Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Catatan: Ramadhan Situasional Bintang Lima

5 Juni 2016 | 5.6.16 WIB Last Updated 2016-06-05T13:34:59Z


Memasuki bulan suci Ramadhan 1437 Hijriah/2016 sejumlah tradisi/kearifan lokal dihelat sakral oleh masyarakat Piaman. Seperti tradisi maniliak bulan untuk menentukan 1 Ramadhan oleh masyarakat di Ulakan yang sudah berjalan ratusan tahun lamanya, ritus-ritus Pawai Obor dan Ratik Tulak Bala di Sungai Sariak serta tradisi "balimau" yang tidak kalah seru.

Kearifan lokal jangan diperdebatkan. Helenisme (paham awam) mewarnai kehidupan umat beragama hampir di seluruh wilayah Indonesia/dunia. Warna-warni tersebut adalah keindahan corak ragam di kanvas budaya ibu pertiwi.

1 Ramadhan di Pariaman ada yang mengikuti kalender nasional, banyak pula mengikuti kalender yang ditentukan oleh pengamatan tiliak bulan sehingga 1 Ramadhan tidak pernah dilakukan secara serentak. Begitu pun 1 Syawal. Kearifan lokal wajib dihormati. Menghormati perbedaan adalah kualitas sosial di suatu peradaban.

Bulan suci Ramadhan atau bulan puasa sangat dinanti-nanti. Di bulan penuh berkah itu sektor ekonomi sektoril masyarakat mengalami peningkatan. Sebut saja pedagang yang menggelar dagangan di pasar pabukoan hingga di depan rumahnya masing-masing. Membeli kuliner jauh lebih hemat daripada memasaknya sendiri. Hemat waktu hemat uang.

Peadagang di pasa pabukuon Piaman banyak yang sudah punya nama (branding). Kualitas masakannya telah teruji lidah masyarakat. Pedagang beginian ketiban durian runtuh di bulan suci. Meraka panen uang.

Jelang 1 Ramadhan tahun ini, kearifan lokal masyarakat pesisir secara tidak langsung dan menyadari/melarang nelayan melaut karena cuaca ekstrim sesuai pertanda alam yang mereka baca. Dalam bahasa rakyat disebut dengan istilah patamuan bintang kalo dengan bintang kuniang yang menyebabkan angin kencang/badai/ombak besar.

Aktifitas melaut oleh nelayan sengaja dihentikan oleh kemauan mereka sendiri. Jangan bicara ramalan cuaca laut/ombak kepada mereka meski Anda sendiri dari BMKG. Untuk ramalan cuaca di laut mereka pantas menyombongkan diri. Jika tidak ada warga yang ingatkan pemilik layangan kreasi diturunkan di Festival Gandoriah beberapa hari lalu sebelum badai tiba, mungkin layangan mereka pulang sendiri ke negaranya.

Dari kearifan lokal pula, seusai patamuan bintang disertai badai tersebut-- bertepatan dengan jatuhnya 1 Ramadhan-- ikan di laut akan berlimpah sekitar dua tiga hari setelahnya. Nelayan akan menuai rejeki pasca hampir sebulan tak melaut. Cadangan protein masyarakat oleh ikan yang kaya omega tersedia di bulan suci.

Syahdan, di bulan puasa masyarakat cukup royal dalam penyajian menu berbuka keluarga. Ragam kuliner tersebut semuanya bisa dibeli secara instan di pasa pabukoan yang lokasinya telah disediakan oleh pemerintah, pun menu untuk sahur sesuai selera.

1 Ramadhan biasanya mesjid dipenuhi warga guna ibadah sholat tarawih. Biasanya di awal hingga 10 Ramadhan saja, makin keujung makin sedikit bak ekor tikus yang kian halus ke ujung. Fenomena demikian acapkali kita dengar dari mulut masyarakat kita sendiri.

Bulan Ramadhan nyata/fakta bulan penuh berkah bagi siapapun. Bulan intropeksi diri, berserah diri kepada Yang Esa, saling berbagi, merenung dan saling menabur kebaikan di muka bumi. Bulan suci adalah penghapusan dosa, pembuka pintu tobat dan gerbang menuju pintu sorga.

Bulan suci saat berpuasa juga melatih kontrol emosi. Ilmiah disebut emotional control to spiritual control, berguna bagi keselaran jiwa dan mental.

Bulan suci Ramadhan adalah situasional umat muslim yang tidak bisa dikritik, baik oleh sains, para penganut atheis, serta agama lainnya. Bulan puasa penuh sanjungan berbagai disiplin ilmu. Bulan puasa umat Islam mendapat bintang lima dalam ilmu kedokteran demi kesehatan. Stephen Hawking sendiri konon mengagumi hal tersebut.

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update