Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Inilah Fakta Teroris Tidak Identik Dengan Muslim

8 September 2012 | 8.9.12 WIB Last Updated 2012-09-08T04:37:22Z


Barangkali kalau Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo hidup di era Reformasi sekarang ini,perjuangan yang dilakukan olehnya yang terkenal dengan sebutan ” Pemberontakan DI/TII” bukan disebut sebagai “pemberontakan” tetapi “terorisme” yang melawan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab sekarang dimanapun dibelahan dunia saat ini,perjuangan melawan ketidak-adilan dengan cara-2 memberontak oleh sekelompok penganut agama-2 tertentu dikatakan sebagai aksi “terorisme” . 

Di Irlandia Utara “terorisme” juga dilakukan oleh sekelompok orang yang memperjuangkan sebuah negara terpisah dari Inggris (membawa-bawa agama Roma Khatolik),demikian pula dengan sekelompok orang yang berjuang untuk negara Palestina yang merdeka,dibawalah agama Islam sebagai landasan perjuangan mereka melawan negara Yahudi-Israel ; Aksi “teror” yang mereka lakukan sebagai bagian dari perjuangan mereka kemudian negara-2 Barat menyebutnya sebagai aksi “terorisme” Palestina.

Kartosoewirjo masih beruntung disebut “pemberontak” oleh Pemerintahan NKRI waktu itu. Coba kalau kata “teroris” sudah terbiasa digunakan pada zaman itu,betapa seorang Kartosoewirjo yang terkenal di zaman tersebut akan disebut sebagai “teroris” . Pemberontak adalah sebuah sebutan bagi seseorang yang berbeda dalam paham pemikiran atau idealisme yang menggunakan cara melawan secara frontal dan terang-2an serta umumnya menggunakan kekerasan untuk mewujudkan idealismenya kepada penguasa yang dianggap sah. Seorang Mahatma Gandhi juga seorang “pemberontak” tetapi cara yang digunakannya adalah “soft power” yang membuat Pemerintah Kolonialisme Inggris di Inggris akhirnya “kalah” dalam membangun kekuatan untuk menentang sang Gandhi.

Memang sejarah mencatat bahwa perjuangan Kartosoewirjo waktu itu melakukan pemberontakan dengan aksi-2nya yang juga menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan rakyat. Beberapa saksi yang pernah hidup di zaman pemberontakan DI/TII juga menceritakan bagaimana “tentara DI/TII” membantai orang-2 yang tidak bersalah di daerah Jawa Barat dan mereka mengenang sebagai suatu zaman kelam. Aksi teror mereka sungguh mengerikan dan mungkin layak disebut “terorisme” pada masa sekarang…! 

Bandingkan dengan perjuangan yang sekarang dilakukan oleh orang-2 yang disebut sebagai teroris,dimana mereka bergerak “dibawah tanah” untuk melawan pemerintah NKRI . Oleh karena perjuangan mereka tidak berani secara nyata diperlihatkan,maka mereka sulit dikatakan sebagai pemberontak..! Sebutan yang mendunia akhirnya ditempelkan kepada mereka,yaitu TERORIS. Karena aksi mereka lebih kepada membuat rasa takut dengan cara-2 meneror dan membunuh.

Sebenarnya aksi-2 separatisme yang terjadi di Papua juga bisa layak disebut sebagai aksi “teroris” …namun karena gerakan mereka nyata dan memang menginginkan sesuatu perjuangan yang jelas dengan bentuk organisasi yang nyata dengan orang-2 yang tidak bergerak dibawah tanah,maka keberadaan aksi mereka sering disebut sebagai aksi separatisme….! Tetapi masyarakat pendatang (bukan penduduk asli Papua) akan merasakan sebagai aksi teror bagi mereka,karena berbagai ancaman terkadang muncul terhadap diri mereka juga….! Tetapi perlawanan GPM lebih nyata ditujukan kepada Pemerintahan NKRI dengan tuntutan-2 nyata,antara lain : Merdeka..!

Seandainya masih hidup,bisa jadi Kartosoewirjo sendiri juga akan bingung,apakah perjuangan yang dilakukan dulu adalah aksi memberontak ataukah terorisme…? Sebab munculnya terorisme yang sekarang ini terjadi di Indonesia adalah “kesinambungan” dari idealisme Kartosoewirjo,yaitu mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) ,cuman karena mereka bergerak dibawah tanah dan aksinya lebih kepada aksi meneror masyarakat katimbang angkat senjata melawan tentara pemerintah ,maka mereka lebih layak disebut sebagai Teroris katimbang pejuang atau pemberontak …! Nah,kata “teroris” akhirnya mengundang kebencian kepada mereka daripada rakyat bersimpati terhadap perjuangan mereka…! Sejarah mencatat,bahwa Tentara DI/TII juga banyak melakukan tindakan teror & pembunuhan kepada warga masyarakat di Jabar waktu itu…!

Selayaknya para teroris yang membawa-bawa agama Islam sekarang lebih baik berganti haluan,tidak lagi menggunakan cara-2 teror,tetapi menampakkan saja bentuk perjuangan mereka secara nyata dengan lebih “elegance” seperti yang dilakukan oleh Ihkwanul Muslimin di Mesir….Keteladanan pemimpin dan cara hidup mereka akan diikuti bila mereka memang baik dan pantas menjadi suri tauladan,tetapi kalau hanya meneror,membohongi rakyat,merampok untuk mengumpulkan dana itu sama saja akan menambah kebencian kepada mereka,seperti halnya rakyat benci kepada para koruptor…! Jadi,teroris tak beda sama dengan koruptor…! 

Terus,siapa yang mau menjadi Kartosoewirjo “modern” dengan memberikan teladan hidup yang baik,tidak membohongi rakyat,jujur terhadap dirinya dan Allah SWT,serta tidak berpikir untuk dirinya sendiri…tidak perlu meneror,memprovokasi dengan memecah belah pluralisme,serta tetap dalam koridor NKRI…

catatan mania telo freedom writers kompasianer
×
Berita Terbaru Update