Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Politik Layang-layang

25 Juni 2013 | 25.6.13 WIB Last Updated 2013-06-25T06:10:16Z




 Sumber Foto : Antarafoto.com


Sekarang masyarakat di sepanjang Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman sedang menghadapi musim layang-layang. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja dan sampai pada yang tua lagi sedang demam layang-layang. Berbagai bentuk dan variasi layang-layang yang ditampilkan, mulai dari layang papau, layang maco, layang sugirai, layang sikapak dan layang-layang jantan badanguang.

Permainan layang-layang tersebut dilakukan di berbagai tempat, mulai di sawah, di lapangan terbuka, pokoknya lokasi yang memungkinkan mereka untuk manjoak an (maanjungan), untuk memulai menaikkan layang-layang.

Permainan layang-layang disebut juga dengan permainan tradisional anak nagari. Tentu ada sejarah atau yang melatarbelakangi munculnya permainan ini di awal kemunculannya, bahkan sampai dijadikan sebagai salah satu permainan anak nagari. Biasanya setiap permainan anak nagari dibuat dan dikontruksikan oleh pendahulu kita, ada tujuan dan nilai filosofinya. 

Apapun itu yang pasti dalam pembuatan layang-layang itu ada nilai estetikanya, seni pembuatan dan nilai kreatifitasnya sehingga menghasilkan bentuk yang indah dengan warna dan gambar yang unik. Ada berbentuk pesawat, palang merah, palang hitam, silempang, burung dan lain sebagainya. 

Permainan layang-layang bisa bermakna politis, karena kata orang lapau, salah satu yang menyebabkan manusia lupa dan lalai dengan waktu adalah ketika layang-layang sedang tegak tali, di samping ketika ota (pembicaraan) sedang didengarkan orang dan pancingan dicatuih (digigit) ikan. Begitu juga dengan politik, yang memberikan harapan dan mimpi yang akan bisa merubah status seseorang, dari yang biasa saja bisa beribah menjadi luar biasa, apalagi sekarang kita berada pada tahun politik. Kita bisa saja menafsirkannya, sesuai dengan sudut padang kita. Politik layang-layang ada positifnya dan ada juga negatifnya. 

Politisi pada tahun politik ini sama halnya dengan layang-layang pada musim layang-layang. Partai politik sebagai produsen politisi mengusung calon yang akan bisa memenangi hati rakyat, dengan berbagai cara dan pendekatan yang dilakukan. Mulai dengan pemajangan baliho di berbagai tempat strategis, seperti baliho permanen, spanduk dipajang di batang pohon, tonggak listrik dan lain sebagainya sebagai media promosi dengan penampilan yang juga beragam. Seperti memakai peci atau kupiah, pakai baju jas, baju koko dengan selamirinya, dan ada juga dengan memakai atribut atau jaket partainya. Ekspresi yang ditampilkan juga beragam sesuai dengan keinginan si calon didefinisikan seperti apa. Ada dengan ekspresi tertawa, dengan harapan agar dipersepsikan sebagai orang yang fresh, bahkan ada juga dengan tampilan tersenyum.  Semua itu dilakukan agar menjadi faktor penarik minat masyarakat untuk memilihnya. Dalam teori political marketing disebut dengan istilah positioning.

Menarik memang untuk didiskusikan kaitan lomba layang-layang dengan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah sebuah sarana demokrasi untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin. Sedangkan lomba layang-layang adalah ajang pertandingan memilih layang-layang yang terbaik, mulai dari aspek ketinggian, keindahan gerakannya, keindahan bentuk rupa dan gambar serta warnanya. Artinya layang-layang yang terbaik dan ditetapkan sebagai pemenang tidak sekedar tinggi saja, tetapi juga keindahan gerakan/ goyangannya bersama dengan keindahan bentuk rupa dan warnanya. Ada beberapa indikator yang menjadi penilaian bagi tim penilai atau pemilih layang-layang terbaik, antara satu indikator dengan indikator lainnya mempunyai kaitan. Semua indikator itu harus terpenuhi dan dimiliki oleh layang-layang tersebut secara utuh dan komprehensif.  

Lomba layang-layang kalau dikait-kaitkan dengan politik, ternyata bisa juga dan ada relevansinya. Bahwa pemilihan umum juga merupakan ajang kompetisi, setiap calon di alam demokrasi diberi kesempatan untuk mensosialisasikan diri dan menonjolkan yang terbaik dari masing-masing calon dalam bentuk promotion. Seperti pada masa kampanye masing-masing calon memajang diri dengan fashion dan penampilan yang dianggap menarik oleh masyarakat seperti halnya layang-layang yang dibuat seindah dan semenarik mungkin, baik dalam bentuk warna, tagline, tema dan gambar. 

