Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bedah Sejarah: Tabuik-Tabuik, Syiah-Syiah

13 Februari 2014 | 13.2.14 WIB Last Updated 2014-02-13T17:26:55Z




Pesta Budaya Tabuik Piaman seharusnya jangan dikait-kaitkan dengan faham ajaran Syiah (hal ini dengan banyaknya komentar pro-kontra terkait rencana kerjasama bidang budaya pesta budaya tabuik Piaman 2014 dengan pemerintah Republik Islam Iran) . Tabuik Piaman adalah pesta Budaya seni yang ber-afiliasi dengan dunia ke-pariwisataan. Sedangkan rangkaian acara prosesi pembuatan tabuik, adalah mengenang ritual sejarah, bukan pula terkait-mengait dengan ajaran atau paham Syiah yang oleh sebagian orang beranggapan demikian.

Jika kita merunut kebelakang, Terlepas dari perdebatan tersebut, rentetan pengaruh Syiah dalam tradisi-tradisi keagamaan di Indonesia tak bisa dibantahkan. Tradisi kebudayaan dan keagamaan yang dijalankan di kalangan muslim Indonesia banyak di antaranya merupakan pengaruh ajaran Syiah.

Ritus-ritus (
bersifat seremonial dan tertata) Tabut di Bengkulu, dan Gerebek Sura di Yogyakarta serta Ponorogo adalah ritus teologi Syiah.

Jika disebut Tabuik Piaman ada hubungannya dengan sejarah Syiah, ada benarnya, namun sejarah syiah tersebut juga merupakan sejarah Islam sebagaimana termaktup dalam beberapa hadist.

Namun demikian, menurut Ustad Buya Bagindo Leter, Tabuik Piaman adalah murni kebudayaan yang sama sekali tidak mengait dengan ajaran atau aliran paham syiah. Beliau menambahkan, bahwa hingga sekarang ini, tidak satupun masyarakat Pariaman yang menganut paham syiah tersebut.

Saya sepaham dengan pendapat Buya Bagindo Leter, apa yang dia katakan adalah sifatnya meluruskan agar kita jangan sampai terlalu jauh berdebat hal-hal yang tidak perlu yang dapat memecah belah persatuan kita sesama masyarakat Pariaman itu sendiri, sebab, masalah Agama adalah masalah sangat sensitif dan sangat mudah bergesek dan memicu kepada hal-hal lainnya yang tentunya sangat tidak kita inginkan bersama.

***

Lalu darimana asal muasal tradisi Tabuik ke Pariaman yang dikonotasikan dengan ajaran Syiah tersebut. Hal itu perlu pula kita kaji bersama. Pariaman dulu merupakan kota dagang, kota pelabuhan di pesisir barat Sumatera. Kota Pariaman lebih dulu ada ketimbang kota Padang.

Tradisi mengenang kematian cucu Nabi (Tabuik) ini menyebar ke berbagai negara dengan cara yang berbeda. Di Indonesia, selain Pariaman, di Bengkulu juga dikenal pesta tabuik atau tabot. Mengenai asal usul tabuik Pariaman, ada beberapa versi.

Versi pertama mengatakan bahwa tabuik dibawa oleh orang-orang Arab aliran Syiah yang datang ke Pulau Sumatera untuk berdagang. Sedangkan, versi lain (diambil dari catatan Snouck Hurgronje), tradisi tabuik masuk ke Indonesia melalui dua gelombang.

Gelombang pertama sekitar abad 14 M, tatkala Hikayat Muhammad diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu (saya pikir ini ada kaitannya dengan beberapa makam yang ada di pulau Angso Duo Pariaman yang juga menera abad 14 M). Melalui buku itulah ritual tabuik dipelajari Anak Nagari.

Sedangkan, gelombang kedua tabuik dibawa oleh bangsa Cipei/Sepoy (penganut Islam Syiah) yang dipimpin oleh Imam Kadar Ali. Bangsa Cipei/Sepoy ini berasal dari India yang oleh Inggris dijadikan serdadu ketika menguasai (mengambil alih) Bengkulu dari tangan Belanda (Traktat London, 1824).

Orang-orang Cipei/Sepoy ini setiap tahun selalu mengadakan ritual untuk memperingati meninggalnya Husein. Lama-kelamaan ritual ini diikuti pula oleh masyarakat yang ada di Bengkulu dan meluas hingga ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidi, Banda Aceh, Melauboh dan Singkil.

Dalam perkembangan berikutnya, ritual itu satu-persatu hilang dari daerah-daerah tersebut dan akhirnya hanya tinggal di dua tempat yaitu Bengkulu dengan sebutan Tabot dan Pariaman dengan sebutan Tabuik. Di Pariaman, awalnya tabuik diselenggarakan oleh Anak Nagari dalam bentuk Tabuik Adat.

Dari versi diatas saya lebih condong pada versi KEDUA. Alasannya adalah penduduk asli pesisir Pariaman dahulunya memang kaum muslim India, dimana hingga kini berturun-temurun, Kampung Keling adalah salah satu fakta empiris bahwa mereka memang sejak lama sudah menghuni Pariaman ini. Disana dengan mudah dapat kita jumpai rumah-rumah yang sudah berusia sangat tuanya. Keturunan muslim India Pariaman berkembang hingga ke Kota Padang, Batusangkar dan Bukittinggi.

Dahulunya di Pariaman juga dikenal dengan ritual mistik Debus yang juga dilakoni oleh masyarakat Kampung Keling keturunan India.

Kesenian Debus yang sering dipertontonkan di antaranya:

    -Menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya tanpa terluka.
    -Mengiris bagian anggota tubuh dengan pisau atau golok.
    Memakan api.
    -Menusukkan jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa mengeluarkan darah.
    -Menyiram tubuh dengan air keras hingga pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulit tetap utuh.
    -Menggoreng telur di atas kepala.
    -Membakar tubuh dengan api.
    -Menaiki atau menduduki susunan golok tajam.
    -Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.

Namun tidak semua item diatas yang dipertontonkan di Pariaman saat tradisi tersebut masih ada.

Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat ekstrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat untuk menarik minat wisatawan di beberapa daerah, diantaranya Banten.

Kaum muslim India, menurut pendapat saya hanya membawa tradisi budaya semacam debus maupun tabuik ke Pariaman ini. Lain tidak. Bukan dari persia langsung yang selalu membawa ajaran Syiah menyertainya. Argumen saya diatas bisa dibuktikan melalui kajian akademis dan fakta ril tatanan beragama masyarakat Muslim Pariaman hingga sekarang ini.

Jadi, buat apa kita perdebatkan Tabuik dengan Syiah? Tabuik setahu saya dari dulu hingga sekarang, baik langsung maupun dengan menggali sejarahnya, belakangan ini bertujuan positif untuk memajukan dunia pariwisata Pariaman. Berapa perputaran uang dari tanggal 1 hingga 10 (Tabuik Piaman dihoyak pada 14) Muharam itu? Tabuik punya andil besar memperkenalkan Kota Pariaman ke Dunia Internasional. Bukankah Pariwisata itu sama artinya dengan Internasionalisasi?

Catatan Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update