Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kepemimpinan Ala Irwan Prayitno

26 Oktober 2012 | 26.10.12 WIB Last Updated 2012-10-27T06:52:35Z


                                               image source padangekspres.co.id


John Maxwell yang seorang pakar psikologi kepemimpinan mengatakan bahwa Leadership is Influence, Nothing more, nothing less. Bagi Maxwell, katanya kepemimpinan yang efektif itu pasti akan memberi pengaruh terhadap siapa yang dipimpin. Pemimpin dalam sebuah sistem adalah sebagai pemicu  (trigger) atau pemain aktiv agar sistem tersebut berjalan dengan baik. Ketika kepemimpinan yang efektif itu digunakan sebagai pemicu dari sebuah sistem politik dan pemerintahan, maka saat itu otomatis sistem yang ada telah menjadi suatu kesatuan yang hidup disetiap institusi dan organisasi (yang awalnya terpisah) tersebut karena kepemipinan yang efektif itu menghubungkan secara bersama masing-masing institusi dan organisasi (sub-sistem) sehingga memudahkan aliran informasi, materi atau energi menjalankan fungsi dan perannya. Konsistennya sistem itu menjalankan tugas hanya bisa di dapat dari seorang pemimpin dengan kepemimpinan yang efektif bukan dari pemimpin yang pasif terhadap lembaga, institusi, dan organisasi politik lain yang ia pimpin.

Nah, bagaimana dengan kepemimpinan seorang Irwan Prayitno ketika dibedah dengan teori ini ? Terkait gaya kepemimpinan Irwan Prayitno (IP), pernah suatu kali dalam diskusi dengan beberapa perantau yang mana kemudian saya melontarkan pendapat lebih kurang begini. Kalau kita ibaratkan IP dan kabinetnya adalah sebuah kereta api dengan analogi IP adalah lokomotif dan kabinetnya adalah gerbong kereta. Maka, tipe atau jenis kereta yang digunakan IP adalah kereta api diesel yang melintasi jalur Padang-Pariaman-Padang hari ini. Kereta itu hanya berlokomotif satu dan itupun kalah maju dari teknologi kereta mutakhir hari ini. Kesimpulannya, “kereta api” di Sumbar hari ini menggunakan lokomotif yang bukan teknologi mutakhir  sehingga wajar ketika berjalan sangat lambat karena lokomotif mencoba menarik gerbong yang berat dan ditambah lagi gerbong yang digunakan bukan dari rancangan teknologi yang aero dinamis.

Nah, begitu juga dengan gaya kepemimpinan IP hari ini lebih kurangnya. Ia bagaikan sebuah kereta diesel yang memang ada di Padang hari ini dan sedang menarik gerbong yang banyak karena struktur kabinetnya masih gemuk. Untuk diketahui, struktur kabinet ini saya ibaratkan dengan jumlah gerbong si kereta api diesel itu.

Struktur kabinet hari ini idealnya harus dirampingkan lagi agar lebih lincah dan mudah dikontrol. Masing-masing gerbong atau aktor dari kabinet IP juga harus terus berinisiatif melengkapi kemampuan yang lebih baik agar bisa mendukung lokomotif dapat melaju dengan cepat sampai ke tujuan. Istilah gerbong aerodinamis di atas saya ibaratkan dengan aktor kabinet ( Kepala dan SKPD) kepemimpinan IP yang mau belajar dan terus meningkatkan skill dengan kata lain gerbong yang tidak mau meningkatkan skill itu saya ibaratkan dengan gerbong usang yang menjadi beban berat lokomotif karena tidak desainnya tidak aerodinamis. Jadi, dengan kata lain gerbong tidak hanya berharap pada daya tarik dari lokomotif agar mereka dapat berjalan lebih cepat.

Analogi di atas memang masih mengunakan sistem kereta api kuno. Lebih tepatnya memang seperti itu. Padahal, teknologi kereta mutakhir hari ini adalah teknologi kereta yang sudah mampu berjalan dengan kecepatan yang lebih cepat atau dikenal dengan istilah kereta peluru (bullet train) dimana lokomotifnya tidak hanya satu tapi dua. Kedua lokomotif ada di setiap ujungnya. Ujung depan sebagai penarik, maka ujung belakang sebagai lokomotif pendorong. Selain itu, cara kerja kereta api yang super cepat itu dengan memanfaatkan teknologi elektromagnetik dan di setiap komponennya seperti gerbong, rel, dan lokomotif sama-sama dilengkapi dengan teknologi yang mendukung kereta dapat berjalan lebih cepat.

Saya melihat bahwa realita hari ini yang dihadapi IP adalah tidak ditemukannya bawahan yang seimbang dengan gaya kepemimpin beliau. Selain itu, aksi single show IP pun juga terlihat dari gaya kepemimpinannya. IP yang tampaknya tidak sejalan lagi dengan lokomotif kedua (wakil gubernur) hari ini juga menjadi pemicu terjadinya pelambatan laju kereta. Lokomotif kedua ternyata ditinggalkan di stasiun. Ia tidak mengikuti lokomotif pertama dalam membawa gerbong ke stasiun selanjutnya. Lokomotif kedua yang harusnya saling mendukung Lokomotif pertama tampaknya sekarang telah menjadi rivalitas bukan sebagai tim partner lagi. Dan isu ini memang sudah lama tersiar. 

Irwan Prayitno yang kita kenal sebagai salah satu pengusaha handal hari ini belum mampu di ikuti gaya kepemimpinannya oleh jajaran SKPD yang beliau pimpin karena sepertinya masih penuh dalam gaya kepemimpinan yang birokratis. Inilah asumsi saya menjelaskan mengapa sebabnya Irwan Prayitno belum mampu melaju lebih cepat ke stasiun selanjutnya daripada apa yang seharusnya kita harapkan. 

Dalam konsep kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisis Maxwell di atas, sebagai pemimpin, IP bisa saja mengganti dengan segera ketika melihat bahwa bawahannya tidak seirama dengan gaya kepemimpinannya. Dan dalam pandangan saya, IP tidak harus menunggu lama dalam bertindak seperti itu bila memang dibutuhkan karena rakyat Sumbar juga tidak banyak waktu untuk menunggu lama. APBD 2012 yang jumlahnya mencapai Rp2,917 triliun harus lebih tepat digunakan sebagai katalisator percepatan pembangunan ekonomi di Sumbar.

Hari ini, masing-masing daerah di Indonesia dalam semangat yang saling berkejar-kejaran untuk memicu kinerja. Impian masing-masing kepala daerah bukan cuma untuk mendapatkan promosi jabatan atau terpilih lagi dalam pemilu berikutnya, namun saya pikir lebih kepada ingin meninggalkan nama yang baik dalam masa kepemimpinannya. Sistem pemerintahan dan kepemimpinan yang baik tidak butuh “supermen”, tapi “super team”. Oleh karena itu, indahnya bila kepemimpnan seorang pemimpin dalam sistem pemerintahan merupakan “super team” yang tangguh untuk menjalankan sistem pemerintahan di Sumatera Barat. 


Oleh : Azizul Mendra
Ketua Peneliti pada Bino Media Research, Jakarta dan Pengusaha Mudah Ranah Minang


×
Berita Terbaru Update