Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hindari Berita Corona, Masyarakat Hukum Media?

10 Agustus 2020 | 10.8.20 WIB Last Updated 2020-08-09T23:17:24Z
Foto ilustrasi/istimewa/internet
Pariaman - Di masa tatanan normal baru pandemi corona virus, aktivitas masyarakat mulai berjalan normal. Masjid kembali dibuka, semua kedai kembali operasional, transportasi, pariwisata hingga hal lainnya. Untuk Pariaman dan Padangpariaman, keadaan mulai normal mesti belum mencakup semua aspek sebelum pandemi corona virus.

Memang terjadi penambahan kasus Covid-19 sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dihentikan. Sejak tatanan normal baru, ada penambahan kasus positif Covid-19. Baik untuk kota Pariaman maupun Padangpariaman.

Lalu bagaimana tanggapan warga terhadap hal tersebut. Kami mencoba mewawancarai warga Pariaman dan Padangpariaman secara acak.

Tini, 39 tahun, warga Pariaman mengatakan dirinya tak hiraukan lagi Covid-19. Ia mengaku tak membaca lagi berita tentang corona di media-media. Baik televisi, maupun media online.

"Dulu sempat takut, parno dan naik asam lambung tiap baca berita corona. Saya pikir efek corono yang lebih parah itu ke penyakit mental masyarakat di samping virus itu sendiri," kata ibu rumah tangga lulusan strata satu ekonomi itu.

Tini menyebut, ketakutan berlebih justru jauh lebih mematikan dan punya dampak lebih buruk terhadap kesehatan. Namun, kata dia, ia tidak pernah menganggap remeh corona virus.

"Tidak anggap remeh, tapi jika terlalu parno, itu lebih membahayakan karena saat kita ketakutan semua penyakit dalam tubuh kita akan keluar, seperti asam lambung, gula darah, tensi dan lainnya," sambung dia.

Hal serupa juga dikatakan Efendi, 52, warga Padangpariaman. Menurut Efendi, pemerintah sebaiknya menghentikan segala macam test corona karena akan menghabiskan uang negara. Ia menilai lebih baik pemerintah fokus pada peningkatan ekonomi masyarakat yang amburadul imbas Covid-19.

"Kita sudah lihat penanganan corona dan bukan berarti anggap remeh. Jika terlalu fokus pada penanganan dan lupa pada ekonomi, akan muncul wabah baru yang namanya pengangguran massal. Ini dampaknya lebih membahayakan dari wabah paling mematikan sekalipun," kata wiraswasta yang sudah pernah mengunjungi berbagai negara di belahan dunia ini.

Efendi berpendapat corona virus tidak akan bisa dihentikan dalam tananan umat manusia yang hidupnya tidak bisa dilepaskan dari bersosialisasi.

"Manusia adalah makhluk sosial. Selama itu pula akan terjadi penularan," imbuhnya.

Yang terbaik dilakukan masyarakat saat ini, kata dia adalah menjaga diri dan keluarga masing-masing agar terhindar dari corona virus dengan menerapkan protokol standar Covid-19. Jika terkena, berobat sebagaimana kena penyakit lainnya.

"Namun bagi saya pribadi, sudahlah. Tidak terlalu saya pikirkan lagi. Saya lebih fokus bagaimana berusaha, cari uang menghidupi keluarga," kata dia.

Efendi menyebut di awal-awal pandemi corona virus, ia sempat mengalami paranoid parah karena tiap hari disuguhkan berita menakutkan tentang corona.

"Satu bulan saya hidup dalam ketakutan. Kaki bergetar saat berdiri bangun pagi hingga akhirnya saya konsultasi ke psikolog. Usai konsultasi saya mulai jernih, dan menerima kenyataan bahwa saat ini kita hidup berdampingan dengan corona virus," sebut Efendi.

Dengan menerima kenyataan, kata Efendi, ia mulai mendapatkan kekuatan baru. Ia tak lagi dihantui ketakutan berlebihan. Ia pun mulai menghindari segala berita media terkait corona virus.

"Lindungi kesehatan mental juga penting di samping kesehatan jasmani," pungkasnya.

L, 36 tahun, salah satu wartawan media online di Jakarta mengatakan saat ini terjadi penurunan jumlah pembaca media. Ia dalam sambungan telepon membenarkan jika masyarakat mulai merecoveri diri dengan menghindari berbagai berita terkait corona virus.

"Penelitiannya belum ada namun saya sependapat dengan Anda jika penurunan pembaca media akibat bentuk penolakan masyarakat terhadap segala pemberitaan terkait corona," kata dia yang enggan namanya disebutkan.

Menurut L, dengan masyarakat membatasi berita terkait corona, berita-berita penting lainnya juga kena imbas - padahal berita tersebut terbilang informatif bagi masyarakat.

"Berita dan isu-isu penting yang informatif juga kena dampak. Berita yang sifatnya hiburan dan positif mengalami peningkatan," kata dia.

L menyebut tidak ada yang salah dengan semua itu. Hal tersebut adalah bagian dari dinamika baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Segala hal diluar prediksi mungkin saja terjadi.

"Di masa pandemi Covid-19 segala hal bisa terjadi tanpa bisa diprediksi," pungkasnya. (OLP)
×
Berita Terbaru Update