Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Senandung Century Dibalik Jeruji Besi Antasari

11 Agustus 2012 | 11.8.12 WIB Last Updated 2012-08-15T15:17:04Z

                               

                                                     (foto : www.mediaindonesia.com)

Sudah 3 hari ini Metro TV – salah satu TV swasta yang rajin “menggebuki” SBY – menayangkan rekaman wawancara tim reporter mereka dengan Antasari Azhar, dari balik jeruji penjara. Wawancara eksklusif yang diperuntukkan acara “Metro Realitas” itu ditayang ulang berkali-kali dan dilengkapi dengan teks transkripsi percakapannya yang dalam rekaman terdengar kurang jelas.

Yang membuat menarik dari rekaman wawancara dengan Antasari itu adalah pengakuan AA bahwa ia pernah didatangi oleh Gubernur BI Boediono pada bulan Oktober 2008 – selang beberapa bulan sebelum Pemilu dan Pilpres 2009 – untuk membahas rencana bailout terhadap bank Indover, anak perusahaan milik Bank Indonesia yang beroperasi di Belanda. Bank yang saat itu sedang sekarat membutuhkan suntikan dana Rp. 4,7 triliun. Antasari tegas menolak rencana tersebut.

Tapi rupanya, gagal dengan usulan membailout Bank Indover, Pemerintah justru mengajukan nama Bank Century untuk di-bailout. Dalam pengakuannya, Antasari bahkan menceritakan sempat ada pertemuan lanjutan yang bertempat di ruang kerja Presiden. Antasari mengungkap : SBY memimpin rapat untuk membahas skenario pencairan dana Rp 6,7 triliun untuk Bank Century. Saat itu, sebagai Ketua KPK, Antasari diundang Presiden SBY ke Istana dalam pertemuan tertutup yang dihadiri Ketua BPK Anwar Nasution, Jaksa Agung Hendarman Supandji, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Kepala BPKP Condro Irmantoro, Menko Polhukam Widodo AS, Pelaksana Tugas Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, serta Juru bicara Andi Mallarangeng dan Denny Indrayana.

Dalam perkembangannya kemudian, seperti kita tahu, Bank Century ternyata secara diam-diam menerima gelontoran dana sejumlah Rp. 6,7 triliun, lebih dari 10 x lipat dana yang dibutuhkan dan disetujui. Alasannya : kalau bank ini sampai collapse akan menimbulkan dampak sistemik. Padahal, sampai saat itu nama Bank Century nyaris tak terdengar, bukan sebuah bank besar yang kegoyahannya bisa menimbulkan rush. Faktanya pun Bank Century memang tak termasuk dalam daftar 15 bank yang berdampak sistemik.

Nah, implikasi dari pengakuan Antasari Azhar itu adalah : SBY tahu bahkan ikut merencanakan bailout terhadap Bank Century, padahal selama ini SBY selalu mengaku dirinya tak pernah tahu menahu akan hal tersebut karena sedang berada di Amerika untuk menghadiri KTT G-20. Padahal, Boediono dan Sri Mulyani punya akses komunikasi langsung kepada SBY, sampai-samping the acting President saat itu – Jusuf Kalla – sama sekali ditinggal dalam pembahasan bailout dengan nilai fantastis itu. Pak JK baru mendapat laporan 2 hari kemudian, pasca dana Rp, 6,7 triliun dikucurkan begitu saja.

Ada banyak keanehan, sebab proses bailout BC berlangsung sampai 4 tahap yaitu tahap pertama, bank yang sudah kolaps itu menerima Rp2,7 triliun pada 23 November 2008. Tahap kedua pada 5 Desember 2008 sebesar Rp2,2 triliun. Tahap ketiga pada 3 Februari 2009 sebesar Rp1,1 triliun. Tahap keempat pada 24 Juli 2009 sebesar Rp630 miliar. Alasannya terus digelontorkan dana adalah agar CAR (Capital Adequacy Ratio atau Rasio Kecukupan Modal) bank tersebut bisa mencapai angka 8. Padahal, sebelum menggelontorkan dana bailout, BI telah mengeluarkan kebijakan yang menurunkan batas CAR dari yang semula positif 8 menjadi 0 (nol) saja, asal tidak minus. Ini sebenarnya kebijakan akal-akalan, khusus dibuat karena kondisi CAR BC saat itu memang sudah tidak mungkin didongkrak.

Jadi, jika selama ini kelompok pro-bailout menganggap DPR mengadili kebijakan (kebijakan penurunan CAR), yang terjadi sebenarnya adalah karena pihak BI sendiri tidak konsisten dengan kebijakan tersebut. Di satu sisi BI telah menurunkan persyaratan CAR menjadi 0 (nol), tapi disisi lain terus menggelontorkan dana bailout sampai lebih dari 10x lipat dari proposal yang diajukan, dengan alasan mendongkrak CAR agar sesuai dengan persyaratan sebelum diubahnya kebijakan. Membingungkan bukan? Disinilah letak terang benderangnya akal-akalan pat gulipat ini!

