Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pelaku wisata gembira objek wisata kembali dibuka, pengamat: saling introspeksi diri selama dua hari penutupan mendadak

18 Mei 2021 | 18.5.21 WIB Last Updated 2021-05-17T17:55:09Z

Objek wisata Talao Pauah sepi saat Pemko Pariaman tutup objek wisata selama dua hari. Foto: OLP

Pariaman - Warga Pariaman dan pelaku wisata sambut baik dan gembira atas pembukaan kembali seluruh objek wisata, hari ini, Selasa (18/5) setelah dua hari lamanya ditutup. Mereka bilang masih ada harapan pelaku wisata meraup rejeki selama musim lebaran yang menurut mereka berlangsung selama sepuluh hari di Pariaman.

"Semoga tidak ada lagi rem mendadak pemberitahuan secara tiba-tiba penutupan objek wisata," kata Wan, salah seorang pedagang yang berjualan di salah satu objek wisata Pariaman.

Saat penutupan objek wisata pada hari Minggu secara mendadak, dari penulusaran pariamantoday.com, ratusan pedagang kecil, pemilik kedai nasi yang berjualan di objek wisata mengalami kerugian. Bahkan banyak di antara mereka menjajakan dagangan mereka hingga luar objek wisata, tapi tidak laku karena para wisatawan sudah balik kanan.

"Pedagang langkitang, pensi, banyak yang membuang dagangannya karena tidak ada yang membeli. Dibuang karena tidak bisa dijual untuk besok, basinya cepat. Kedai nasi yang terlanjur masak, membagikan gratis pada tetangga. Padahal hari itu banyak pedagang stok dua kali lipat (dagangan) untuk hari Minggu karena biasanya hari paling ramai pengunjung," kata dia.

Pengamat kebijakan publik, Muhammad Hasbi mengatakan, selama libur lebaran sebelum penutupan objek wisata di kota Pariaman, memang banyak pengunjung yang tidak memakai masker di objek wisata. Hal itu menurut dia terjadi karena berbagai hal.

"Pertama karena minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi diri sendiri dan keluarganya dari bahaya Covid-19. Kedua karena memang minimnya budaya disiplin daripada masyarakat itu sendiri," kata Hasbi.

Menurut Ketua PPP Padangpariaman itu, jika mendisiplinkan masyarakat melalui petugas tanpa kesadaran dari dirinya sendiri, juga tidak akan membawa manfaat banyak. Saat petugas lengah, mereka tidak lagi mematuhinya.

Minimnya budaya disiplin, imbuh Hasbi adalah persoalan terbesar di negara berkembang. Ia mencontohkan India, Pakistan dan Indonesia sendiri yang petugas dan warga selalu kucing-kucingan terkait penerapan protokol kesehatan Covid-19.

"Dan di negara maju justru sebaliknya. Masyarakatnya disiplin sehingga memudahkan pemerintahnya menangani Covid-19," kata dia.

Hasbi berpendapat perilaku disiplin erat kaitannya dengan situasi sosial politik di suatu negara, dan faktor kesenjangan sosial salah satunya.

Negara yang angka kemiskinannya tinggi cenderung tidak disiplin. Kesejahteraan masyarakat berbanding lurus dengan perilakunya.

"Juga perilaku pemerintahnya sendiri. Di saat ketidak-adilan masih mendominasi, korupsi oleh pejabat masih jadi sajian berita sehari-hari, jangan harap pemerintah bisa menuntut lebih dari masyarakatnya, termasuk terkait tingkat kedisiplinan tadi. Buktinya bisa kita lihat di pemberitaan tivi dimana objek wisata ramai pengunjung tapi tanpa menggunakan masker di berbagai objek wisata daerah di seluruh Indonesia," kata dia.

Namun demikian, Hasbi bersyukur objek wisata Pariaman dibuka kembali oleh pemerintah. Karena menurut Hasbi pandemi Covid-19 yang sudah berlarut-larut dan belum bisa dibasmi, membuat masyarakat frustasi.

"Frustasi karena imbasnya selain kesehatan juga ke ekonomi. Dan yang paling menangung bebannya masyarakat kecil yang bekerja di sektor nonformal. Dalam pikiran mereka bagaimana dapur berasap tiap harinya," ungkap Hasbi.

Malah Hasbi bilang kalangan masyarakat menengah ke atas juga mulai bosan di rumah karena mereka juga butuh liburan dan bersenang-senang yang selama pandemi tidak tersalurkan.

"Kalangan menengah ke atas yang dulunya paling takut pandemi dan tidak mau keluar rumah, mulai bosan. Mereka butuh liburan juga," kata dia.

Hasbi berharap demi penangan Covid-19 mengimbau masyarakat mematuhi anjuran pemerintah mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker. Apalagi di pusat keramaian seperti objek wisata.

"Sebenarnya walikota itu tidak tega menutup objek wisata, tapi di sisi lain ia bertanggungjawab akan kesehatan masyarakatnya. Jadi mari kita saling introspeksi diri," pungkasnya. (OLP)

×
Berita Terbaru Update