Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Subahanallah, Lubuak Nyarai Bak Hamparan Syurga

14 Mei 2016 | 14.5.16 WIB Last Updated 2016-05-14T15:38:39Z



Forum wartawan peduli pariwisata piaman (FWP3) penuhi undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Padangpariaman untuk menjajal wisata pemacu adrenalin tracking minat khusus Lubuak Nyarai yang berlokasi di Hutan Lindung Gamaran, Kecamatan Lubuk Alung, Padangpariaman.




Lokasi Lubuak Nyarai menjadi dikenal publik secara luas sejak tahun 2013 hasil kerja keras masyarakat setempat dan kelompok pemuda sadar wisata pimpinan Ritno Kurniawan (30). Ketenaran Lubuak Nyarai sudah diakui dunia sebagai salah satu zona wisata tracking terbaik di Indonesia.


Rena Ali Mukhni mandi di Lubuak Ngungun (14/5)


Sejak tahun 2013 hingga kini, Lubuak Nyarai sudah dikunjungi lebih dari 60.000 wisatawan domestik dan 120 orang wisatawan mancanegara diantaranya dari Singapura, Irlandia, Malaysia, Australia dan Amerika Serikat. Publikasinya sudah nongkrong di laman website national geographic oleh para tim eksplorasi pimpinan Tom Concorn. Bahkan korporasi besar jadikan tracking di Lubuak Nyarai sebagai program wisata terjadwal oleh perusahaan mereka.

Lubuak Nyarai, Subhanallah begitu indah, memukau dan mempesona. Buktikan dan datang ke sana. Tidak satupun hasil bidikan lensa kamera tandingi panorama aslinya. Tuhan memperlihatkan seni tekstur maha tinggi yang tidak dijangkau oleh pemikiran manusia. Di sana terdapat beberapa air mancur dan kolam alami sebening kristal. Tebing-tebing terpahat indah. Udara alamnya yang sejuk merupakan oksigen menyehatkan untuk paru-paru. Lokasi Lubuak Nyarai dan area sekitarnya masih hutan perawan yang dipastikan masyarakat setempat akan terus dijaga selamanya.

Sebelum sampai di Lubuak Nyarai yang dihiasi kolam dan tebing, wisatawan yang berangkat dari posko pemandu akan mendapatkan briefing dari pemandu jalan. Tiap sepuluh orang ditemani dua pemandu. Jarak dari posko ke Nyarai sejauh 5,3 Km dan lebih kurang dua jam jalan kaki. Sejumlah tanjakan dan penurunan adalah tantangan tersendiri bagi pencinta olahraga tracking. Apalagi saat hujan. Dipastikan akan lebih lama sampai dan menguras energi karena area jalan berubah menjadi becek dan licin.

Ada sejumlah kearifan lokal masyarakat setempat yang wajib dipatuhi oleh para pengunjung. Diantaranya larangan mandi di area pusaran air di palung batu sempit Lubuak Nyarai, memanjat tebing, mencoret tebing, bersorak membuat kegaduhan. Disamping itu juga ada larangan bersifat mistis yakni pengunjung dilarang mematahkan kayu dengan lutut dan wajib pulang sebelum magrib.

"Dulu ada seorang pengunjung kemasukan arwah seperti pendekar saat kami memandu mereka pulang kebetulan pas azan magrib. Makhluk halus yang menghuni tubuh pengunjung itu mengancam akan menghilangkan pengunjung jika tidak dari sekarang hingga ke depannya masih tetap berjalan di saat magrib. Sejak peringatan dari alam gaib itu kami buat aturan pengunjung harus pulang sebelum pukul lima sore kecuali bagi para wisatawan camping. Kami minta maaf dan makhluk gaib itu pun pergi," tutur Firdaus (32), salah seorang pemandu.

Dia menambahkan, pihaknya juga melarang memadamkan api unggun bagi para pengunjung yang camping di Nyarai dengan mematikan api menggunakan kaki.

