Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menduniakan Tabuik

28 September 2016 | 28.9.16 WIB Last Updated 2016-09-28T14:09:09Z

Pesta Budaya Tabuik tidak kalah akbar dibanding Pesta Budaya Asmat, Papua, Festival Perang Pasola, di Sumba-NTT, Festival Tidore di Maluku Utara, Festival Danau Sentani, Papua, Dieng Culture Festival di Wonosobo dan Banjarnegara, Karapan Sapi di Madura, Festival Danau Toba, Sumatera Utara hingga Festival Budaya Lembah Baliem di Jaya Pura.

Pesta Budaya Tabuik memang belum sebesar Festival San Fermin di Pamplona, ​​Spanyol, semegah Festival Burning Man di Black Rock Desert, Nevada, Amerika Serikat, segemerlap Festival Cahaya di Amritsar, Punjab, India, seakbar Tahun Baru Cina di Hong Kong, sesakral Pesta Bulan Purnama di pantai Haad Rin, Koh Phangan, Thailand, seriuh Festival Lumpur Boryeong di pantai Daecheon, Korea Selatan, semengkilap Perayaan Tahun Baru di Sydney Harbour, Australia, seramai Parade di Rio de Janeiro, Brazil, dan tak selucu Festival Edinburgh Fringe, Edinburgh, Skotlandia, serta tak dikunjungi hingga 6 juta orang sebagaimana Oktoberfest di Munich, Jerman.


Namun begitu, Tabuik Piaman tetaplah salah satu ritus-ritus budaya paling menarik di dunia.

Pagelaran Pesta Budaya Hoyak Tabuik Piaman 2016 tinggal menghitung hari. Berbagai kesiapan telah dilakukan oleh pihak terkait baik pemerintah, pihak keamanan dan anak nagari dalam menyambut pesta akbar sekali setahun tersebut. Aroma Tabuik telah tercium dan jadi pembicaraan di mana-mana, hingga ke ranah sosial media. Tabuik Piaman akan selalu fenomenal di setiap penyelenggaraan.

Untuk penyelenggaraan Hoyak Tabuik 2016, pemerintah menggelontorkan dana Rp800 juta bersumber dari APBD. Itu jauh lebih besar bila dibandingkan biaya yang dikeluarkan Pemko Bengkulu menghelat ritual serupa bernama Tabot 2016 senilai Rp360 juta.
  
Tabuik Piaman adalah pemecah rekor kunjungan wisatawan skala nasional di Sumatera Barat. Tidak ada keramaian macam tu di tempat lain di Sumbar selain saat Tabuik Piaman dibuang ke laut. Tidak kurang dua ratus ribu massa tumpah ruah di Pasar Pariaman dan sepanjang Pantai Gandoriah, dari Tabuik naiak pangkek hingga Tabuik dibuang ke laut.

Ihwal keunikan Pesta Budaya Tabuik, sudah jutaan foto, ribuan tesis, hingga penelitian dilakukan oleh sejarawan dunia diantaranya dari Jepang, Autralia, Belanda, Amerika dan berbagai negara lainnya. Ritus-ritus Tabuik menurut mereka adalah situs budaya dunia yang wajib dilestarikan.

Persoalan dan keluhan mendasar/klasik saat puncak pesta Hoyak Tabuik adalah masalah parkir, transportasi, rekayasa lalu lintas yang justru mempersulit masyarakat menuju pasar/berdagang, pun kendala yang disebabkan oleh alam seperti kabut asap tebal kiriman seperti Tabuik tahun kemaren.

Parkir liaran saat Tabuik tumbuh bak jamur di musim hujan hingga kini belum ada solusi konkrit. Meski pemerintah setempat telah membangun kantong-kantong parkir baru, di saat konsentrat massa sedemikian, parkir liar punya peluang. Parkir itu tidak akan menjadi liar jika mereka memungut sesuai tarif yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat melalui Perda.

Ihwal transportasi, kabar baik datang dari Pemko Pariaman yang menggandeng PT KAI Divre Sumbar untuk menambah jadwal pemberangkatan akhir jurusan Pariaman
-Padang pada pukul 21.00 WIB. Penambahan jadwal tersebut menguntungkan bagi pengunjung. Mereka bisa menyaksikan prosesi Tabuik setuntas-tuntasnya tanpa takut ditinggal kereta. Semoga hal itu terwujud.

Selama ritual Tabuik, pihak keamanan menyiapkan tim keamanan khusus demi terjaganya Kamtibmas di tengah masyarakat. Ritual demi ritual mereka pantau agar tidak terjadi gesekan antar anak Tabuik Pasa dan anak Tabuik Subarang. Jika dulu ada perang batu dan perang gendang disertai baku hantam berdarah-darah (era 80-an kebawah) dijumpai ritual per ritual, era kini insiden tersebut tidak ditemui lagi. Adegan kekerasan Tabuik dihentikan sejak pemerintahan Bupati Anas Malik (1980-1990) yang menjadikan Tabuik sebagai pesta budaya/wisata.

Selama Pesta Hoyak Tabuik 2016 dari tanggal 2 s/d 16 Oktober mendatang, Kepolisian Resor Pariaman akan menyiagakan 200 orang personel selama pelaksanaan. Jumlah tersebut akan bertambah dengan bergabungnya Kodim 0308 dan Satpol PP Kota Pariaman.

Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update