Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

[Tajuk] Sadar Wisata

9 April 2016 | 9.4.16 WIB Last Updated 2016-04-10T00:42:01Z



Kota Pariaman sekarang dibanding lima tahun lalu sangat pesat perbedaannya di sektor pembangunan pariwisata. Begitu juga dengan paradigma masyarakatnya, berbanding lurus pula. Mereka sekarang mulai terbuka kepada pengunjung, bersikap melayani selaku tuan rumah. Gerbang masyarakat sadar wisata mulai terkuak pintunya yang lama sekali terkunci padat berkarat.

Jika ingin melihat ramainya Pariaman, datanglah tuan-nyonya agak sekali di sepanjang Pantai Pariaman. Tuan-nyonya akan mengira Kota Pariaman itu timbangannya berat sebelah saking ramainya orang lalu lalang di sepanjang pantai tersebut.

Banyak sekali orang bersantai, berolahraga skateboard dan sepatu roda di Pantai Gandoriah, membawa anak main di taman Anas Malik, bergerudu di ujung muara Pantai Gandoriah saksikan sunset, bertamasya ke Pulau Angsoduo, hingga para anak muda menenteng kamera DSLR lunju-lanja kian kemari dari Pantai Kata ke Gandoriah berjalan kaki mengodak apa yang dilihatnya.

Ingat saya dahulu di kala sore di sepanjang Pantai Gandoriah melihat para ibu-ibu berangin-angin di pondok sambil mencari kutu. Berbedak beras berkain sarung. Menggelayut kelopak matanya ke bawah saat kutu ditindas di kepanya. Pemandangan itu berganti dengan muda-mudi nan modis turun dari mobil. Mereka punya gaya.

Pembangunan sektor pariwisata syahdan dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Berbagai komunitas anak muda orientasi ekonomi bermunculan. Sejumlah cafe berdiri bak jamur di musim penghujan, mulai cafe payung, cafe pondok hingga cafe yang dikelola sesuai standar daerah destinasi wisata semacam di Pulau Bali. Jika Anda ingin rasakan menu cafe ala Pulau Dewata datang saja ke Gandoriah, dijamin sama rasanya. Tak mahal pula.

Keuntungan finansial yang dirasakan masyarakat lokal pelaku wisata membuat mereka punya tanggungjawab mempertahankan posisinya. Mereka akan terus berpacu melakukan inovasi di sektor yang mereka geluti. Itu kabar baik bagi pemerintah daerah.

Sudut pandang yang sama antara pemerintah dan masyarakat dalam memandang dunia pariwisata tanpa disadari telah membangun team-work yang solid. Ibarat kaki kiri dan kaki kanan dalam melangkah. Seayun, seirama, tegap ke arah yang di tuju.

Majunya sektor pariwisata selalu ada arus menyertai, selalu ada paham terbawa karena ragam orang beda budaya, cara, pola, berbaur dengan masyarakat lokal. Namun bukan kabar buruk.

Selalu ada dua kutub. Kutub positif dan negatif. Jika fenomena itu disikapi dengan baik akan membawa keuntungan pula. Positif dan negatif akan hasilkan energi. Masyarakat yang taat adat, memegang teguh budaya leluhurnya, bangga dengan kearifan lokalnya, punya nilai jual tersendiri. Budaya adalah medan magnet di dalam roh pariwisata.

Setiap pelancong selalu ingin melihat budaya daerah yang baru dilihatnya. Apa yang mereka lihat selalu dinilai menarik karena mereka tak punya. Di situlah letak nilai jual. Itu harus digarap maksimal dan di kedepankan.

Membangun dunia pariwisata memang tidak mudah, apalagi mempertahankannya. Butuh energi besar dan komitmen besar pula untuk mempertahankan apalagi meningkatkannya. Sejumlah persoalan akan terlihat seiring kemajuan. Persoalan yang muncul tersebut terkadang berakibat fatal jika salah dalam penanganan.

Selama kita tetap berdiri dalam benteng moral adat istiadat dan agama, selama itu pula kita tidak tergoyahkan. Pariwisata akan selalu berpihak kepada masyarakat. Dia bahkan punya daya besar untuk mengungkit sektor lain.


Kita mendengar kabar pasangan ilegal terjaring di sejumlah hotel hunian publik, remaja terjerumus narkoba, anak punk pun memilih Pariaman tempat hijrah dan berbagai isu lain. Jangan cemas dan dibesar-besarkan. Semua pasti ada jalan keluar asal solusi yang dicari itu melibatkan lintas kepentingan bersebab efek samping dari tindakan yang akan dilakukan akan lari ke muara besar.

Muara besar tersebut bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur yang saling mempengaruhi.
 

Selama ombak menghempas, selama itu pula pasir pantai terus ada. Kehidupan selalu ingin mencari titik keseimbangan. Sebagai orang berpaham kita maklum selalu ada solusi di dalam setiap persoalan.

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update