Ada hal menarik bila pengakuan Antasari itu benar. SBY bukan hanya mengetahui rencana dan proses bailout BC, tetapi ia juga sangat mengerti bahwa tindakan itu berpotensi melanggar hukum. Itu sebabnya ia telah membuat langkah-langkah antisipatif dengan mengundang Ketua KPK, Jaksa Agung dan Kapolri serta Menko Polhukam bahkan Ketua BPK. Dalam pertemuan itu menurut pengakuan Antasari, ia menolak rencana bailout dan tetap akan menyidik jika Pemerintah melakukan tindakan bailout. Artinya : SBY tahu betul tindakan itu tak boleh dilakukan. Karenanya ia telah lebih dulu meredam dampaknya dengan mengundang dan melibatkan Ketua KPK. Hanya saja, selang 6 bulan kemudian Antasari dituduh dalang intelektual pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen dan ia langsung ditahan.

Pengakuan Antasari ini sangat fatal dampaknya. Betapa tidak, selama ini SBY dan Partai Demokrat ngotot bahwa proses bailout itu sudah benar dan terlebih lagi SBY “bersih” dan tak tahu menahu soal itu karena sedang di LN. Dalam sebuah pidato pada 4 Maret 2010, sehari sesudah pengambilan keputusan Rapat Paripurna DPR tentang kasus bailout Bank Century, Istana menyatakan bahwa Presiden SBY tengah menghadiri KTT G20 di Amerika Serikat.

Terlebih, sejak terkuaknya rekaman pengakuan AA itu, politisi di DPR yang dulu masuk dalam Pansus Century, kini mulai buka mulut soal fakta lain yang selama ini tak pernah dirilis ke media. Menurut pengakuan Akbar Faisal – politisi Hanura – di Metro TV semalam, ia tahu dari Ibu Siti Fajriyah (mantan Deputy Gubernur BI saat itu), bahwa modus bank kolaps dan perlu di bailout itu selalu muncul menjelang Pemilu atau Pilpres. Ini tidak mengherankan, sebab menyedot uang dengan dalih membailout sebuah bank itu jauh lebih mudah dan lebih besar hasilnya ketimbang modus lainnya. Apalagi didramatisir seolah-olah jika tak dibailout akan sistemik dampaknya.

Kini, orang-orang dekat SBY sontak dengan kompak menolak testimoni Antasari. Andi Mallarangeng mengaku tidak pernah ada pertemuan di istana membahas masalah Century. Begitupun Denny Indrayana, yang saat itu staf ahli Presiden bidang Hukum, menyatakan bahwa testimoni Antasari soal Bank Century itu fitnah belaka. Sedangkan Andi Arief menyebut tuduhan AA itu cenderung ngawur. Ini wajar,sebab tak bisa dibayangkan jika pernyataan Antasari kemudian dikonfrontir dengan pihak-pihak lain dan ternyata benar. Artinya Presiden sudah melakukan kebohongan publik dan lebih fatal lagi jika ternyata beliau ikut menskenariokan proses bailout.

Masalahnya, siapa yang akan memverifikasi kebenaran testimoni Antasari?! Siapa yang berani membenarkan meski misalnya benar mereka turut ada di sana saat itu?! Mantan Jaksa Agung Hendarman Supandji?! Mantan Kapolri Bambang Hendarso Danuri?! Mantan Menko Polhukam Widodo AS?! Kalau Hatta Rajasa sebagai besan jelas tak bisa diharapkan berpihak pada Antasari.

Tampaknya, jalan masih cukup berliku bagi Antasari untuk menguak yang sebenarnya terjadi. Posisinya saat ini yang ada di balik jeruji sedang yang dihadapinya sedang berkuasa, pun juga nama-nama yang disebut, meski tak lagi menjabat masih butuh “keamanan”. Di sisi lain, KPK jilid 3 ini punya janji akan menuntaskan kasus Century dalam tempo setahun, janji Abraham Samad. Seharusnya, testimoni Antasari ini bisa menjadi bukti baru untuk ditelusuri. Kasus Century memang benar-benar gelap. Bahkan Jusuf Kalla yang saat itu Wapres pun tak tahu banyak. Untunglah JK saat itu buru-buru memerintahkan Kapolri untuk menangkap dan menahan Robert Tantular. Kalau tidak, mungkin mereka yang menikmati dana Centuri menari-nari di atas penderitaan nasabah dan rakyat.

Apapun ujung dari cerita Antasari ini, kepercayaan terhadap Presiden SBY kini tengah mengalami ujian terberat. Percayakah anda saat ini sedang dipimpin oleh Presiden yang ikut merencanakan penggelontoran dana negara untuk sebuah bank swasta yang digarong oleh pemiliknya sendiri (Tantular bersaudara)?! Sedikitnya, terjawab teka-teki kenapa saat itu SBY ngotot sekali menggandeng Boediono sebagai Cawapres pada Pilpres 2009. Entahlah…, nyanyian dari balik jeruji besi, meski sumbang tapi perlu didengar dan ditelusuri,agar jelas dendangnya.Kami sudah bosan dengan issu Century.

catatan ira oemar freedom writers kompasianer
×
Berita Terbaru Update