Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Desa Santok gratiskan destinasi wisata, Kades: jika utamakan PADes, wisatawan lari, kita rugi miliaran, warga gigit jari

1 April 2021 | 1.4.21 WIB Last Updated 2021-04-01T03:45:44Z

Pemandian umum Batang Santok dijuluki "kolam renang terpanjang" karena memiliki panjang nyaris 1 kilometer dengan airnya yang sangat jernih karena selalu mengalir dari Irigasi Santok yang diresmikan Wapres Muhammad Hatta pada tahun 1951. Foto: istimewa

Pariaman - Desa Air Santok di Pariaman Timur fokus mengembangkan wisata desa. Hal itu terlihat dari pengalokasian dana desa untuk membangun sejumlah infrastruktur untuk destinasi wisata baru.

Dari total Rp 1,8 miliar dana desa yang diterima desa, perangkat desa memparipurnakan anggaran sekitar Rp 1,1 miliar untuk sektor pariwisata. Sisanya adalah gaji pegawai dan dana bantuan langsung tunai (BLT) penanganan Covid-19.

"Sekitar Rp 1,1 miliar untuk pariwisata dan BLT," ungkap kepala desa Air Santok, Edison di Pariaman, Kamis (1/4).

Pengalokasian anggaran tersebut, kata dia setelah BPD Desa Air Santok melakukan pengesahan anggaran pada Rabu lalu (30/3). Di samping itu, BPD juga mengesahkan biaya perawatan terhadap sejumlah destinasi yang telah ada seperti "kolam renang terpanjang" pemandian Batang Santok dan Tugu Jempol.

Destinasi wisata baru yang akan dibangun pada kuartal perdana setelah APBDes disahkan adalah pembangunan akrilik leter bertulisakan "Desa Wisata Air Santok" dengan panjang 30 meter dan tinggi 2 meter. Leter dibangun di Lereng Sumuah Pinang dengan pondasi beton. Akrilik leter juga akan diberi penerangan yang akan hidup saat malam.

"Untuk leter akrilik kita alokasikan anggaran Rp 90 juta," imbuh Edison.

Kemudian rehabilitasi "banda wisata" sepanjang 1 km. Pembangunan "banda wisata" menghabiskan anggaran Rp 200 juta karena dilengkapi pembangunan pondok-pondok wisata di sepanjangnya, serta biaya pengecatan bermotifkan abstrak kekinian. Banda wisata dibangun berdekatan dengan akrilik leter di Lereng Sumuah Pinang.

Tak sampai di situ, pihak desa juga mengalokasikan anggaran Rp 50 juta untuk membangun jalan pedesterian menuju Tugu Jempol. Jalan tersebut nantinya akan dilalui wisatawan dan petani setempat, tapi tidak untuk alat berat.

"Lalu alokasi dana sebesar Rp 90 juta untuk pembukaan jalan di Dusun Tangah sepanjang 300 meter," terangnya.

Untuk wisata heritage "Benteng Japang" - dari tiga unit benteng pertahanan Jepang yang dibangun pada 1942 di Desa Air Santok oleh Tentara Jepang - pihak desa telah menghias salah satunya di akhir tahun. Untuk tahun ini dilanjutkan menghias dua unit "Benteng Japang" lainnya dengan alokasi dana Rp 40 juta.

"Tapi sesuai arahan Pak Walikota Genius Umar kita hias dengan tidak mengubah bentuk. Namun kita percantik dengan membangun taman-taman di lokasi benteng," imbuhnya.

Desa Air Santok, tegas Edison "mengharamkan" pungutan retribusi bagi wisatawan saat berkunjung ke desa itu. Edison beralasan pertumbuhan PDRB jauh lebih penting dari PADes. PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah.

 
"Kita utamakan pertumbuhan ekonomi masyarakat daripada pungutan ke wisatawan. Contohnya pemandian Batang Santok selalu ramai karena gratis, namun di saat yang sama ada desa lain yang telah habis miliaran bangun destinasi kini sepi karena pungut retribusi. Ini pembelajaran bagi kita," kata dia.

Lagi pula, kata dia, tujuan berdesa dan bernagari yang dikelola pemerintahan desa, adalah mensejahterakan masyarakat. Dengan adanya destinasi wisata, desa akan ramai dikunjungi dan memiliki daya ungkit ke sektor lainnya.

"Jika dipungut retribusi, wisatawan lari, masyarakat kehilangan pendapatan, desa rugi karena alokasi dana miliaran. Alasan lainnya, saya berpendapat saat ini belum waktunya pungut retribusi karena kita baru tumbuh," tegasnya.

Disamping itu, secara ekonomi, tambah Edison, keseimbangan makro dan mikro ekonomi desa harus dijaga. Artinya, dengan dana desa yang diterima tiap tahunnya, bagi Edison itu sudah cukup. Jika dilakukan penambahan dengan pungutan retribusi akan mengganggu ekonomi mikro, yakni masyarakat setempat yang berharap pemasukan dari kunjungan wisata.

"Kita akan lakukan penataan sebaik-baiknya. Untuk PADes kita cukup pungut dari parkiran, dan ini sedang kita persiapkan lokasinya. Untuk saat ini semuanya gratis," pungkasnya. (OLP)

×
Berita Terbaru Update