Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Berita Utama: Dinas Pertanian Padangpariaman Gelar Buru Tupai, 1.636 Tupai Dibasmi

5 Mei 2016 | 5.5.16 WIB Last Updated 2016-05-05T01:45:40Z
ilustrasi

 

Tembak tupai atau berburu hewan pengerat tupai merupakan kegiatan rutin tahunan di Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan Kabupaten Padangpariaman. Perdana pada tahun 2016 dilaksanakan di Nagari Sungai Sirah Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging pertengahan April.

Kegiatan itu diselenggarakan atas peran para pihak diantaranya para penembak jitu, kelompok tani Baringin Saiyo, dan masyarakat sekitar.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bidang Perkebunan dalam rangka peningkatan produksi dan produktifitas perkebunan salah satunya adalah dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman perkebunan. Bentuk praxis terjemahan tupoksi tersebut salah satunya adalah kegiatan tersebut.

Pelaksanaan buru tupai bulan April telah berhasil basmi hewan yang menjadi pengganggu tanaman perkebunan  kakao dan kelapa serta tanaman pertanian lainnya. Tupai dilumpuhkan sebanyak 1.436 ekor.

Masyarakat nagari menyatakan ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah menyelenggarakan buru tupai di nagari mereka, sehingga komoditas kakao, kelapa yang mereka usahakan terlindungi.

Sementara itu Kabid Perkebunan, Taufik Hidayat, menyatakan buru tupai merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap nasib petani yang kehilangan hasil perkebunan akibat gangguan hama tupai.

Dia menegaskan, jika kegiatan berhasil dilaksanakan maka akan meningkatkan pendapatan petani dalam bentuk memperkecil kehilagan hasil produksi kakao, kelapa akibat dimakan tupai.

"Sebagai insentif bagi peserta, setiap tupai yang berhasil dilumpuhkan diganti dengan uang sebesar Rp5.000 perekor yang dananya bersumber dari APBD Kab. Padangpariaman2016," ungkap dia.

Di tempat terpisah Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Padangpariaman, Yurisman, menjelaskan bahwa kegiatan buru tupai setiap tahunnya selalu dianggarkan mengingat urgensi pengendalian hama tupai yang tinggi berdampak langsung pada kehilangan hasil produksi terutama kakao dan kelapa.

"Dalam APBD awal kami telah menggarkan sebesar Rp70.000.000, untuk 9.000 ekor tupai. Jumlah ini dirasa masih kurang dibandingkan dengan wilayah sentra produksi perkebunan kakao dan kelapa." 


"Dengan dukungan DPRD kami berharap pada anggaran perubahan dan tahun-tahun berikutnya supaya dapat ditingkatkan penganggarannya mengingat kegiatan ini berdampak langsung dengan kesejahteraan petani," ujar Yurisman.

Dilaporkan oleh Riska, Anggota TKIP Distanakhut
Editor: OLP
×
Berita Terbaru Update