Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Beri Kuliah Umum di Pariaman, Menag Lukman Hakim Saifuddin: Hoax Sejak Zaman Nabi Merugikan Islam

4 November 2017 | 4.11.17 WIB Last Updated 2017-11-04T13:10:20Z

Pariaman --- Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, mengimbau umat Islam Pariaman cermat mananggapi perbedaan dalam dinamika beragama Islam. Perbedaan dalam memahami agama Islam, kerap menimbulkan dikotomi atau pengelompokan-pengelompokan umat Islam di Indonesia.

“Kita imbau umat jangan tersita potensi energinya dan kekuatan untuk mempersoalkan perbedaan yang sifatnya sunnatullah dan sesuatu yang sifatnya tidak prinsipil. Umat Islam harus mampu memilah mana yang pokok dan yang tidak,” ujarnya saat memberikan kuliah umum di STIT Burhanuddin Pariaman, Sabtu (4/11) sore.

Selain itu, ia mengajak masyarakat cerdas dalam menyebarkan informasi. Penyebaran informasi yang tidak terkonfirmasi yang belakang terjadi, memicu pertikaian umat.

Ia mencontohkan, kisah penyebaran informasi informasi hoax memicu terjadinya pertikaian saat zaman kekhalifahan Islam.

"Kekhalifan dipimpin oleh Ustman Bin Affan. Dalam kepemimpinan tersebut muncul isu tidak benar atau fitnah (hoax) bahwa khalifah Utsman Bin Affan berbuat KKN. Informasi yang tidak terkonfirmasi dan belum dibuktikan kebenarannya berakibat terbunuhnya oleh muslim yang dekat dengan kehidupan umat. Peristiwa tersebut berulang saat kekalifahan Ali Bin Abi Thalib terbunuh oleh muslim karena informasi hoax Ali tidak adil dalam pemerintahan dan menimbulkan perpecahan antara umat. Dari kisah tersebut jelas bahwa informasi Hoax yang tersebar menimbulkan perpecahan dan konflik," kisahnya.

Ia menyebutkan, tingginya semangat keagamaan atau fanatisme beragama saja tidak cukup, jika tidak diimbangi dengan pengetahuan agama. Fanatisme  yang tinggi namun tidak memiliki pengetahuan agama yang cukup akan menimbulkan sikap mudah menyalahkan orang lain.

"Namun semangat tersebut bisa kontra produktif jika tidak diimbangi dengan pengetahuan keagamaan yang cukup. Minimnya pengatahun keislaman seseorang membuat seseorang yang Islam fanatisme mudah terprovokasi sehingga melakukan menyalahkan, membid’ahkan, bahkan mengkafirkan orang lain," ulasnya.

Ia mengharapkan mahasiswa dan generasi muda, khususnya di Pariaman dapat mewariskan Islam yang dibawa ulama terdahulu sebagai agama rahmatal lil alamin yang dapat membedakan hal keagaaman yang pokok (usuli) dan tidak pokok, sehingga perbedaan yang ada tidak terlalu jauh.

"Perlu kearifan umat dalam menanggapi keberagaman yang ada dengan pengetahuan. Umat tidak perlu mencari perbedaan dan dilakukannya secara terus terus dan hanya akan menghabiskan energi. Lebih baik kita optimalkan untuk yang lebih baik," pungkasnya. (Nanda)
×
Berita Terbaru Update