Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Politik Rusak

26 April 2014 | 26.4.14 WIB Last Updated 2014-04-26T14:04:14Z




Pileg 9 April 2014 sudah berakhir, nama-nama calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten periode 2014-2019 di ruang lingkup Sumbar juga sudah kita ketahui, baik via media, maupun dari hasil rekapitulasi tingkat Kota/Kabupaten dan Provinsi. Banyak caleg petahana berguguran, dan banyak pula caleg wajah baru bermunculan untuk menjadi wakil rakyat periode lima tahun ke depan.

Menjadi caleg ada banyak motivasi membeletarbelakangi. Hanya sedikit prosentase yang dilandasi ideologis. Hingga tidak heran jika kita disuguhkan kabar politik transaksional kian marak. Cara main seperti itu dianggap paling jitu dan punya akurasi tinggi dibanding sosialisasi kreatif simpatik menyuguhkan program kerja kepada calon pemilih, apalagi menyewa jasa dukun yang mustahil dapat memutar ribuan isi kepala calon pemilih agar menusuk itu nama si caleg.

Fenomena ini saya menyebutnya dengan istilah politik JITU TOGEL. Dalam permainan judi togel ada istilah JITU, dimana para petaruh hanya memasang satu angka saja yang keluar paling ujung. Untuk ini mereka tidak perlu rumus banyak. Modalnya hanya satu, yaitu uang. Dari pengalaman para petaruh togel disebutkan kemungkinan menang dalam main JITU prosentasenya diatas 25% hingga 50%. Ingat, judi togel di Pariaman masih banyak. Hanya para kelas pengecer yang dikandang situmbinkan, sementara bandar besar disinyalir di amankan oleh oknum tertentu asal rajin setor.

Jika peta politik ini merata di bumi Nusantara Pertiwi, berarti demokrasi yang tercipta sekarang seakan tumbuh menyimpang yang tentunya juga punya output menyimpang pula. Orang baik tak bermodal, para tokoh idelis yang ingin tampil ke depan berebut panggung dengan para penjudi politik yang tentunya lihai menyikut hingga menjadikan kepala sang idealis sebagai pijakan kakinya untuk meraih papan panggung.

Banyak yang mengatakan bahwa dalam politik transaksional masyarakat tidak boleh disalahkan karena memang tingkat kepercayaan publik kepada politisi sangat menipis (kata politisi dan pengamat di tivi yang takut berseberangan dengan publik). Bagi saya tidak demikian. Apapun yang terjadi, baik buruknya sebuah sistem pemerintahan, masyarakatlah yang paling patut disalahkan. Merekalah yang memilih. Suara mereka merupakan anak kunci pembuka pintu yang diberikan kepada orang yang tidak tepat. 


Jika dikemudian hari terdengar kabar para anggota dewan masuk bui gara-gara korupsi jangan pula kaget. Jika suatu ketika melihat seorang anggota dewan mendadak kaya jangan pula iri. Karena mereka semua merupakan kepanjangtanganan Anda, karena pemimpin terpilih adalah terciman orang yang memilihnya. Tak perlu menyesal. Nikmati saja.

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update