Suatu hal yang harus menjadi perhatian bagi politisi kaitannya dengan lomba layang-layang adalah, bahwa layang-layang itu akan bisa naik kalau sudah terpenuhi beberapa unsur berikut ini. Pertama, harus ada orang yang menarik benang layang-layang. Kedua ada orang yang membantu menganjungkan (menjuak an) layang-layang. Ketiga, untuk bisa layang-layang naik tinggi harus ada benang yang panjang dan kuat. Keempat, stock benang harus tersedia dalam bentuk puntaran. Kelima, angin harus stabil dan cuaca kondunsif. 

Poin pertama dalam konteks politik dari unsur di atas adalah peran partai politik. Partai politik mempunyai peranan yang sangat strategis untuk mengajukan calon wakil rakyat yang berkualitas, mempunyai kapasitas dan integritas. Tentu tidak sekedar menaikan dan mencalonkan saja.  Partai politik sudah harus punya sistem rekrutmen kader yang terukur untuk menjaring dan menyeleksi kader yang akan diajukan dalam kompetisi demokrasi melalui pemilihan umum. Seyogyanya partai politik tidak sekedar usung calon, memilih secara karbitan tanpa melewati proses pengkaderan apalagi kalau hanya mengedepan uang yang dimiliki si calon.

Biasanya pemilik layang-layang sebelum membawa dan mengikutsertakan layang-layangnya dalam pertandingan, sudah memastikan bahwa layang-layang yang akan berlaga itu sudah teruji, ada succes story dan sudah dipersiapkan sebelumnya. Contohnya sudah beberapa kali dinaikan melalui uji coba, menilai apakah enggaknya (goyangannya) sudah seimbang?, apakah tali terajunya sudah terpasang dengan baik?, apakah tidak ada yang gedek (berat sebelah)?,apakah layang-layang itu bisa mengangkat benangnya dalam bentuk tegak tali?. Semuanya menjadi perhatian sebagai ajang seleksi terhadap track record atau rekam jejak prestasi yang bersangkutan, apakah layang-layang tersebut layak untuk diikutkan lomba. Termasuk juga ukuran kelasnya? Apa layak untuk tingkat tali 2, tali 3 atau tali 4.

Partai politik juga harus mempunyai tahapan seleksi dan menilai dulu apakah bakal calon tersebut berkualitas secara intelektual, matang secara emosional, kuat secara spritual, teguh secara moral, peduli dan empati secara sosial dan boleh juga dimasukan mapan secara finansial. Mapan secara finansial tidaklah menjadi wajib, namun bisa diposisikan sebagai sunnat. Kemudian menilai untuk dicalonkan pada tingkat mana? Apa untuk DPR, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. 

Poin kedua, bahwa layang-layang tidak bisa naik dengan sendirinya tanpa dukungan dan bantuan dari orang yang menjoak an (menganjungkan). Dalam hal politik bisa juga dikatakan bahwa seorang calon tidak akan bisa melakukan proses dan tahapan politik secara sendirian. Si calon akan dan pasti membutuhkan orang lain dalam bentuk tim sukses, relawan, perpanjangan tangan atau bisa juga disebut dengan istilah kaki tangan. Merekalah sebagai ujung tombak yang akan mengkomunikasikan diri si calon beserta dengan visi, misi, ide, gagasan dan program. Mereka seharusnya wajib diberikan pembekalan dalam bentuk training. Sebab bagaimanapun juga tim sukses sebagai perpanjangan tangan dari si calon dan bisa juga menjadi cerminan sosok kepribadian calon itu sendiri. Meskipun tidak ada kaitan kepribadian antara si calon dengan tim sukses. 

Tim sukses hahikatnya adalah sebagai janang. Dalam istilah minang mengungkapkan bahwa, "saketek-ketek biduak ba nahkodo, saketek-ketek alek ba janang". Janang bertugas menyusun tempat duduk, menempatkan sesuatu pada tempatnya, kok patuik ke atas, terkebawahkan, hal itu harus dimintakan maaf dan kerelaan, atau kok patuik ta kabaruh terkeataskan, hal itu adalah dimaksud dan disengaja, kok terhampirkan ipar dengan bisan, patut di kanan ditempatkan di kiri atau sebaliknya yang di kiri diletakan di kanan. Maka janang dalam artian tim sukses yang akan menyajikan, mengkomunikasikan dan menatiangkan si calon kepada khalayak ramai. Kalau janang salah dan tidak baik, maka rusaklah alek, kalau nahkodo tidak becus, maka tenggelamlah biduak. Prilaku, tatakrama dan pola komunikasi tim sukses haruslah dibangun secara baik. Sebab kecenderungan terjadi di lapangan "lebih angek tadah daripada cawan". Artinya tim sukses berpotensi lebih tinggi  tendensi emosi dan amarahnya dibandingan dengan si calon. 

