Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Persatuan Kapal Wisata Bahari Pariaman Bantah Melanggar SOP

6 Agustus 2016 | 6.8.16 WIB Last Updated 2016-08-06T05:04:39Z



Ketua Persatuan Kapal Wisata Bahari Kota Pariaman, Yuswil (58) menyebut peristiwa karamnya kapal wisata "Kuda Laut" Rabu (3/8) di muaro Pariaman, murni musibah dan tidak ada pelanggaran SOP (standar operasional prosedur) yang ditetapkan oleh pemerintah oleh nahkoda kapal.

"Kita perlu luruskan, tidak benar ada larangan cuaca ekstrim dari dinas terkait saat itu. Apalagi memasang bendera merah tanda tidak boleh beroperasionalnya kapal," kata Yuswil, di Muaro Pariaman, Jumat (5/8).

"Rabu itu sudah empat kapal berangkat ke pulau dan kapal karam ini adalah kapal yang kelima hendak berangkat," sebutnya.

Yuswil menuturkan, sejak dua minggu terakhir, pihak dinas terkait tidak ada mendrop tiket ke muara kecuali pada hari Sabtu dan Minggu. Semua penumpang kapal juga dikenakan jaket pelampung pada setiap pemberangkatan kapal.

Saat peristiwa, kata dia, masyarakat setempatlah yang melakukan evakuasi terhadap seluruh penumpang hingga menanggulangi biaya perobatan di RSUD Pariaman.

"Kita kasih baju ganti, kita kasih makan hingga menanggulangi biaya berobat. Kemudian semua penumpang dibawa oleh mobil dinas SKPD ke Batipauah, Tanah Datar untuk dipulangkan," sebutnya.

Ai Montir (48) nahkoda sekaligus pemilik kapal "Kuda Laut" juga menegaskan tidak ada seorangpun petugas yang melarang kapalnya berangkat ke pulau sebagaimana pernyataan beberapa pihak di media. Setiap kapal yang berangkat tetap diminta biaya sandar Rp10 ribu perkapal oleh petugas dinas terkait.

"Tidak benar ada bendera merah," katanya.

Dia menceritakan, saat itu kapalnya berniat membawa 11 wisatawan ke Pulau Angsoduo. Sebelum berangkat dirinya memerintahkan seorang ABK menyuruh penumpang memasang rompi pelampung sebagaimana SOP yang telah ditetapkan.

Menurutnya, setelah penumpang menggunakan rompi, kapal yang dikemudikannya mulai berangkat. Dia mulai mengintai ombak di mulut muara. Musibah berawal saat mesin tiba-tiba mati karena pen baling-baling patah sehingga kapal otomatis terhenti.

"Saat itulah ombak datang dan menghempaskan kapal ke batu grip. Melihat kejadian itu masyarakat terjun ke muara untuk menyelamatkan seluruh penumpang," jelas dia.

Sementara itu, Yulisman (42), seorang saksi mata menyebut hari itu cuaca relatif aman namun ombak besar di pintu muara. Dia mengaku tidak ada melihat bendera merah tanda larangan kapal berangkat.

"Saya bersumpah tidak melihat bendera merah karena saat menolong (evakuasi penumpang) kami meletakkan baju dekat bendera tersebut," ujarnya.

Saat itu, imbuh dia, kapal berada di mulut muara di dekat yang dangkal dan dihempas ombak hingga ekor kapal terangkat lalu menabrak ke batu grip yang menyebabkan mesinnya tanggal dan hilang.

"Saya melihat semua penumpang pakai baju pelampung kecuali empat orang anak-anak," tuntasnya.

Sebagaimana dikabarkan, sebelumnya sebuah kapal angkutan wisata merk lambung Kuda Laut membawa belasan penumpang terbalik akibat dihempas ombak sekitar 200 meter dari titik pemberangkatan di muaro Pariaman pukul 13.15 Wib, Rabu (3/8).

Kapal tersebut bertolak dari muaro Pariaman menuju Pulau Angsoduo tiba-tiba mati mesin saat dihadang ombak besar dan menghantamnya dengan kuat yang menyebabkan badan kapal rusak parah.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Pariaman, Yota Balad, saat itu kepada wartawan menyatakan bahwa sebelumnya petugasnya telah melarang kapal tersebut berlayar karena cuaca tidak stabil dan cenderung buruk.

"Namun tetap saja mereka (nahkoda dan kru) mencuri kesempatan saat petugas sedang istirahat," ungkap Yota.

OLP

×
Berita Terbaru Update