Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Semalam Di Hotel Pusako : Gadis Itu Bernama Misti

22 Oktober 2012 | 22.10.12 WIB Last Updated 2016-08-15T12:44:45Z

Senin malam pukul 21.30 Wib kami menginap di hotel Pusako Bukittinggi, selepas memberi materi pelatihan Citizen Journalism di Balairoom Pendopo Rumah Dinas Gubernur di Kota Padang. Pemateri utama sebenarnya adalah Iwan Piliang. Saya hanya sebagai sekrup kecil dalam acara tersebut yang relatif sukses dihelat oleh Panitia Sapma Pemuda Pancasila Sumbar dan KNPI Sumbar.

Workshop tersebut berlangsung 2 hari, Sabtu dan Minggu 20-21 Oktober 2012, diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan. Mulai dari jurnalis, mahasiswa, umum serta pelajar dari selingkaran Sumbar, konon kabarnya juga beberapa dari Aceh.

Kami memboking 2 kamar, Iwan Piliang dan istri serta saya dan keluarga beserta saudara Ferry (pemimpin umum salah satu koran).

Ada beberapa catatan kami tentang hotel Pusako berbintang empat ini. Iwan Piliang berkata masalah Ac tak ada masih bisa diterima , sebab Kota Bukittinggi memang dingin, namun tanpa exaust dan matinya air panas untuk mandi ditambah pula bernyamuk, hotel Pusako perlu banyak berbenah, ujarnya sambil geleng-geleng kepala.

Hal serupa juga saya rasakan, saya komplain ke layanan kamar ihwal tak nyalanya air panas.


"Air panas? ada kerusakan mesin pak" jawab seorang pria di seberang telpon. Kemudian masalah nyamuk pun lagi saya telpon, seorang lelaki, perkiraan usia 20 tahunan menyemprot kamar kami dengan pembasmi nyamuk di setiap sudutnya. Sementara Iwan Piliang lebih memilih membuka jendela dan pintu sepanjang malam hingga pagi bersebab tak tahan dengan bau bahan kimia pembasmi nyamuk semprot tersebut. Hal itu saya ketahui ketika kami bercakap sarapan pagi bersama .

Ada yang menarik perhatian saya pagi itu, seorang karyawan berwajah ayu dan sopan di saat saya sarapan duluan sebelum Iwan Piliang. Dia berkebaya sebagaimana karyawan Pangeran Hotel semalam sebelumnya dimana saya sarapan. Namun gadis kelahiran 2 April 1992 yang bernama Misti ini menarik minat saya untuk lebih mengenalnya dari sisi lain hotel Pusako yang mengecewakan kami malam itu.

"Misti lahir di Sukoharjo Jogjakarta. Misti anak bungsu dari tiga bersaudara. Dibawa merantau oleh kedua orangtua saat berumur 3 tahun ke Lampung," ujarnya memulai percakapan dengan.

"Saya lama di Lampung pak, di sana kami bermukim hingga saya kelas 1 SMK, lalu ikut orangtua merantau ke Bengkulu, saya sekolah di SMK N 3 Kota Bengkulu, orangtua saya pedagang, kedua kakak saya sekarang disana," ujar Misti.
 

Kebetulan tamu hotel memang lagi sepi, hanya saya dan keluarga yang sarapan di ruang jamu makan tamu hotel pagi kala ini. Bendera parpol saya lihat mengganggu pemandangan, dipancang di sekeliling jalan meliuk menuju hotel Pusako yang terletak memang digundukan bukit, berhawa sejuk dan punya pemandangan bagus.
 

Kapan Misti mulai kerja di sini?

"Mulanya saya magang pak, semenjak kelas dua selama 4 bulan. Lalu ditawari kerja bulan Februari 2011, sekarang tahun kedua," katanya. Saya mengujinya menggunakan bahasa Minang ternyata Misti cukup aktif.
 

Punya kesan menarik dengan tamu hotel?

"Ada.. Dengan orang Belanda, namun karena saya tak menguasai bahasa Belanda komunikasi agak sedikit terhambat," ujarnya. Kali ini Misti menunjukan gairah. Misti juga berujar pengunjung hotel Pusako memang dominan oleh turis asing, diantaranya Belanda dan Malaysia.

Apa cita-cita Misti?

ia menjawab mantap ingin jadi Manager Hotel dan melanjutkan kuliah sembari bekerja.

Gaji cukup?

"Alhamdulillah.. Namun karena Misti kredit motor dan ngontrak (ia berfikir sejenak), jadinya pas-pasan hehe.." kali ini Misti ketawa.

Potret kehidupan mancaragam. Misti merantau ke ranah ini, ia bekerja dengan tekun. Ia punya visi mantap ingin jadi manager, sebuah cita-cita yang tidak muluk-muluk.

Tau Misti kenapa ia saya wawancarai? Menurut anda? Mungkin juga menurut Misti, tak lain adalah karena keramahannya. Ketika sarapan pagi dihidangkan, anak saya yang berumur 20 bulan naik ke meja dimana menu dihidangkannya. Misti hanya tersenyum, ia sabar sembari memapah anak saya turun dengan ekspresi tulus.


Tak saya lihat ia menunjukan wajah dibuat-buat. Ia cukup mengobati kekecewaan kami terhadap room service, ia menyelamatkan reputasi hotel Pusako berbintang empat ini dimata saya.
×
Berita Terbaru Update