Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jokowi Effect

29 Oktober 2012 | 29.10.12 WIB Last Updated 2012-10-30T04:47:57Z

Gaya Gubernur Jokowi dalam memimpin Jakarta selama 13 hari ini menjadi “trending topics” di semua kalangan,di warung-2 Jakarta juga banyak diomongin oleh rakyat kecil,berita tentang teroris yang ditangkap Densus 88 pun kalah dengan berita blusukan kampung Gubernur Jokowi. Semuanya mengelu-elukan cara turba (= turun kebawah) model Jokowi yang beda banget dengan gaya turba pejabat-2 zaman Orba yang seperti “pahlawan kesiangan” dan cenderung dipamerkan seolah “sok” perhatian sama rakyat kecil,padahal habis turba tidak ada tindak lanjutnya apapun.

Gaya Gubernur Jokowi dalam memperhatikan rakyat kecil Jakarta,khususnya wilayah-2 kumuh dan banjir serta dalam memetakan masalah yang akan menjadi prioritas kerjanya patut diacungin jempol. Musuh politiknya paling satu-dua menyerang dirinya,sepertinya mereka juga sedang menunggu apakah gaya Jokowi ini akan berhasil atau tidak menyelesaikan masalah yang ada di Jakarta. Tentu kalau sampai 100 hari kedepan ternyata tidak ada yang beres dalam turba-nya Jokowi,maka musuh-2 politiknya akan menyerang habis-2an. 

Tim sukses Jokowi-Ahok pun dipastikan sudah memetakan siapa saja Walikota-Camat-Lurah dan Kepala Dinas yang mendukung/tidak mendukung langkah-2 konkrit Jokowi-Ahok,bisa saja bila sampai 100 hari tidak ada perbaikan,mereka yang tidak mendukung dipastikan diganti / digeser. Memang itu langkah terakhir yang harus dilakukan Jokowi-Ahok bila program-2 nya tidak dilaksanakan dengan baik oleh sub ordinatnya. Daripada dijegal,maka lebih baik memang harus diganti…! Tetapi,dilihat dari sepak terjang Jokowi-Ahok,sebagian besar pejabat dan pegawai di DKI Jakarta selama ini terlihat positip,yang negatip tentu saja ada….namun itu bisa diatasi dengan penggantian / mutasi jabatan nantinya.

Nah,gaya ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media,warung kopi,dsb….! Para Kepala Daerah diharapkan mampu seperti Jokowi-Ahok dalam memimpin daerahnya. Sekarang ini sudah mulai bermunculan para calon kepala daerah turun ke lapangan seperti Jokowi-Ahok pada musim Pilkada. Namun,karena mereka masih didominasi oleh politikus tulen yang latar belakangnya bukan pengusaha dari bawah,maka kebanyakan yang dilakukan adalah untuk pencitraan belaka. Gaya meniru mereka lebih dipaksakan,bukan karena memang timbul dari niat yang baik dan berlatar belakang mencintai rakyat dengan mensejahterakan mereka,tetapi niatnya adalah untuk meraih kekuasaan untuk mensejahterakan dirinya sendiri.

Kepribadian yang “all-out” untuk rakyat masih sulit ditemukan pada diri para peniru gaya Jokowi-Ahok ini. Sekarang sedang bermunculan calon-2 pemimpin daerah yang mempunyai latar belakang bagus,salah satunya adalah Wagub Jawa Tengah yang tengah digadang-gadang untuk maju sebagai Calon Gubernur Jawa Tengah,khabarnya yang bersangkutan juga mempunyai “track record” sangat bagus waktu menjabat sebagai Bupati Kebumen. Demikian pula si “Oneng” dan tokoh LSM anti korupsi yang sedang berebut tempat menjadi Cagub-cawagub Jawa Barat,dengan “track record” mereka diharapkan dapat meraih kepercayaan rakyat Jawa Barat. Tentu saja hal ini akan menggembirakan buat rakyat jelata,harapannya nasib mereka betul-2 bisa berubah dengan kepemimpinan mereka kelak. Rakyat bukan lagi jadi komoditas politik yang diperlukan pada waktu Pilkada,tetapi kemudian dilupakan dan nasib tidak berubah dari tahun ke tahun, namun rakyat benar-2 bisa mendapatkan perubahan untuk sesuatu yang baru. Seperti slogan Jokowi-Ahok waktu itu “Jakarta Baru”…..

Meniru memang gampang,tetapi pada dasarnya meniru itu bisa sukses bila si peniru berkepribadian kurang lebih sama dengan Jokowi-Ahok….! Jika tidak,maka mereka hanya melakukan pencitraan saja…!

Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer
×
Berita Terbaru Update