"Jika membuat api unggun padamkanlah dengan menyiramnya dengan air," tuturnya.

Lubuak Nyarai bukan satu-satunya destinasi selama tracking sejauh 5,3 km. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhkan area Lubuak Ngungun dengan kolam alami yang dalam, beranjak dari sana wisatawan disambut Lubuak Batu Tuduang. Dinamakan Batu Tuduang karena di sini terdapat sebuah batu sebesar rumah tipe 36 dengan cekungan di bagian bawah. Para wisatawan sering pula mandi-mandi di bawah batu.

Selepas dari Batu Tuduang, ada Lubuak Sikayan Limau, Sikayan Tabiang, Lubuak Ukam, Lubuak Kasai, dan tibalah saatnya di Lubuak Nyarai. Letih selama perjalanan dua jam dipastikan hilang sesampai di hamparan panorama bak surga di depan mata milik Lubuak Nyarai.

FWP3 sendiri memberangkatkan tiga orang koordinator dan tiga peniliti, yakni Oyong Liza Piliang, koordinator advokasi, Rafkiman, koordinator budaya sekaligus reporter SCTV, Tomi Syamsuar, koordinator maritim yang juga wartawan harian Singgalang, Muhamad Zulfikar dari Antarasumbar, Rudi Yudistira dan Abdul Syaril reporter Padang TV dan TVRI yang merupakan tiga orang peneliti FWP3.

Rombongan FWP3 bertolak dari kantor PWI Pariaman Jl. SB. Alamsyah, Pariaman Tengah, Kota Pariaman di Sabtu pagi mendung (14/5) sekitar pukul 09.12 WIB dengan menggunakan satu unit minibus. Setiba di Lubuk Alung, rombongan masuk simpang Balah Hilir di Pasar Lubuk Alung Jl. Padang-Bukittinggi.

Infrastruktur menuju lokasi pos Nyarai dari simpang Balah Hilir perlu dikritik. Jalan-jalan dipenuhi lobang. Mendekati lokasi pos Nyarai mobil terpaksa dihentikan karena aspal jalan sudah habis dimakan abrasi akibat banjir besar dua bulan lalu. Rombongan kemudian dijemput mobil dari dinas pariwisata menuju pos Nyarai yang berjarak 1 km lagi.

Dari simpang Balah Hilir menuju pos Nyarai berjarak sekitar 8 km melewati Jembatan Anai yang baru dibuat sepanjang 160 meter. Pemandangan di jembatan itu perlihatkan panorama gunung merapi dan singgalang dari kejauhan. Kawasan Jembatan Anai tanpa sengaja hadirkan panorama bak lukisan alam yang cukup menyita perhatian rombongan. Ingin berhenti agak sejenak saja rasanya di sana.

Sesampai di posko Nyarai yang menyediakan/menjual sepatu tracking karet, mantel hujan, celana mandi dan batu akik dari Nyarai sendiri, terdapat sebuah wc yang dibangun oleh swadaya masyarakat. Di sana terdapat 165 orang pemandu yang dibagi dalam 7 tim dengan tugas hari genap hari ganjil. Dari 165 pemandu dikurangi 40 orang pengurus diantaranya pengurus pos, administrasi, tim rescue, keamanan dan ahli spiritual dan pawang binatang. Untuk satu pengunjung dipungut biaya Rp20 ribu untuk tracking dan Rp40 ribu untuk camping semalam. Selama camping mereka ditemani pemandu. Berbuat maksiat merupakan larangan paling keras di Lubuk Nyarai.

"Kami mendapat pelatihan menjinakan dan penanganan hewan liar serta P3K dari Pemerintah Kabupaten Padangpariaman. Jika ada wisatawan yang kram kaki, kejang, tim rescue akan datang ke lokasi, lalu menandunya ke pos dan diobati. Kami di sini berkomunikasi menggunakan handy talky karena sinyal seluler sangat lemah dan hilang di beberapa lokasi Nyarai," tutur Firdaus kembali.

