Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mewujudkan Ecotourism Berkesan di Kota Pariaman

29 Desember 2014 | 29.12.14 WIB Last Updated 2014-12-29T15:15:56Z


Image, terumbu karang di Pulau Kasiak, by Oyong Liza Piliang



Sebuah pantun Minang dari penggalan film Siti Nurbaya, lumayan mengusik hati saya untuk melihat langsung Pulau Pandan dan Pulau Angso duo di Kota Pariaman. Pantun yang berbunyi Pulau Pandan jauh di tangah, di balik pulau angso duo. Bia hancua badan dikanduang tanah, budi baik takana juo, sukses mengusik rasa ingin tahu saya seperti apa Pulau Pandan dan Pulau Angso dua tersebut.

Untung saat itu anak saya yang duduk di TK, melakukan jalan-jalan dengan kereta wisata ke Pantai Gandoriah. Informasi dari gurunya, di Pantai Gandoriah, bisa dilihat keberadaan Pulau Pandan.

Alhamdulillah pada hari H, di pagi buta saya dan keluarga langsung menuju stasiun kereta api di Simpang Haru Padang. Bersama orang tua murid lainnya, perjalanan wisata dimulai.

Tak butuh waktu lama, untuk sampai ke Pantai Gandoriah. Keasyikan saya melihat anak-anak bernyanyi di kereta api, membuat perjalanan terasa lebih cepat sampai.

Kami pun turun menuju pantai mengikuti arahan pihak TK. Setelah acara TK usai, lalu dilanjutkan dengan acara bebas. Saat itulah saya bisa melihat dari bibir pantai keberadaan Pulau Angso Duo dan Pulau Pandan.

Ada keinginan di hati saya untuk pergi ke kedua pulau itu. Namun ketika mengetahui tak ada kapal khusus, niat itu saya batalkan. Maunya saya, ada kapal yang nyaman dan membuat rasa was-was berada di laut terhilangkan.

Jadinya saya dan anak-anak bermain di pantai dan saat makan siang, saya menyempatkan diri makan di kedai nasi terdekat. Meski tidak senyaman dan sebersih makan di Pantai Padang, lumayanlah untuk bisa mengisi perut yang keroncongan.

Keberanian saya makan di kedai nasi di Pantai Gandoriah, karena didukung isi saku yang lumayan. Jujur sebenarnya, ada terselip rasa kuatir, karena turut dengar kabar dari yang pernah makan di Pariaman, terkenal dengan ilmu pakuak alias makan dengan harga tinggi.

Maunya saya, rumah makan menyediakan tarif, sebagaimana tempat makan cepat saji. Daftar harga ada, sehingga isi kantong pun bisa diukur.


Pariaman Menjanjikan Keindahan

Pantai Pariaman memang menjanjikan keindahan pantai yang mengesankan. Meski belum digarap profesional, lumayan meninggalkan kesan.

Apalagi dengan rencana pengembangan pariwisata bersifat ekowisata atau ecotourism merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam. Selain itu juga mengutamakan aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Jika ini dikembangkan, bukan tidak mungkin kelebihan Pulau Angso Duo dan Pulau Pandan bisa termaksimalkan. Selain bisa menyelam terumbu karang, juga bisa dilakukan wisata pancing, wisata banana boat, dan lainnya.

Sejarah Ecotourism

Kegiatan ekowisata yang pertama seperti dirilis id.wikipedia.org,  barangkali adalah kegiatan safari (berburu hewan di alam bebas) yang dilakukan oleh para petualang dan pemburu di Afrika. Kegiatan ini marak pada awal 1900. Dan pemerintahan Kenya mengambil kesempatan dan membuka peluang bisnis dari kegiatan safari. 

Pemerintah Kenya yang baru merdeka, dengan sumber daya flora dan fauna yang dimiliki, menjual kegiatan petualangan safari kepada para pemburu yang ingin merasakan sensasi padang safana dan mamalia Afrika yang liar dan eksotis. 

Pemerintah Kenya menjual satu ekor singa sebagai buruan seharga US$27.000 pada tahun 1970. Namun akhirnya disadari bahwa perburuan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kepunahan spesies flora atau fauna dan mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Belajar dari pengalaman ini, pemerintah Kenya akhirnya melakukan banyak perubahan di dalam pelaksanaan kegiatan safari dan mulai menerapkan konsep-konsep ekowisata modern di dalam industri pariwisata.


Ekowisata di Indonesia

Di Indonesia kegiatan ekowisata mulai dirasakan pada pertengahan 1980-an, dimulai dan dilaksanakan oleh orang atau biro wisata asing. Salah satu yang terkenal adalah Mountain Travel Sobek, sebuah biro wisata petualangan tertua dan terbesar. 

Beberapa objek wisata terkenal yang dijual oleh Sobek antara lain adalah pendakian gunung api aktif tertinggi di garis khatulistiwa, Gunung Kerinci (3884 m), pendakian danau vulkanik tertinggi kedua di dunia, Danau Gunung Tujuh dan kunjungan ke danau vulkanik terbesar didunia, Danau Toba.

Beberapa biro wisata lain maupun perorangan yang dijalankan oleh orang asing juga melaksanakan kegiatan kunjungan dan hidup bersama suku-suku terasing di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua.

