Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ali Mukhni Ingin Asnimar Tinggal Satu Atap Bersama Keluarga, Tapi Ada Persoalan Lain Terkait Kaum Dalam Nagari

6 Februari 2017 | 6.2.17 WIB Last Updated 2017-02-06T13:50:40Z



Bupati Padangpariaman Ali Mukhni kunjungi keluarga Asnimar janda beranak tujuh, warga Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto Sei Sariak yang tidur di dalam pondok beratap terpal berpenyangga kayu ukuran 1x2 meter selama empat bulan-- yang beritanya viral di media sosial, Minggu sore (5/2/2017).

Diketahui tak jauh dari pondok Asnimar, berdiri rumah layak huni milik orangtua Asnimar. Ali Mukhni sempat masuk ke rumah milik orangtua Asnimar yang ditempati adik bungsu perempuan bersama suaminya itu. Dia mendapati rumah tersebut layak huni dan masih lapang untuk ditempati.

"Persoalannya adalah pertikaian dalam keluarga. Kita upayakan mereka damai dalam keluarga agar harmonis tinggal satu atap. Kamar di rumah mereka banyak yang kosong dan lapang, wc nya saja berkeramik," ujar Ali Mukhni.

Ia menambahkan, langkah utama yang dilakukan pihaknya adalah menyatukan kembali keluarga tersebut supaya hidup rukun dalam satu rumah di samping memberikan bantuan pendidikan, sosial dan kesehatan kepada ketujuh anak Asnimar.

"Opsi membangunkan rumah adalah pilihan terakhir. Yang jelas bagaimana menyatukan mereka terlebih dahulu, itu yang harus kita lakukan," sambungnya.

Ali Mukhni menyatakan ketika ia bertanya kepada anak Asnimar apakah selama ini tidur di tenda, dijawab tidak oleh anaknya.

"Mereka menjawab tidak ada tidur di tenda," imbuh Ali Mukhni.

Pada kesempatan itu Ali Mukhni memberikan bantuan sejumlah uang dan barang yang dihimpun dari sumbangan para medis lebih kurang Rp3 juta.

"Tadi lebih kurang tiga juta. Ada sumbangan dari para bidan juga," jelasnya.

Sepeninggal Ali Mukni dari tempat tersebut, para wartawan yang penasaran kembali menanyakan kepada anak Asnimar kenapa di depan bupati menjawab tidak ada tidur di tenda. Kepala Dinas Kesehatan Padangpariaman Aspinuddin menyaksikan hal itu.

Anehnya para anak-anak dan Asnimar sendiri kembali mengakui kepada wartawan bahwa ia selama empat bulan tidur di tenda, bukan di rumah orangtuanya.

"Tidak ada saya ngomong begitu ke bupati. Yang ngomong anak-anak, anak saya bohong karena dikasih uang. Saya tidak ada yang menekan," ujarnya.

Kepada salah seorang anak Asnimar bernama Syahrul diketahui penyebabnya. Rupanya, seperti pengakuannya yang direkam videonya oleh wartawan, sebelum kedatangan bupati ada orang yang memberikannya uang sebesar Rp200 ribu agar ketika ditanya bupati harus menyatakan tinggal di dalam rumah, bukan di dalam tenda.


"Saya dikasih uang 200 ribu, kami tidur ditenda sebenarnya," sebutnya. Pernyataan yang sama kembali dikuatkan oleh sejumlah warga dan adik laki-laki Asnimar.
 

Sementara itu tokoh muda Padangpariaman Hendri Gusvira berpendapat, tidak ada gunanya mempersoalkan di mana Asnimar tidur selama ini karena akan mengaburkan substansi persoalan sesungguhnya. Mantan anggota DPRD Padangpariaman itu mengaku tahu banyak akar persoalan dalam keluarga dan kaum Asnimar.

"Fakta tak terbantahkan di depan mata adalah kemiskinan dan kondisi anak-anak Asnimar saat ini. Kondisi nyata itu jangan sampai kabur oleh hal tersebut. Sebenarnya kondisi Asnimar dan keluarganya sangat komplek untuk dibahas. Ada persoalan kaum dalam nagari yang belum terselesaikan," ujar Hendri Gusvira.


Ia merinci perihal tersebut. Keterangan dari Hendri Gusvira perlu penelusuran lebih dalam dan konfirmasi kepada pihak nagari terkait.

OLP
×
Berita Terbaru Update