menurut Djoko, informasi itu didapatkan dari laporan pihak intelijen. Tak tanggung-tanggung, Djoko pun mengaku dirinya bahkan sempat diajak menjadi bagian dari gerakan ini. Tapi Djoko menolak sebab ia tidak setuju dengan cara-cara seperti itu.
Ini sebenarnya pernyataan yang sangat konyol dan tidak masuk logika akal sehat. Semua orang tahu siapa Djoko Suyanto. Pada Pilpres 2009 lalu ia bahkan menjadi Tim Sukses SBY.

 Bisa dibilang, orang kedua setelah Hatta Radjasa yang kini jadi besa SBY, Djoko Suyanto lah orang dekat dan kepercayaan SBY selain Sudi Silalahi. Jadi, kalau ada yang ingin menggulingkan SBY – siapapun dia – tentu tak akan membocorkan rencana makar itu pada Djoko Suyanto, apalagi mengajaknya bergabung. Orang Jawa bilang “ulo marani ghepuk” alias ular menghampiri pentungan.

Lucunya lagi, isu tolol itu justru di blow up oleh Ramadhan Pohan dengan menyebut Wiranto lah oknum yang akan menggulingkan SBY. Alasannya Wiranto sakit hati sebab 2x kalah dalam Pilpres. Ini juga sangat menggelikan. Katakanlah Wiranto sangat berambisi menjadi Presiden, maka ia tinggal menunggu 2 tahun lagi, toh SBY tak akan bisa maju lagi dalam Pilpres dan kondisi Partai Demokrat pun sudah sekarat akibat berbagai issu korupsi dan kebohongan publik yang melilitnya.

Dalam berbagai survei tentang popularitas Capres 2014, nama Wiranto masih kalah dibanding Prabowo Subianto. Jadi, kalau Wiranto memilih langkah tak terpuji, dia justru bunuh diri secara politik. Dan sebagai Jendral yang sudah banyak makan asam garam di dunia politik dan militer, Wiranto tentunya tak akan sekonyol itu.
Sebaliknya, jika kita lihat rekam jejak Ramadhan Pohan, Wakil Sekjen Partai Demokrat ini justru dikenal dengan karakternya yang asal bunyi, asbun! Ketika kasus suap Wisma atlit baru mencuat dan sedang ramai-ramainya diberitakan melibatkan Nazaruddin sebagai Bendahara Umum PD, Ramadhan lalu melempar issu tentang adanya tokoh berinisial Mr. A yang ingin mengobok-obok PD.

 Issu Mr. A kemudian menggelinding dan terus membesar sampai menyulut ketersinggungan Akbar Tanjung. Pihak PD yang diwakili Ahmad Mubarok kemudian cuci tangan atas pernyataan sepihak Ramadhan Pohan, yang menurut Mubarak bahkan tak pernah dibicarakan di internal PD. Nah lho! Meski dihujani ledekan bertubi-tubi, Ramadhan Pohan tak kunjung menyebut siapa Mr. A yang dimaksudnya. Dan tampaknya memang tak perlu disebut, sebab memang tidak ada!

1331027786561745029
(sumber : www.jakartapress.com)

Jadi, kalau sekarang Ramadhan Pohan kembali melempar tuduhan, apakah masih bisa didiamkan? Tidak percaya, jelas! Siapa yang masih percaya pada kader PD yang saat ini sudah panik menghadapi bayang-bayang kehancuran partainya. Tapi tidak baik pula jika si Pohan ini dibiarkan mengumbar tuduhan asbun yang bisa saja justru menyulut instabilitas di akar rumput. Apa dia belum kapok ditabok buku oleh George Junus Aditjondro? Jangan sampai nanti Ramadhan Pohan digampar popor senjata oleh Wiranto.

Demi marwah partai dan Ketua Umumnya, sebaiknya Partai Hanura dan Wiranto menuntut Ramadhan Pohan atas pencemaran nama baik dan fitnah. Pohan harus bisa membuktikan data intelijen yang valid yang dia jadikan dasar membuat tuduhan. Jika benar Wiranto dan Hanura memang merencanakan kudeta, ya harus segera ditangkap dan diadili. Bukan sekedar teriak-teriak di runag publik dan hanya menimbulkan keresahan.

Begitu pula Anas, sebagai Ketua Umum partai terbesar dan berkuasa, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya harus dipertanggungjawabkan. Jangan sampai issu ini dijadikannya ajang untuk menggalang dukungan kader partainya di daerah-daerah, mengingat kini Anas justru sedang menghadapi serangan dari kadernya di daerah-daerah soal issu suap ketika pemenangannya 2010 lalu. SBY adalah satu-satunya figur perekat di tubuh PD. Jadi dengan meniupkan issu panas SBY bakal digulingkan dan PD harus bersatu padu menjadi bemper, Anas bisa kembali mendapat dukungan.

13310278611977213354
(sumber : www.lensaindonesia.com)

Di sisi lain, Anas tahu SBY mulai gerah dengan dirinya. Karena itu Anas perlu momentum untuk menjilat SBY agar kembali mendapatkan simpati dari Ketua Dewan Pembina. Meski menurut Max Sopacua tindakan Anas itu bukan untuk mencari muka kepada SBY. “Dia masih ketua umum. Wajib hukumnya untuk mensosialisasikan kebijakan pemerintah,” ujar Max saat dihubungi, Senin, 5 Maret 2012. Lho, kebijakan Pemerintah yang mana? Pemerintah saja belum secara resmi mengumumkan perang melawan tindakan makar dan upaya penggulingan Pemerintah yang sah.

Sebenarnya yang dilakukan Anas dan Ramadhan Pohan itu hanya copy-paste saja dari cara SBY merespon gonjang-ganjing politik yang mengusik kemapanan posisinya. Kalau SBY yang sudah malang melintang di dunia militer, seorang Jendral bintang empat, sudah terpilih jadi Presiden 2x, masih bisa menyampaikan jumpa pers ngawur dengan data lawas yang tidak diverifikasi akurasinya, tapi berani memastikan itu informasi dari intelijen yang valid, tentu tak heran jika perilaku asbun itu menurun pada anak buahnya. 

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Like father like sons.
 
Oya, dulu ketika tudingannya tak terbukti, SBY tidak sedikitpun meralat ucapannya, apalagi meminta maaf kepada pihak yang dituding. Jadi, jangan mimpi publik akan mendengar Anas dan Ramadhan Pohan meralat ucapannya yang asbun, apalagi minta maaf. So, Pak Beye jangan marah sama Anas dan Pohan ya, mereka cuma meniru Ketua Dewan Pembinanya kok!


catatan ira oemar freedom writers kompasianer
×
Berita Terbaru Update