Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Laporan Khusus: Ada Apa Dengan Jogja

1 Desember 2016 | 1.12.16 WIB Last Updated 2016-12-01T13:35:02Z



Ikatan emosional Sumatera Barat dengan Daerah Istimewa (DI) Jogjakarta, sangat panjang, dimulai dari masa perjuangan kemerdekaan hingga awal kemerdekaan. Bahkan, Sultan Hamengkubuwono IX dikabarkan pernah menghibahkan sebidang tanah di kota Jogjakarta kepada Mr. Muhammad Yamin, yang kemudian dibangun oleh Muhamad Yamin menjadi gedung pertemuan bagi mahasiswa asal Sumatera Barat.

"Saya pernah beberapa kali ke sana waktu mahasiswa dulu," kata Wakil Walikota Pariaman Genius Umar, bincang-bincang dengan wartawan saat studi komparatif jurnalis Pariaman dan Bagian Humas Pemko Pariaman, di Jogjakarta, Senin lalu. Studi banding yang diikuti 25 jurnalis dan 7 pegawai Humas, dari tanggal 27 hingga 30 November 2016 tersebut, dipimpin langsung oleh Genius umar.

Budaya dan Pariwisata

Masyarakat Jogjakarta sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional tanpa kehilangan kebebasan berpendapat dan berekspresi. Kebebasan berekspresi di muka publik di sepanjang Jalan Malioboro atau Hanacaraka dalam bahasa sanskerta, oleh para seniman, salah satu instrumen dalam motor penggerak perekonomian setempat.

"Mereka begitu kreatif, seniman jalanan terhebat di Indonesia. Jangan harap pengamen asal-asalan bisa mengais rejeki di sini," lanjut Genius, di pelataran samping monumen Serangan Oemum 1 Maret, Malioboro, melihat atraksi seniman di malam hari yang menjadikan Malioboro selalu bergairah 24 jam, baik siang sebagai pusat bisnis dan pusat rekreasi di malam hari yang bikin insomnia.

Kebebasan berekspresi di Jogjakarta tidak boleh menyerempet hal yang ditabukan masyarakat setempat. Para pelajar dari seluruh Indonesia yang tinggal di Jogja maupun perantau lainnya, sangat menghormati pakem tersebut.

"Jangan mengkritik keluarga Sri Sultan dan Sri Paku Alam. Selama dua tahun saya di Jogja (2000-2002), pernah ada seorang teman diturunkan tukang becak di jalanan karena membicarakan Sultan dalam persepsi yang ditabukan," sambung Genius berbagi pengalaman.

Daerah Istimewa Jogjakarta adalah setingkat provinsi, merupakan peleburan Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Daerah selatan Pulau Jawa yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah itu memiliki luas 3.185,80 km2, terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta adalah Sultan dan Paku Alam, tidak melalui pemilihan umum.

Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menimbulkan penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah Istimewa Yogyakarta sering dihubungkan dengan Kota Yogyakarta sehingga lumrah sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta dan Jogjakarta.

Sensus penduduk 2010 menyatakan, populasi Daerah Istimewa tersebut sebanyak 3.452.390 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2. Untuk Kota Jogjakarta sendiri luasnya masih dibawah Kota Pariaman, namun dengan jumlah penduduk melebihi Pariaman yang tidak sampai 100 ribu jiwa, berbanding sekitar 500 ribu jiwa. Pendapatan Asli Daerah Kota Jogjakarta, 80 persen dari pajak hotel dan restoran.

Bahasa Sanskerta turut ditulis mendampingi bahasa Indonesia di setiap nama jalan, bangunan dan tempat penting lainnya. Penataan destinasi wisata di kota Jogja tetap mempertahankan ketradisionalan. Daerah mereka merupakan urutan kedua setelah Bali sebagai tujuan wisata terbesar di Indonesia. 

Sebagai kota yang sudah berumur 260 tahun, tentu memiliki sejarah panjang. Di pusat kota Jogja terdapat beberapa objek bersejarah antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.

Pembangunan kawasan wisata di kota Jogja, dibuat berimbang antara kenyamanan pengunjung dan bagi para masyarakat yang menjadi pelaku di bisnis pariwisata tersebut, seperti pedagang, seniman, penjual jasa, dll.

Di sepanjang Jalan Malioboro, salah satu sisi jalan dibuat lebar antara 5 hingga 12 meter, ruang (space) bagi pejalan kaki, bangku dan taman, ruang bagi pedagang kuliner. Pohon-pohon berusia tua dirawat untuk meneduhkan sepanjang jalan di kota berjuluk kota gudeg tersebut. Ruang lebar itu sering dijadikan konser seniman jalanan.

Grup seniman jalanan yang menggelar konser musik, berpenghasilan hingga hitungan di atas Rp1 juta sekali tampil. Para pelancong yang merasa terhibur tidak segan-segan memindahkan sebagian isi kantongnya ke kotak yang disediakan pengamen tersebut.

Tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah tersebut, masing-masing komunitas, baik pedagang, penjual jasa, pengamamen, bersama pemerintah, sama-sama pula dalam menjaganya. Baik keamanan, kenyamanan, hingga standar pelayanan. Pemerintah setempat juga membentuk satuan pengamanan bernama Joko Boro di sepanjang Jalan Malioboro. Kesan yang ingin mereka berikan kepada pengunjung adalah di "Jogjakarta Berhati Nyaman", sebagaimana penggalan kata password wifi di hotel kami menginap.

