Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

LENGANGNYA PASAR PARIAMAN DAN KERUT KENING PARA PEDAGANG..

21 Juni 2012 | 21.6.12 WIB Last Updated 2012-06-21T05:47:32Z

PARIAMAN kembali lengang setelah TDR kemaren usai.itu saya perhatikan ketika saya kepasar hendak mengikat batu cincin pemberian teman saya dibukittinggi dengan perak ditempat langganan saya yg juga sahabat,yg punya kedai kecil pengrajin emas & perak yg "tasalek" didepan los pasar ikan dan los pedagang ayam potong. sembari mengukur lingkaran jari saya  dia mengeluh akan sepinya pasar pariaman akhir2 ini.. saya belum menjawab keluhannya. baru setelah ia memvonis ukuran jarimanis saya 25 menurut ukuran yg saya tak mengerti dari lingkaran tembaga yg seonggok yg ia sorong2kan kejari saya. saya pesan teh es didepan kedai pengrajin emas dan perak yg berhadap2an dengan pasar ikan tersebut setelah jari saya selesai "diukur". tak berselang 5 menit kawan2 saya yg pedagang ikan datang menghampiri saya dan duduk dibangku kecil disamping kedai ini. saya bercengkrama pula dengannya sembari mengangkat tangan ketika saya disapa oleh pedagang2 ikan lainnya yg tentu saja banyak saya kenal karena saya pernah pula jadi pedagang ikan dipasar ini di era 90an. tak ada kalangan senior dipasar ikan pariaman ini yg tak mengenal saya..


salah seorang sahabat pedagang ikan ini mengeluh bahwa harga ikan semakin mahal sementara daya beli konsumen melemah. dan memang saya lihat sendiri ketika itu suasana pasar memang lengang adanya.. dan ketika mata saya melirik kekiri saya melihat pula pedagang pakaian yg lagi termenung dan jauh2 "pangana"nya, akibat tak adanya orang masuk kekedainya menurut saya.. ada angka 11 dikeningnya saya perhatikan. lengangnya pasar pariaman bila dikaji dari beberapa aspek ekonomi dan kajian terapan ilmu yg ada , adalah akibat menurunnya trafik ekonomi masyarakat pariaman menurut hemat saya. dalam zaman yg segala mahal ini mereka sangat dituntut untuk berhemat agar keuangan mereka memadai dalam membiayai pos2 yg jadi tuntutan hidup dari hari kehari dan bulan ke bulan pagi para pns dan wiraswasta menengah kebawah. setiap rumah tangga pasti memiliki kebutuhan dan anggaran ibarat negara dalam ruang lingkup yg terkecil.  ada anggaran rumahtangga yg berarti kebutuhan harian. pendidikan,kesehatan dan biaya2 yg tidak terduga lainnya..


serta juga dampak psikologis akibat warning surat edaran gubernur yg juga diedarkan walikota tentang siaga bencana gempa dan tsunami. dan ini punya efek psikologis bagi pengunjung pasar (pasar pariaman berjarak tak lebih 100m dari bibir pantai) yg tentu saja bila tak terlalu penting takkan berbelanja kepasar, demikian menurut hemat saya yg juga diamini oleh beberapa sahabat pedagang ikan ini. dan saya sedikit menyarankan mereka agar jemput bola dengan menjajakan ikan tersebut kerumah2 penduduk dengan sepeda motor atau becak motor.. dan saya menukuk tak ada yg perlu digengsikan dizaman sekarang ini.. pedagang ikan yg keliling2 desa disini disebut "aluang-aluang" dan banyak didominasi oleh pedagang2 ikan yg sudah "berumur".. dan bagi pedagang yg muda2 ini merasa gengsi bila disamakan dengan aluang-aluang tersebut. hanya itu yg bisa saya beri solusi buat mereka.. kalau gengsi yah merataplah angku..


beberapa saat kemudian sehabis bercengkrama dgn sahabat2 lama tsb saya pun berlalu dari pasar los ikan tersebut.. dan disepanjang jalan menuju tempat parkiran saya melihat pedagang durian menggelar lapak ditepi2 jalan.. dan saya pun mampir.. "bara duyan nan kenek ko ciek jo?" kata saya pada pedagang tersebut.. duriannya memang dominan kenek-kenek semua.. setelah negosiasi saya belilah 3 buah saja.. lalu diikat dan saya bawa pulang dan memasukkannya kedalam kulkas.. hingga kini durian itu belum saya makan. sepanjang perjalanan pulang ke cimparuah yg berjarak 2km dari pasar tersebut otak saya seakan loading sendiri.. apa yg menyebabkan lesunya perekonomian dipasar pariaman ini? dan apapula solusinya.. sampai kini saya belum menemukan jawabannya..


catatan oyong liza piliang
×
Berita Terbaru Update