Seperti halnya layang-layang, kalau yang menjoak an atau yang menganjungkan layang-layang tersebut secara terbalik, seperti kepalanya ke bawah dan ekornya ke atas, tentu layang-layang akan menukik ke bumi atau jatuh ke bawah, bahkan berakibat fatal, layang-layang jadi robek, tulangnya patah dan tidak akan bisa dinaikan lagi. Artinya setiap calon juga perlu menyeleksi dan memperhatikan tim suksesnya. Sebab tim sukses juga berfungsi sebagai corong dan agen kampanye si calon. Jika salah tim sukses mengkomunikasikan dan mengkampanyekan gagasan atau ide si calon dikomunikasikan secara terbalik, tentu akan merugikan si calon bahkan berakibat fatal dan bisa-bisa didiskualifikasi. 

Ekstrimnya lagi adalah ada oknum tim sukses yang lebih mengutamakan kesuksesan dirinya. Mengeksploitasi si calon dengan usulan-usulan kegiatan serimonial dan meraup keuntungan dari kegiatan tersebut. Lebih parah lagi ada tim sukses yang menyusup dan mencuri informasi dan strategi yang sedang dan akan dilakukan, kemudian menperjualbelikannya atau melacurkannya kepada calon yang berkantong lebih tebal lagi. "Habis manis sempah dibuang" begitu kira-kira prilakunya. 

Di samping itu dalam masa perlombaan layang-layang yang bersamaan dengan tahun politik suasana kebatinannya hampir mirip. Apalagi pada masa kampanye, berbagai intriks, strategi dan propoganda yang dilakukan. Kondisi ini pada lomba layang-layang berpotensi bersaur benangnya, karena layang-layang sudah tinggi dan benang sudah semakin panjang diloro atau dilepaskan. Orang yang benangnya kuat, panjang dan tajam berpotensi mengalahkan benang yang lemah, singkat dan tidak tajam. Kecenderungan persauran benang itu terjadi ketika sudah semakin dekat waktu penilaian. Persauran itu kadang memang dilakukan secara sengaja oleh kompetitornya dengan tujuan bisa lebih dominan dan leluasa mendapatkan kemenangan. Akibat dari persauran benang itu bersifat spekulatif, bisa menguntungkan bagi yang sengaja menyaurkan atau sebaliknya sampai kepada kegagalan fatal berupa putusnya benang dan layang-layangnya hilang dan sulit untuk menemukannya.

Dalam politik masa ini merupakan masa kampanye, suasana semakin panas, menegangkan dan penuh intrik. Masa ini berpotensi konflik, perkelahian, pertikaian melalui black campaign yang dilakukan oknum untuk menjatuhkan lawan politiknya.

Untuk menghindari dan meminimalisir potensi persauran ini, seyogya harus ada komitmen bersama antar peserta secara gentlemen dalam bentuk regulasi yang biasa dibungkus dengan istilah "pemilu badunsanak" penuh kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan atau deklarasi "siap menang dan siap kalah", yang menang tidak menjadi sombong dan congkak, dan yang kalah tidak boleh berkecil hati dan emosi, kemudian mencari-cari kesalahan. Politisi dalam merebut simpati rakyat harus fair play kemudian  berjiwa besar, berhati lapang dan menerima hasil pilihan rakyat, sebab yang menang sebenarnya adalah rakyat. Orang minang tidak menyukai "rumah sudah tokok babunyi",sudah ada keputusan, masih menggugat. Dengan mengerahkan massa untuk melakukan aksi demonstrasi yang berpotensi anarkhis dan menelan kerugian sosial yang besar. Padahal media salurannya sudah disediakan negara melalui bawaslu, PTUN dan sampai ke MK.

Poin keempat tentang stock benang di puntaran kaitannya dengan politik adalah dana kampanye. Soal penggunaan dana kampanye memang perlu diatur, sebab kalau tidak diatur, maka dalam persaingan bebas di era demokrasi dan reformasi ini yang berpeluang memenangkan pertandingan dan pemilihan adalah kapitalis, orang berduit dan berdompet tebal. Orang yang mempunyai stock benang yang banyak di puntarannya yang unggul, apalagi masyarakat kita sebagian masih miskin dan kemiskinan itu menjadi trend topik kampanye kaum berduit. 