Salah satu dari proyek ekowisata yang terkenal yang dikelola pemerintah bersama dengan lembaga asing adalah ekowisata orang hutan di Tanjung Puting, Kalimantan. Kegiatan ekowisata di Indonesia diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.

Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa. Namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya.

Cakupan ecotourism antaranya wisata pemandangan, seperti objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang), Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan). Juga Fauna (hewan langka dan endemik), perkebunan (teh, kopi), wisata petualangan mencakup kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar), ekstrem (mendaki gunung, paralayang), berburu (babi hutan).

Selain itu juga wisata kebudayaan dan sejarah, mencakup suku terasing (orang Rimba, orang Kanekes), kerajinan tangan (batik, ukiran), peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial).

Juga bisa wisata penelitian, seperti pendataan spesies (serangga, mamalia dan seterusnya), pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah), dan konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran).

Bisa juga dilakukan wisata sosial, konservasi dan pendidikan, seperti pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana komunikasi, kesehatan), reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembang biakan hewan langka. Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata (pendidikan bahasa asing, sikap).

Andalan Kota Pariaman

Dari pilihan ecotourism yang ada, Kota Pariaman bisa menjual terumbu karang yang ada di Pulau Pandan dan Pulau Angso Duo, serta pulau terdekat lainnya. Sementara untuk yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, bisa diadakan paket wisata yang salah satunya baruak (beruk) Pariaman.

Paket bisa meliputi kunjungan ke pelatihan baruak, akvitas memanjat kelapa, mengupas kelapa, perusahaan pengelolaan sabut kelapa, pengelolaan minyak kelapa, dan masih banyak lagi. Pastinya wisatawan akan berkesan, apalagi jika diajari pulau bertanam kelapa.

Hiasi petualangan dengan minum air kelapa muda. Lari pagi mengelilingi pantai berlatar parak karambia dan sebagainya.

Inapkan wisatawan di rumah pemilik baruak, agar masyarakat juga mendapatkan manfaat dari keberadaan wisatawan. Mereka nantinya tentu bisa melihat bagaimana majikan memperlakukan baruaknya.

Slogan Pariaman Laweh tentu juga bisa dijual. Wisatawan bisa diajak berkeliling memutari Kota Pariaman. Perlihatkan sawah yang seluas mata memandang dan tentu bisa dibandingkan dengan sawah yang ada di Ubud Bali.

Potensi laut tentu bisa juga dijual, dengan menyediakan bermacam permainan di laut terbaru. Baik itu banana boat, aquarium bawah laut, dan lainnya.

Sementara untuk kuliner, tentu bisa disuguhkan sala lauk, nasi sek, dan tentunya oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Rekomendasikan pada wisatawan, tempat-tempat yang hanya memiliki tarif.

Cara ini dengan sendirinya memaksa tempat kuliner lain juga memasang tarif yang jelas. Hal inilah yang akan membuat pariwisata ecotourism menjadi lebih berkesan, karena wisatawan merasa tidak dirugikan dan ada kepastian berapa uang yang harus disediakan. Pastikan harga-harga kuliner Pariman bisa dicek secara online.

Pada akhirnya wisata ecotourism di Pariaman yang indah, akan menjadi buah bibir dan membuat hadirnya wisatawan lainnya. Jika ini terwujud, insya Allah Kota Pariaman akan panen pemasukan dari dunia pariwisata. 

Bukan tidak mungkin Pariaman akan menjadi Bali-nya Sumbar, karena memang keindahannya bisa diadu. Oleh karena itu, sarana penunjang seperti hotel berbintang juga harus disediakan.

Pastikan Pantai Pariaman bebas preman, pengamen, dan parkir liar. Bagusnya, setiap pengunjung yang datang diberi pengenal saat melewati gerbang. Tanda pengenal merupakan jaminan kalau mereka tidak akan dikenakan parkir liar, dizalimi tarif makanan, dan tidak diganggu pengamen.

Pastikan masyarakat tahu, kalau tanda pengenal itu 'sakti'. Pemakai bisa menuntut mereka, jika pengunjung merasa dirugikan. Yakinlah, multiplier efeknya sangat dahsyat.

Langkah berikutnya dengan memberdayakan masyarakat sekitar, seperti di kawasan wisata Lombok. Warganya menjual kerajinan mutiara dan kerajinan laut lainnya. Tidak ada pengamen dan parkir liar. 

Untuk Pariaman, mungkin bisa dibuat miniatur tabuik, sala lauk, Rumah Gadang, kerajinan laut, dan lainnya. Semua buatan masyarakat diambil koperasi Pariaman, dan dari koperasi mempekerjakan warga sekitar untuk jual souvenir. Cara ini akan membuat harga jadi seragam dan UMKM memiliki kepastian hasilnya produknya ada yang mengambil.

Keterkaitan ini akan membuat wisata ecotourism makin dikenal di Sumbar khususnya dan Indonesia umumnya. Maka jadilah Kota Pariaman destinasi andalan pariwisata Indonesia.*

Penulis:  Juara I lomba Jurnalis Award 2014 Kota Pariaman (Humas Setdako)

Hendri Nova- Wartawan Singgalang
×
Berita Terbaru Update