Pemerintahan dan Pelayanan Publik

Kota Jogjakarta dijabat oleh walikota yang dipilih oleh rakyat secara demokratis sebagaimana daerah lainnya di Indonesia. Pilkada Kota Jogjakarta dilaksanakan pada awal tahun 2017. Beda dengan Sultan dan Paku Alam, yang menjabat gubernur dan wakil gubernur Daerah Istimewa Jogjakarta yang sudah merupakan ketetapan sebagaimana amanat UU No. 3 Tahun 1950 yang diubah dengan UU No. 19 Tahun 1950. Kedua UU tersebut diberlakukan mulai 15 Agustus 1950 dengan PP No. 31 Tahun 1950.

Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Jogjakarta, Sulistyo menyebut, sistem pelayanan publik sudah lama terbangun di kota itu. Setiap hari Senin dan Kamis pihaknya akan menyerap langsung aspirasi masyarakat melalui RRI yang direlay oleh empat radio swasta setempat. Program bertajuk Walikota Menyapa yang dimulai pada pukul 07.30 WIB, setiap Senin menghadirkan walikota, dan hari Kamis oleh pihak SKPD.

Dengan adanya program "Walikota Menyapa", pemerintah setempat ingin memperpendek jalur informasi dari masyarakat yang ditujukan kepada pemerintahan dengan serentet jalur birokrasi.

"Sehingga walikota bisa langsung ambil kebijakan melalui aspirasi masyarakat yang langsung diterima," ujar Sulistyo.

Di samping itu, pihaknya juga membangun aplikasi berbasis tekhnologi informasi yang dinamai unit pelayanan informasi dan keluhan yang disingkat UPIK yang dikelola satuan kerja Bidang Humas Sekretariat Pemerintah Kota Jogjakarta.

UPIK pada dasarnya menerima keluhan/masukan langsung dari masyarakat yang bisa menggunakan jaringan internet dan pesan singkat telepon seluler atau SMS. Setiap pesan yang disampaikan ke aplikasi UPIK bisa dilihat langsung oleh siapapun di website resmi pemerintah setempat.

Kepala Bagian Humas Kota Jogjakarta Trihastono, menyebutkan, setiap pesan yang masuk ke aplikasi UPIK akan diteruskan kepada SKPD terkait. Pihak SKPD dalam waktu dua hari harus menjawab pertanyaan tersebut disertai solusi secara terperinci.

"Jika itu menyangkut pembangunan yang berkaitan dengan penganggaran, SKPD mesti jelaskan kapan ada anggaran untuk atasi persoalan tersebut dan kapan dilaksanakan hingga selesai pengerjaan," terangnya.

Aplikasi UPIK juga memberi peringkat kepada SKPD yang dinilai paling respon terhadap keluhan masyarakat. Penghargaan akan diberikan langsung oleh walikota kepada SKPD bersangkutan.

Kota Pariaman - Kota Jogjakarta

Sebagai sama-sama kota kecil, kata Wakil Walikota Pariaman Genius Umar, sudah selayaknya kota Pariaman belajar dari Jogjakarta. Bak pepatah, lain ladang lain belalang, lain lubuk, lain ikannya, tentu tidak semua yang dilakukan Pemko Jogja bisa diaplikasikan di Kota Pariaman.

Konsen Pemerintah Kota Pariaman untuk menjadikan Pariaman sebagai kota tujuan wisata, ada banyak pelajaran yang dipetik dari kota itu. Dalam hal kesadaran masyarakat menjadi pelaku dan pelayan bagi pengunjung, berangsur-angsur mulai tumbuh di Pariaman.

"Konsep pariwisata berbasis komunitas sangat tepat diterapkan di Pariaman, dan hal itu kian hari makin tumbuh," sebut Genius.

Genius menceritakan, tahun pertama ia mendampingi Mukhlis Rahman sebagai walikota dan wakil walikota Pariaman periode 2013-2018, geliat pariwisata Pariaman belum begitu tumbuh. Di tahun kedua, berbagai pembangunan untuk menunjang infrastruktur kepariwisataan mulai dibangun.

"Di tahun kedua mulai ada geliat, Kota Pariaman jadi bahan pembicaraan di mana-mana," ungkap Genius.

Pihaknya menginginkan, kota kecil Pariaman yang pantainya terletak di tengah-tengah Sumatera Barat, menjadi etalasenya wisata Sumbar. Dalam tiga tahun terakhir sudah tiga hotel dibangun di Pariaman, menandakan investor sudah mulai menyadari potensi Pariaman sebagai kota wisata masa depan.

Pemerintah Kota Pariaman, tutur Genius, akan menjadikan sepanjang pantai Pariaman sebagai destinasi wisata, kemudian pulau-pulau. Di samping itu, progres ke depan, pihaknya juga kembangkan wisata hingga ke daratan dengan menonjolkan potensi mereka masing-masing, seperti sungai dan kawasan agro.

"Untuk itu kita mengajak rekan media studi banding ke sini (Jogja) untuk melihat langsung. Kita mengajak rekan wartawan terlibat dalam membangun pariwisata Pariaman dengan pemberitaan, menggali potensi, serta saran dan kritikan membangun demi kemajuan Kota Pariaman," pungkasnya.


OLP
×
Berita Terbaru Update