Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Penangkaran Penyu dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

29 Desember 2014 | 29.12.14 WIB Last Updated 2014-12-29T14:52:45Z


Foto: Ibu-ibu Bhayangkari Polda Sumbar saat mengunjungi pusat penangkaran penyu Kota Pariaman



Komitmen Pemerintah Kota Pariaman Mewujudkan Kota Pariaman sebagai kota tujuan wisata di Indonesia, sudah tak diragukan lagi.  Grand design yang merancang spesifikasi wisata sudah dipersiapkan sejak awal. 

Pantai Gandoriah Pariaman destinasi utama tujuan pariwisata Kota Pariaman memang telah dipersiapkan untuk menjadi wisata untuk umum. Pembenahan infrastruktur di kawasan pantai berpasir bersih ini, terus dilakukan, jalan aspal mulus selebar tiga meter membentang mulai dari muaro Pariaman hingga Pantai Kata Pariaman.  

Taman-taman bermain untuk anak, mulai dari taman huruf hijaiyah dan taman angka memiliki nilai tersendiri di kota yang pernah meraih penghargaan Kota Layak Anak ini. Di sudut lain, batu grib di tepi muaro, tidak hanya berfungsi sebagai pemecah ombak, namun juga menjadi ajang pegiat olahraga memancing menyalurkan hobinya. 

Disamping itu  lokasi ini menjadi  spot tersendiri bagi pecinta fotografer untuk mengabadikan keindahan pantai dan laut yang terbentang luas. Di atas batu grib ini juga, juga menjadi sarana wisata bagi keluarga menikmati keindahan sunset dihiasi dengan pemandangan kapal nelayan yang bersandar pulang mencari ikan. 

Di tepi muaro ini juga, pecinta olahraga bahari, bisa menikmati perjalanan menuju pulau-pulau eksotik yang ada di Kota Pariaman. Cukup dengan membayar Rp 35 ribu sudah termasuk asuransi jiwa, pengunjung bisa menikmati pasir putih di pulau anso duo, pulau ujuang, pulau kasiak yang masih perawan ini diantar speed boat yang disediakan khusus  oleh Pemko Pariaman.

Sementara itu Pantai Cermin dan Pantai Kata Pariaman, saat ini tengah dipersiapkan untuk menjadi destinasi liburan keluarga dan sebagai lokasi liburan untuk gathering bagi perusahaan-perusahaan yang ingin liburan bersama keluarga karyawan mereka. Sejumlah pengusaha nasional yang merupakan perantau Kota Pariaman sudah menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di sini. Saat ini sedang dalam proses pengurusan izin.

Meski demikian, Pemko Pariaman sepertinya tak kehabisan akal untuk terus mengembangkan destinasi baru dengan mengusung ide “ecotourisme” atau ekowisata. Jika merunut kepada definisi ekowisata menurut Organisasi The Ecotourisme Society, ekowisata  ini dapat diartikan sebagai bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Mengusung konsep ini, maka sejak awal kepemimpinan Mukhlis Rahman di periode pertama, tahun 2009, dimulailah program konservasi penyu, yang berada di bawah Konservasi Kawasan Laut Daerah (KKLD) Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pariaman. 

Kawasan Koservasi Penyu yang berada di Pantai Ampalu Pariaman inipun menjadi destinasi wisata unggulan lainnya. Keistimewaan wisata yang satu ini dibandingkan kawasan konservasi yang ada di daerah lain, kawasan konservasi penyu di Kota Pariaman berada didaratan. Tak perlu menempuh pulau untuk melihat proses berkembang biaknya hewan yang dilindungi di dunia ini. Agaknya pengambil kebijakan di kota tabuik ini paham betul pesona si penyu hijau, penyu lekang dan penyu sisik ini akan menarik pecinta lingkungan, untuk melangkahkan kakinya ke kota tabuik ini. 

Pembenahan dan kebijakan pun diambil untuk menyukseskan program ini. Pemko Pariaman menyiapkan anggaran untuk membeli telur-telur penyu dari masyarakat setempat yang memang hidup dari hasil menjual telur penyu ini.  Satu butir telur dihargai Rp3.500.
 
Sejak beroperasi pada 2009, Pusat Penangkaran Penyu yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari pusat pemerintahan "Kota Tabuik" itu telah berhasil mengumpulkan lebih dari 30 ribu butir telur.  Lebih dari setengahnya telah berhasil ditetaskan.  

Sarana dan prasarana pun terus dilengkapi, setelah memiliki bak incubator untuk proses penetasan telur, bak pasir untuk sarana hidup tukik yang baru menetas hingga bak air tempat tukik belajar berenang sebelum di lepaskan ke lautan luas. Bahkan tahun ini Pemko Pariaman juga telah melengkapi fasilitas kolam ombak untuk tukik-tukik tersebut, sehingga si tukik tidak shock saat menghadapi air bergelombang di lautan, ketika mereka kembali ke habitatnya. Di Sepanjang kawasan itu juga dibudayakan hutan mangrove, sehingga makin menambah kesejukan wisata penangkaran penyu.