Kelompok sadar wisata Lubuak Nyarai adalah peraih terbaik dua tahun 2014 kelompok sadar wisata nasional menyisihkan Bali dan Lombok. Sepanjang area tracking menuju Lubuak Nyarai terdapat 4 kedai yang menjual air botol mineral, mie instan, kopi, teh dan goreng-gorengan, sedangkan di lokasi Lubuak Nyarai terdapat lima kedai. Semuanya dibangun semi permanen berupa pondok kayu. Harga dipatok sesuai standar atas himbuan tokoh masyarakat setempat.

Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, Dandim 0308/Pariaman, rombongan Asita Sumbar, rombongan jajaran manajemen Garuda Indonesia, satu rombongan dengan FWP3 semuanya berjumlah sekitar 45 orang, barengan tracking mulai pukul 12.05 WIB. Istri Bupati, Rena Ali Mukhni tak kalah semangat menjajal tracking Lubuk Nyarai di tengah hujan meski akhirnya mengambil keputusan cukup sampai di Lubuak Batu Tuduang.

Sedangkan Ali Mukhni dan rombongan lainnya sampai di Lubuak Nyarai dengan basah kuyup. Rena Ali Mukhni ditemani Kadis Budpar dan para staf akhirnya mandi-mandi di kolam alami Batu Tuduang yang terkenal karena merupakan lokasi mandi favorit artis Nugie yang sudah beberapa kali kunjungi Nyarai.

Dengan kedatangan orang nomor satu Padangpariaman yang langsung tiba di lokasi Lubuak Nyarai diharapkan akan lahir gagasan pembangunan menuju akses ke lokasi. Kepada wartawan Ali Mukhni mengaku sudah mempersiapkan masterplan Lubuak Nyarai.

Untuk membangun destinasi wisata yang sudah punya nama, hemat kami dari FWP3, tidak boleh tanggung-tanggung, apalagi Lubuak Nyarai sudah punya reputasi hingga ke mancanegara. DPRD harus ringan palunya dalam mengetok anggaran buat pariwisata. Bayangkan saja, anggaran untuk dinas pariwisata Padangpariaman hanya seperlima anggaran di dinas yang sama Kota Pariaman yang hanya berpenduduk 95 ribu jiwa dan luas hampir setara dengan luas Kecamatan Lubuk Alung.

Membangun pariwisata ibarat orang berdagang. Modal besar harus dikucurkan untuk raup keuntungan bagi Padangpariaman bernama PAD. Namun PAD tanpa diringi PDRB sama juga bohong. Biarkan wisata berkembang dahulu, biarkan masyarakat sekitar terangkat taraf ekonominya dahulu. Apa gunanya PAD besar kalau duit lima ribu terlihat luas bagi masyarakat. PAD akan datang dengan sendirinya seiring waktu dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Jika ingin PAD kenapa tidak ditaruh saja APBD tahunan di bank dan ambil bunganya, jika segala sesuatunya selalu diukur dengan PAD.

Yang perlu dibangun adalah infrastruktur menuju pos utama Nyarai dari Lubuk Alung dengan pengaspalan jalan. Kemudian mendirikan paling tidak tiga bangunan pesangrahan dari pos menuju Lubuak Nyarai tanpa merusak tatanan alam dan mempertahankan ekosistem.

Mushola, WC, kamar bilas, kios souvenir dan kerajinan tangan disatukan di tiap pesangrahan.

FWP3 sendiri sangat apresiasi kedatangan Ali Mukhni dan Asita Sumbar. FWP3 meyakini akan lahir terobosan besar untuk membangun kawasan wisata minat khusus Lubuak Nyarai yang sudah mendunia.

OLP
×
Berita Terbaru Update