Kerawanan kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi lahan yang subur bagi politisi karbitan berduit untuk meraup simpatik dengan uang atau disebut money politic. Istilah serangan fajar sudah selalu sering kita dengar dan sudah masuk dalam kamus politik, kondisi ini juga punya korelasi dengan prilaku pragmatis masyarakat. Banyak sekali pertanyaan tentang korelasi pragmatis masyarakat dengan prilaku hedonis dan elitisnya pemimpin dan wakil rakyat. Apakah sikap pragmatis masyarakat itu sebab atau akibat? Begitu juga dengan prilaku pemimpin atau wakil rakyat yang semakin hedonis dan elitis itu juga sebab atau akibat?. Tergantung sudut pandang orang yang menilainya. 

Mata kadang menjadi silau dan tidak objektif jika dikaitkan dengan uang. Hitam bisa berubah jadi kuning dan kuning bisa berubah jadi hitam, seperti gurauan orang piaman "kalau mamaknya berduit banyak dan berdompet tebal, walaupun berkulit hitam, maka sang mamak cenderung dipanggil dengan sebutan “mak uniang”. Begitu sebaliknya jika mamak tidak berduit atau berdompet tipis, meskipun berkulit kuning, dipanggil saja dengan sebutan “mak itam”. Intonasi memanggilnya juga berbeda, kalau kepada mamak yang berduit "lunak gigi daripada lidah", kalau kepada mamak yang tidak berduit atau berdompet tipis "tetap lunak lidah daripada gigi". 

Masyarakat harus ditumbuhkan kesadaran kritisnya melalui sikap ketauladanan si calon. Walaupun beberapa NGO pencinta demokrasi selalu mengkampanyekan "ambil duit mereka, tapi jangan pilih mereka", namun tidak banyak pengaruh juga dalam memberikan effek jera kepada politisi nakal.

Bahkan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulamanya pada bulan september tahun 2012 mengeluarkan fatwa haram sedeqah, infak dan zakat politik, karena ada muatan risywah (suap alias sogok). Risywah adalah haram, orang yang memberi dan menerima suap atau sogok hukumnya sama yaitu haram. Fatwa haram terhadap infaq, sedeqah dan zakat bermuatan politis, agar orang yang menerimanya punya keterkaitan pilihan politik merupakan wujud keprihatinan para ulama terhadap permasalahan suap, sogok, korupsi yang sudah bergulindan di tengah-tengah masyarakat. 

Pengaturan dana kampanye adalah hal yang baik, kalau seandainya kampanye tidak dibiayai negara untuk meminimalisir praktek money politic. Pituah orang minang mengisyarakatkan "dek ameh kameh, dek pitih manjadi". Dengan uang orang bisa mendapatkan segala-galanya, "pintak buliah, karandak balaku, mukasuik sampai, di ama pacah". Harapan kita dalam hal pemilu, suara itu "mahalnya tidak bisa dibeli, murahnya tidak bisa diminta" tetapi masyarakat menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani dan keinginannya sesuai dengan prinsip pemilu"langsung, umum, bebas dan rahasia".

Poin kelima dalam lomba layang-layang bahwa angin harus stabil dan cuaca kondunsif. Kaitannya dengan pemilu adalah pelaksanaan kampanye harus berjalan secara damai, aman, tertib, kondunsif dan stabil serta penuh kekeluargaan. KPU kabupaten/kota di sumatera barat sudah mencanangkan "Pemilu Badunsanak" bahkan salah satu dari isi lagu KPU Sumbar adalah "Hidupkan atau Patarang lampu awak, jangan dipadamkan alias dipudurkan lampu orang".

Artinya dalam pelaksanaan kampanye ada etika dan kode etik penyelenggaraan kampanye, tidak dibenarkan black campaign, hasutan, atau memberikan imingan dan janji palsu yang mengelabui rakyat, kemudian meninabobokan masyarakat dengan pipisan kosong. Banyak materi kampanye yang disampaikan kurang mendidik, tidak memberdayakan masyarakat serta tidak menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat. 

Harapan kita adalah menjadikan pemilihan umum sebagai media atau sarana untuk seleksi pemimpin dan wakil rakyat yang berkualitas secara intelektual, emosional, moral, sosial dan spritual. Para politisi juga perlu belajar dan mengambil pelajaran dari politik layang-layang pada aspek positifnya dan meninggalkan aspek negatifnya. Masyarakat kita dorong semakin cerdas dalam menentukan pilihan. Satu Suara Menentukan Masa Depan L:ima Tahun. Semoga.



Oleh : Rahmat Tk Sulaiman, S.Sos, S.Ag, MM
Ketua Presidium MD KAHMI Kab. Padang Pariaman/ Kota Pariaman

×
Berita Terbaru Update