Tangan dingin Mukhlis Rahman dan Genius Umar mengemas kepedulian terhadap penyu ini menjadi tujuan wisata, berbuah manis. Sosialisasi terhadap kawasan ini pun dikemas dengan apik, setiap ada kegiatan yang menghadirkan tamu-tamu dari luar, maka Pemko Pariaman pun mengagendakan pelepasan tukik (anak penyu) sebagai bagian akhir dari kegiatan. 

Tamu-tamu kenegeraan yang datang ke Kota Pariaman, juga selalu diajak ke penangkaran penyu.  Kalangan perguruan tinggi dan pecinta alam pun diundang untuk melakukan kegiatan penelitian dan konservasi di kawasan ini. Bahkan setahun terakhir, pegiat wisata alam, mulai menawarkan penangkaran penyu sebagai bagian dari paket wisata yang menjanjikan.  Tak ayal jika kawasan ini menjadi kawasan tujuan wisata yang favorit saat ini.

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Capaian-capaian keberhasilan tersebut tidak lantas membuat Pemko Pariaman menepuk dada. Sebab tujuan utama program-program yang digagas pemerintah, adalah untuk kesejahteraan rakyatnya. Hal inilah yang membuat Pemko Pariaman mulai menggagas, bagaimana ekowisata ini memberi dampak positif terhadap kesejahteraan rakyat. 

Program utama, yang telah berjalan, membeli telur-telur penyu itu dari warga yang memang menggantungkan hidup dari menjual telur penyu. Dengan demikian, sebagian besar warga yang menggantungkan hidup dari laut ini tak terputus mata pencahriannya. Program lain yang sedang berjalan saat ini, memberikan pelatihan pembuatan souvenir murah meriah namun spesifik kepada anak-anak nelayan yang putus sekolah di lokasi wisata penangkaran penyu. Dengan harapan mereka bisa menambah penghasilan keluarga dari penjualan kerajinan ini. 

Program lain yang tak kalah penting adalah menyiapkan  satu atau dua kamar yang ada di rumah-rumah penduduk sebagai tempat penginapan sederhana atau home stay. Sejumlah warga sudah mendapat pelatihan tentang bagaimana pengelolaan home stay ini. Targetnya, home stay ini tidak hanya untuk penginapan penggiat linkungan, namun juga untuk mahasiswa-mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Seperti baru-baru ini sejumlah mahasiswa asing dari Belanda dan Jerman melakukan penelitian tentang penyu di Kota Pariaman ini. 

Disamping itu program yang saat ini sedang diupayakan kerjasamanya adalah membuka kembali jalur kereta api Pariaman –Nareh yang nantinya akan melewati kawasan wisata penangkaran penyu ini. Dengan demikian, kawasan ini makin banyak pengunjungnya. Seluruh program ini tentunya nanti akan berujung kepada pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya warga di sekitar penangkaran penyu. 

Meski demikian, yang perlu menjadi perhatian Pemko Pariaman nantinya, adalah bagaimana menghadirkan hotel yang representative di kawasan ini. Kalngan menengah atas yang ingin menikmati liburan keluarga, tentunya membutuhkan penginapan yang lebih nyaman. Mungkin jika selama ini, kesulitan mencari investor yang mau melirik kawasan ini. 

Tak ada salahnya, Pemko Pariaman memulai secara bertahap melalui anggaran APBD Kota Pariaman. Tak perlu besar-besar, karena menurut Ketua PHRI Yusran Maulana, jenis penginapan yang cocok adalah model bungalow atau cottage, sebab memang Kota Pariaman memang cocok untuk kota persinggahan. Selain itu kehadiran rumah makan dengan spesifik makanan khusus, seperti sate piaman yang terkenal kelezatannya perlu menjadi perhatian.

Meski saat ini banyak warung sate yang ada di Pariaman, namun restoran sate yang representative di Kota Pariaman, boleh disebut belum ada. 

Penunjang seperti ini penting, karena seperti yang diungkapkan Ketua Asita Ian Hanafiah, perlu memikirkan strategi bagaimana wisata di Pariama menjadi tujuan wisata gathering perusahaan-perusahaan besar di Sumbar, Riau dan Jambi. Penginapan dan rumah makan yang representative dengan harga terjangkau menjadi salah satu indicator yang harus dipenuhi, dengan tujuan akhir untu kesejahteraan warga Pariaman. (***)

Penulis: Zikriniati, wartawati Padang Ekspress. 
Juara III Jurnalis Award 2014 Kota Pariaman
×
Berita Terbaru Update