Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perjuangan Banyuwangi Lepas dari Santet Inspirasi Padangpariaman

7 Mei 2017 | 7.5.17 WIB Last Updated 2017-05-07T05:00:54Z

Banyuwangi -- Dinas Pariwisata Provinsi beserta Dinas Pariwisata kota/kabupaten se Sumetera Barat, lakukan studi banding ke Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/5/2017).

Asisten II Padangpariaman, Netty Warny, menilai pemerintah Banyuwangi telah berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah dengan pengelolaan sektor pariwisata.

"Sektor pariwisata Banyuwangi berkembang dan telah mampu mengangkat taraf ekonomi masyarakat setempat," ujar Netty di Kantor Bupati Banyuwangi saat rombongan dijamu oleh pemerintah setempat.

Ia mengatakan, dalam kurun 5 tahun belakangan, Kabupaten Banyuwangi telah diakui oleh pemerintah pusat sebagai daerah yang memiliki tata kelola pariwisata terbaik. Pusat bahkan memberikan penghargaan inovasi kebijakan publik kepada Banyuwangi.

"Bahkan tahun 2016 badan pariwisata PBB berikan UNWTO Award untuk Banyuwangi di Madrid, Spanyol," sambung Netty.

Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Abdullah Azwar Anas, diterangkan Netty, sebelumnya merupakan daerah yang dikenal anker. Banyuwangi bahkan lebih dikenal karena klenik dan praktek santetnya dibanding pariwisata.

"Sekarang menjelma menjadi destinasi wisata terkemuka yang ramai dikunjungi turis dari dalam dan luar negeri," sebutnya.

Di samping prestasi pariwisata, kekaguman Padangpariaman hingga studi banding ke sana juga disebabkan oleh tata kelola pemerintahan yang baik Banyuwangi. Banyuwangi sukses meraih nilai SAKIP dan LAKIP A dari perolehan sebelumnya C.

"Ini loncatan luar biasa bagi sebuah daerah. Kita saja dari CC ke B saja luarbiasa sulitnya," kata Netty.

Kepala DPMPTP Padangpariaman Hendra Aswara mengatakan sudah tepat pihaknya melakukan studi banding ke daerah tersebut. Padangpariaman sebagai daerah yang sedang giat-giatnya membangun memerlukan mentor yang luarbiasa.

"Banyuwangi adalah daerah yang tepat untuk menimba ilmu," sebutnya.

Sementara itu Asisten Administrasi Pemerintahan Banyuwangi, Choirul Ustadi Yudawanto, menyebutkan keberhasilan Banyuwangi bangkit dari image kota santet bermula awal kepemimpinan Bupati Abdulah Azwar Anas empat tahun yang lalu. Saat itu Banyuwangi hanya dikenal sebagai daerah penyeberangan ke Pulau Bali yang terletak di ujung timur Pulau Jawa.

"Kemudian Bupati mulai melakukan branding Banyuwangi 'The Sunrise of Java'. Bupati melakukan konsolidasi terhadap pejabat di bawahnya untuk membuat sebuah perubahan. Bagi yang bisa dibina, sedangkan bagi yang tak punya semangat perubahan diganti," ucap dia.

Dalam membangun pariwisata, jelas Choirul, Bupati Azwar Anas membentuk super-tim. Seluruh program dan permasalahan akan dicarikan solusinya oleh tim tersebut.

"Kami tidak memakai event organizer lagi dalam mengerjakan sebuah kegiatan besar, namun saling bekerjasama dalam supertim yang terdiri dari seluruh OPD," jelas mantan pegawai di Kabupaten Solok itu.

Ia mencontohkan, pelaksanan Tour de Banyuwangi dikerjakan secara bersama tanpa memandang bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan Dinas Pariwisata Olahraga oleh segenap SOPD.

"Alhasil, stigma Banyuwangi sebagai kota santet dan terasing, kini perlahan-lahan mulai sirna. Kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu kini tumbuh menjadi tujuan destinasi dunia," pungkas dia bangga.

TIM
×
Berita Terbaru Update