Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ansor Padangpariaman: Generasi Muda Berpendidikan Agama Masih Termakan Hoaks

6 Maret 2018 | 6.3.18 WIB Last Updated 2018-03-06T13:35:21Z
Penandatanganan pernyataan sikap oleh Ketua Gerakan Pemuda Ansor Padangpariaman Zeki Aliwardana disaksikan Kasatkorcab Banser Muhammad Zulfadli, Sekretaris PC Ansor Padangpariaman Alva Anwar dihadapan PAC Ansor se-Padangpariaman. Foto/Armaidi
Padangpariaman ----- Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Padangpariaman menegaskan akan tetap menjaga ukhuwah dan silahturahmi kebangsaan sesama anak bangsa. Selain itu, juga selalu komit dan siap mengawal agama,  ulama dan bangsa Indonesia.

Demikian pernyataan sikap Gerakan Pemuda Ansor dan Banser Kabupaten Padangpariaman yang dibacakan Kepala Satuan Koordinasi Cabang Banser Padangpariaman Muhammad Zulfadli, Senin (5/3) malam di Pauhkambar, Padangpariaman.

Pernyataan sikap disaksikan dan ditandatangani Ketua Gerakan Pemuda Ansor Padangpariaman Zeki Aliwardana, Kasatkorcab Banser Muhammad Zulfadli, dan perwakilan dari 17 Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan se-Kabupaten Padangpariaman.

Pernyataan sikap yang terdiri dari empat poin tersebut, menyebutkan, Gerakan Pemuda Ansor se Kabupaten Padangpariaman siap mengawal, mengontrol serta memonitor pelaksanaan Pemilihan Walinagari (pilwana) serentak yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Padangpariaman.

Ansor Banser juga siap menangkal isu-isu yang tidak bertanggungjawab dan berita hoax yang dapat menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

“Pimpinan Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Ansor - Banser tetap setia pada Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,  Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Muhammad Zulfadli.

Zeki Aliwardana usai pembacaan pernyataan sikap tersebut menegaskan, banyak kalangan generasi muda, termasuk karena generasi muda yang berbasis pendidikan agama menjadi korban berita hoax.

Isu-isu yang terkait dengan agama, sangat mudah memancing emosi generasi muda. Sehingga isu-isu yang disampaikan melalui media sosial dan ditangkap oleh generasi muda tanpa saringan dan klarifikasi kebenaran dari isu yang diberitakan.

“Akibatnya, seolah-olah informasi yang disampaikan begitulah adanya. Padahal, informasi tersebut bertolak belakang dari sebenarnya. Dengan demikian, dalam pikiran seseorang sudah terbangun pikiran bahwa orang atau kelompok tertentu tersebut berada dalam posisi salah. Apalagi dikaitkan dengan agama tertentu, mudah memancing emosi dan sentimen. Karenanya  mereka harus dilawan. Orang yang membenarkan informasi tersebut sudah jadi korban hoax,” kata Zeki mantan Pemuda Pelopor Padangpariaman ini.

Kini, kata Zeki, ada saja orang yang berani mengaku ulama. Bertindak seperti ulama. Padahal, ngaji saja tidak jelas. Kapan, di mana dan dengan siapa gurunya. Setelah ribut dan diselidiki lebih rinci, ternyata dia bukan ulama. Hanya mengaku-ngaku ulama. Inilah yang dimanfaatkan untuk menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat.

"Korban hoax dapat memicu terjadinya konflik antar etnis, agama, kelompok maupun pihak tertentu. Untuk itu, jika ada informasi yang diragukan kebenarannya beredar di media sosial, perlu dilakukan klarfifikasi. Dalam bahasa agamanya tabayun," ujar Zeki mengakhiri. (TIM)
×
Berita Terbaru Update